Hukum Mengucapkan Selamat Natal bagi Umat Islam

Senin, 18 Desember 2023 - 12:49 WIB
loading...
Hukum Mengucapkan Selamat Natal bagi Umat Islam
Hukum mengucapkan Selamat Natal bagi umat Islam kerap menjadi topik hangat di bulan Desember ini dan kerap diperdebatkan setiap perayaan Natal tanggal 25 Desember.. Foto ilustrasi/ist
A A A
Hukum mengucapkan Selamat Natal bagi umat Islam kerap menjadi topik hangat di bulan Desember ini. Hal tersebut selalu diperdebatkan setiap perayaan Natal tanggal 25 Desember. Bagaimana sebenarnya hukum mengucapkan Selamat Natal atau memberikan ucapan selamat (Tahniah) kepada umat Kristiani?

Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu: (1) Hukumnya boleh menurut ulama kontemporer dan lembaga fatwa dunia. (2) Dilarang menurut mayoritas ulama 4 Mazhab.

Menurut Ustaz Ahmad Syahrin Thoriq, dai lulusan Al-Azhar Mesir, hukum merayakan hari raya agama lain telah disepakati keharamannya oleh para ulama tanpa khilaf, karena termasuk bentuk Tasyabbuh . Adapun mengucapkan Selamat Natal, para ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama 4 mazhab melarang, sedangkan sebagian ulama kontemporer membolehkannya.

1. Kalangan yang Membolehkan

Kalangan yang membolehkan ucapan Selamat Natal adalah Ulama kontemporer dan lembaga fatwa dunia. Di antara, Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradawi, Syaikh Ali Jum'ah, Syaikh Wahbah Zuhayli, Habib Umar bin Hafidz, Habib Ali Al-Jufri, Syaikh Mustafa Ahmad Zarqa, Syaikh Abdullah bin Bayyah, Syaikh Syaraf Qudhat, Dr Abdul Latif Al-Banna, Majelis Ulama Mesir, Majelis Ulama Eropa dan lainnya.

Syaikh Wahbah Zuhaili berkata:

لا مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم


Artinya: "Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka."

Syaikh Dr Musthafa Zarqa berkata:

إنّ تهنئةَ الشّخص المُسلِم لمعارِفه النّصارَى بعيدِ ميلاد المَسيح ـ عليه الصّلاة والسلام ـ هي في نظري من قَبيل المُجاملة لهم والمحاسَنة في معاشرتهم. وإن الإسلام لا ينهانا عن مثل هذه المجاملة أو المحاسَنة لهم، ولا سيّما أنّ السيد المَسيح هو في عقيدتنا الإسلاميّة من رسل الله العِظام أولي العزم، فهو مُعظَّم عندنا أيضًا، لكنهم يُغالُون فيه فيعتقدونَه إلهًا، تعالى الله عما يقولون عُلُوًّا كبيرًا


Artinya: "Ucapan Selamat Natal seorang muslim pada temannya yang Nasrani menurut pendapat saya termasuk dalam kategori mujamalah (sopan santun) pada mereka dan muhasanah (berbaikan) dalam pergaulan. Islam tidak melarang kita untuk bermujamalah dan muhasanah dengan mereka. Apalagi dalam akidah Islam termasuk Rasul Allah yang agung dan Ulul Azmi. Nabi Isa diagungkan juga dalam Islam. Hanya saja mereka, Nasrani berlebihan pada Nabi Isa dan menganggapnya tuhan. Maha Luhur Allah dari apa perkataan mereka yang melampaui batas."

Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri dalam satu kajiannya mengatakan, jangan saling menghujat satu sama lain yang berbeda pandangan dalam hal ucapan Selamat Natal. Ucapan tahniah Natal merupakan persoalan khilafiyah sebab masing-masing memiliki dasar argumentasinya.

Fatwa Darul Ifta Mishriyah:

إن هذا الفعل يندرج تحت باب الإحسان الذي أمرنا الله عز وجل به مع الناس جميعا دون تفريق، مذكرة بقوله تعالى: ﴿وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا﴾، وقوله تعالى:﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ


"Perbuatan (ucapan selamat untuk hari raya agama lain) ini termasuk dalam berbuat baik yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia tanpa perbedaan. Sebagaimana firman Allah, "Katakan kebaikan pada manusia" dan "Allah memerintahkan berbuat adil dan berbuat baik."

Fatwa Majelis Ulama Eropa:

فلا مانع إذن أن يهنئهم الفرد المسلم، أو المركز الإسلامي بهذه المناسبة، مشافهة أو بالبطاقات التي لا تشتمل على شعار أو عبارات دينية تتعارض مع مبادئ الإسلام. والكلمات المعتادة للتهنئة في مثل هذه المناسبات لا تشتمل على أي إقرار لهم على دينهم، أو رضا بذلك، إنما هي كلمات مجاملة تعارفها الناس. ولا مانع من قبول الهدايا منهم، ومكافأتهم عليها، فقد قبل النبي –صلى الله عليه وسلم - هدايا غير المسلمين مثل المقوقس عظيم القبط بمصر وغيره، بشرط ألا تكون هذه الهدايا مما يحرم على المسلم كالخمر ولحم الخنزير


"Tidak ada larangan bagi individu muslim atau organisasi Islam untuk mengucapkan selamat atas peringatan (Natal) ini secara lisan atau dengan kartu yang tidak mengandung syiar atau ucapan keagamaan yang berlawanan dengan prinsip Islam. Hendaknya kalimat yang digunakan untuk ucapan selamat Natal tidak mengandung pengakuan apapun pada agama mereka atau rela atasnya. Ia hendaknya berupa kalimat mujamalah (courtesy) yang umum dikenal.

Tidak ada larangan menerima hadiah dari mereka dan memberi hadiah pada mereka. Karena, Nabi pernah menerima hadiah dari non-muslim seperti Muqauqis pembesar Kristen Koptik Mesir dan lainnya dengan syarat hadiah tersebut tidak haram bagi muslim seperti minuman alkohol dan daging babi."

Dalil yang Digunakan Ulama Kontemporer

Dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan ucapan Selamat hari raya untuk agama lain di antaranya, Surat Al-Mumtahanah ayat 8; Surat Al-Baqarah ayat 83; Surat An-Nahl ayat 90; Surat An-Nisa' ayat 86. Dalil lainnya adalah keumuman kaidah: "Bahwa bab Muamalah hukumnya boleh sampai ada dalil yang melarangnya. Kalangan ini memandang bahwa tahniyah hari raya agama lain tidaklah berkaitan dengan masalah ibadah apalagi aqidah. Ketika sesesorang mengucapkannya, bukan serta merta bisa diartikan bahwa dia menyetujui dan mengakui kebenaran ajaran agama mereka."

2. Kalangan yang Melarang

Kalangan yang melarang adalah mayoritas ulama empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali). Mereka mengharamkan ucapan Selamat Natal atau bertahniah kepada non muslim yang sedang berhari raya. Berikut penjelasan masing-masing mazhab:

Mazhab Hanafiyyah

Ibnu Najim dalam Al-Bahr Al-Raiq Syarah Kanz Al-Daqaiq, (8/555):

قال أبو حفص الكبير رحمه الله : لو أن رجلا عبد الله تعالى خمسين سنة ثم جاء يوم النيروز وأهدى إلى بعض المشركين بيضة يريد تعظيم ذلك اليوم فقد كفر وحبط عمله وقال صاحب الجامع الأصغر إذا أهدى يوم النيروز إلى مسلم آخر ولم يرد به تعظيم اليوم ولكن على ما اعتاده بعض الناس لا يكفر ولكن ينبغي له أن لا يفعل ذلك في ذلك اليوم خاصة ويفعله قبله أو بعده لكي لا يكون تشبيها بأولئك القوم , وقد قال صلى الله عليه وسلم { من تشبه بقوم فهو منهم } وقال في الجامع الأصغر رجل اشترى يوم النيروز شيئا يشتريه الكفرة منه وهو لم يكن يشتريه قبل ذلك إن أراد به تعظيم ذلك اليوم كما تعظمه المشركون كفر , وإن أراد الأكل والشرب والتنعم لا يكفر


"Hafs Al-Kabir berkata: Apabila seorang muslim yang menyembah Allah selama 50 tahun lalu datang pada Hari Niruz (tahun baru kaum Parsi dan Kurdi pra Islam) dan memberi hadiah telur pada sebagian orang musyrik dengan tujuan untuk mengagungkan hari itu, maka dia kafir dan terhapus amalnya. Berkata penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar: Apabila memberi hadiah kepada sesama muslim dan tidak bermaksud mengagungkan hari itu tetapi karena menjadi tradisi sebagian manusia maka tidak kafir akan tetapi sebaiknya tidak melakukan itu pada hari itu secara khusus dan melakukannya sebelum atau setelahnya supaya tidak menyerupai dengan kaum tersebut. Nabi bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka." Penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar berkata: Seorang lelaki yang membeli sesuatu yang dibeli orang kafir pada hari Niruz dia tidak membelinya sebelum itu maka apabila ia melakukan itu ingin mengagungkan hari itu sebagaimana orang kafir maka ia kafir. Apabila berniat untuk makan minum dan bersenang-senang saja tidak kafir.

Madzab Malikiyyah
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2319 seconds (0.1#10.140)