Pembebasan Syam: Kisah Khalid bin Walid dan Pasukannya Melakukan Perjalanan dari Irak
loading...
A
A
A
Pada hari itu, panglima perang kaum muslimin, Khalid bin Walid menempuh perjalanan dari Irak menuju Syam sesuai perintah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq . Khalid dan pasukannya harus membebaskan Syam dari Romawi .
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" menyebut kala itu Khalid tidak melintasi Sahara dari arah Ain Tamr ke utara Syam, kendati jaraknya sangat pendek. Pertimbanggan karena masih khawatir adanya kabilah-kabilah yang berlindung kepada Romawi dan pasukan yang nongkrong di samping imperium Kaisar itu.
Khalid dan pasukannya lebih memilih menyusuri Dumat al-Jandal. Dari sini ia menempuh jalan Wadi Sirhan. Begitu sampai di Quraqir pertama kali yang diserangnya kabilah Banu Kalb.
Kalau dia meneruskan perjalanan mengikuti Wadi Sirhan, ia akan sampai ke Basra dalam waktu beberapa hari saja, dan akan bergabung dengan pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah dan pasukan Muslimin yang lain di Yarmuk.
Akan tetapi Khalid sudah memperkirakan akan bertemu dengan pasukan Romawi sebelum sampai ke Basra dan mereka akan menghadangnya sebelum mencapai tujuan atau akan memperlama tinggal di sana. Karena itu ia berkata kepada rekan-rekannya:
"Bagaimana aku dapat mencapai jalan dari belakang pasukan Romawi; kalau sampai terjadi kontak senjata dengan mereka kita akan terhalang untuk memberi pertolongan kepada pasukan Muslimin."
Jawaban mereka semua: "Yang kita ketahui hanya ada satu jalan yang tak dapat dilalui tentara, karena yang lalu di sana harus satu per satu. Hati-hatilah, jangan sampai membahayakan pasukan Muslimin."
Akan tetapi Khalid sudah memutuskan akan menempuh jalan itu. Ia berdiri dan berkata kepada rekan-rekannya itu:
"Kalian jangan silang pendapat dan keyakinan kalian jangan sampai goyah. Ketahuilah bahwa bantuan itu datang sesuai dengan niat kita, dan pahalanya sesuai dengan amal perbuatan kita. Tidak pada tempatnya seorang Muslim akan memperhatikan yang lain di samping pertolongan Allah."
Mendengar kata-katanya itu timbul semangat dalam hati sahabat-sahabatnya itu. "Engkau laki-laki yang sudah dikaruniai segala yang baik oleh Allah, maka terserah kau," jawab mereka.
Khalid meminta seseorang yang akan menjadi penunjuk jalan. Kemudian didatangkan Rafi' bin Umairah at-Ta'i.
"Bawa mereka ini," kata Khalid kepadanya.
"Engkau tak akan mampu dengan membawa kuda dan barang-barang itu," kata Rafi'. "Penunggang kuda yang hanya seorang diri dikhawatirkan akan menghadapi bahaya besar. Selama lima hari lima malam perjalanan tak akan bertemu air."
Khalid menatap orang itu seraya katanya: "Ini harus dilaksanakan. Perintahkan menurut kemauanmu."
Sebelum itu Rafi' sudah mendengar percakapan Khalid dengan sahabat-sahabat itu dan sudah menyaksikan ketetapan hati mereka dengan dia. Rafi' yakin bahwa memang tak mungkin lagi ia mengelak dari perintahnya.
"Kalau begitu, sediakan air yang banyak," kata Rafi' kemudian. "Siapa yang dapat mengisikan telinga untanya dengan air lakukanlah. Daerah-daerah itu adalah yang paling berbahaya, kecuali jika orang mendapat pertolongan Allah."
Setelah itu ia minta kepada Khalid supaya disediakan unta yang gemuk-gemuk. Setelah unta-unta itu didatangkan dibuatnya sedemikian rupa supaya hewan-hewan itu jadi haus. Bila sudah benar-benar kepayahan karena haus, diberi minum yang pertama, kemudian yang kedua kalinya. Setelah kantung telinganya penuh, bibirnya diikat kuat-kuat supaya tidak memamah biak.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" menyebut kala itu Khalid tidak melintasi Sahara dari arah Ain Tamr ke utara Syam, kendati jaraknya sangat pendek. Pertimbanggan karena masih khawatir adanya kabilah-kabilah yang berlindung kepada Romawi dan pasukan yang nongkrong di samping imperium Kaisar itu.
Khalid dan pasukannya lebih memilih menyusuri Dumat al-Jandal. Dari sini ia menempuh jalan Wadi Sirhan. Begitu sampai di Quraqir pertama kali yang diserangnya kabilah Banu Kalb.
Kalau dia meneruskan perjalanan mengikuti Wadi Sirhan, ia akan sampai ke Basra dalam waktu beberapa hari saja, dan akan bergabung dengan pasukan Abu Ubaidah bin Jarrah dan pasukan Muslimin yang lain di Yarmuk.
Akan tetapi Khalid sudah memperkirakan akan bertemu dengan pasukan Romawi sebelum sampai ke Basra dan mereka akan menghadangnya sebelum mencapai tujuan atau akan memperlama tinggal di sana. Karena itu ia berkata kepada rekan-rekannya:
"Bagaimana aku dapat mencapai jalan dari belakang pasukan Romawi; kalau sampai terjadi kontak senjata dengan mereka kita akan terhalang untuk memberi pertolongan kepada pasukan Muslimin."
Jawaban mereka semua: "Yang kita ketahui hanya ada satu jalan yang tak dapat dilalui tentara, karena yang lalu di sana harus satu per satu. Hati-hatilah, jangan sampai membahayakan pasukan Muslimin."
Akan tetapi Khalid sudah memutuskan akan menempuh jalan itu. Ia berdiri dan berkata kepada rekan-rekannya itu:
"Kalian jangan silang pendapat dan keyakinan kalian jangan sampai goyah. Ketahuilah bahwa bantuan itu datang sesuai dengan niat kita, dan pahalanya sesuai dengan amal perbuatan kita. Tidak pada tempatnya seorang Muslim akan memperhatikan yang lain di samping pertolongan Allah."
Mendengar kata-katanya itu timbul semangat dalam hati sahabat-sahabatnya itu. "Engkau laki-laki yang sudah dikaruniai segala yang baik oleh Allah, maka terserah kau," jawab mereka.
Khalid meminta seseorang yang akan menjadi penunjuk jalan. Kemudian didatangkan Rafi' bin Umairah at-Ta'i.
"Bawa mereka ini," kata Khalid kepadanya.
"Engkau tak akan mampu dengan membawa kuda dan barang-barang itu," kata Rafi'. "Penunggang kuda yang hanya seorang diri dikhawatirkan akan menghadapi bahaya besar. Selama lima hari lima malam perjalanan tak akan bertemu air."
Khalid menatap orang itu seraya katanya: "Ini harus dilaksanakan. Perintahkan menurut kemauanmu."
Sebelum itu Rafi' sudah mendengar percakapan Khalid dengan sahabat-sahabat itu dan sudah menyaksikan ketetapan hati mereka dengan dia. Rafi' yakin bahwa memang tak mungkin lagi ia mengelak dari perintahnya.
"Kalau begitu, sediakan air yang banyak," kata Rafi' kemudian. "Siapa yang dapat mengisikan telinga untanya dengan air lakukanlah. Daerah-daerah itu adalah yang paling berbahaya, kecuali jika orang mendapat pertolongan Allah."
Setelah itu ia minta kepada Khalid supaya disediakan unta yang gemuk-gemuk. Setelah unta-unta itu didatangkan dibuatnya sedemikian rupa supaya hewan-hewan itu jadi haus. Bila sudah benar-benar kepayahan karena haus, diberi minum yang pertama, kemudian yang kedua kalinya. Setelah kantung telinganya penuh, bibirnya diikat kuat-kuat supaya tidak memamah biak.