Peringatan Wafatnya Jalaluddin Rumi: Dikenal sebagai Penyair Sekuler di Barat

Senin, 18 Desember 2023 - 15:18 WIB
loading...
Peringatan Wafatnya...
Rumi menulis karya besarnya, Masnavi, sebuah puisi sepanjang 50.000 baris. Ilustrasi: Ist
A A A
Jalaluddin Mohammad Rumi masih menjadi misteri sampai kini, kendati sudah 750 tahun setelah kematiannya. Apakah dia seorang cendekiawan Muslim atau pakar spiritual? Puisi spiritual dan kebijaksanaan abadi Jalaluddin Mohammad Rumi telah melampaui waktu dan budaya.

Setelah menyelesaikan pendidikan teologinya di Aleppo, Suriah, Rumi pergi ke Konya di mana ia bertemu dengan seorang darwis pengembara, bernama Shams-i-Tabriz, yang meninggalkan pengaruh mendalam pada cendekiawan Islam tersebut.



Baraka Blue, pendiri gerakan seni spiritual, Rumi Center, di California, mengatakan Tabriz akan mengubah Rumi, dan menuntun pada “kebangkitan spiritualnya”.

Rumi menulis karya besarnya, Masnavi, sebuah puisi sepanjang 50.000 baris, yang ditulis dalam bait dan kuatrain berima tentang kerinduan seumur hidup untuk mencari Tuhan.

Ini akan menjadi karya-karyanya yang paling terkenal. Karya terkenal lainnya termasuk Fihi Ma Fihi dan Divan-i Shams-i Tabrizi – kumpulan puisi yang ditulis untuk menghormati mentor spiritualnya.

“Ini [Masnavi] sebenarnya disebut 'Quran dalam bahasa Persia', yang menunjukkan bahwa ini adalah puncak ekspresi dalam bahasa tersebut tetapi juga merupakan eksposisi Al-Quran dalam bahasa Persia,” ujar Baraka Blue, rapper dan penyair terkenal, kepada Al Jazeera.

Seperti yang dikatakan Rumi dalam pendahuluan, “ini adalah akar dari akar jalan [iman],” tambah Blue yang juga penulis The Art of Remembrance.



Untuk sepenuhnya memahami dan menghargai kedalaman kata-kata Rumi, diperlukan “pemahaman yang kuat terhadap tradisi Islam secara umum dan tasawuf pada khususnya”, kata Blue. “Kata-katanya tidak diragukan lagi merupakan titik masuk yang indah menuju tradisi [Islam] ini.”

Rumi sendiri akan menasihati para pembaca Masnavi untuk berwudhu dan menjaga kebersihan seperti saat membaca Al-Qur'an atau salat lima waktu. Niat membacanya adalah untuk terhubung dengan Sang Pencipta.

Siapa Rumi di Barat?

Terjemahan bahasa Inggris pertama yang diketahui dari beberapa karya Rumi diterbitkan pada tahun 1772 oleh seorang hakim dan ahli bahasa Inggris William Jones di Kalkuta — sekarang Kolkata — yang saat itu merupakan basis British East India Company. Bahasa Persia masih menjadi bahasa resmi di pengadilan dan kantor publik di India, warisan pemerintahan Mughal.

Daya tarik mistik Rumi menarik perhatian para penerjemah Inggris lainnya, JW Redhouse pada tahun 1881, Reynold A Nicholson (1925) dan AJ Arberry’s Mystical Poems of Rumi (1960-79).



Namun Rumi benar-benar mencapai popularitas global di kalangan masyarakat umum setelah terjemahan bahasa Inggris yang lebih tua dan lebih akademis dari karyanya diterjemahkan ulang, khususnya pada tahun 1990-an oleh penulis Amerika Coleman Barks. Lebih dari tujuh abad setelah kematian Rumi, dia menjadi penyair terlaris.

"Namun jangkauan populer tersebut harus dibayar mahal," kata beberapa pakar.

“Masalah utama selama beberapa dekade yang disajikan Rumi kepada pembaca Barat, termasuk umat Islam, adalah bahwa Rumi adalah seorang penyair sekuler dan universalis,” jelas Zirrar Ali, seorang penulis dan fotografer yang juga menulis beberapa antologi puisi Persia dan Urdu.

Dia mengatakan bahwa seperti karya filsuf Jerman Immanuel Kant dan filsuf Inggris John Locke tidak dapat dipahami tanpa memahami sistem kepercayaan mereka, hal yang sama juga terjadi pada Rumi.

“Yang patut dipertanyakan mengapa Rumi bertransformasi begitu leluasa? Ini sebagian karena kemalasan dan sebagian lagi disengaja,” tambahnya.

Menghapus keyakinan Sunni ortodoks Rumi telah menyebabkan terjemahan yang salah, katanya, yang memberikan gambaran pseudo-sekuler tentang pria dan karyanya.



Rumi tidak hanya berperan sebagai seorang universalis, kata Ali, “dia digambarkan sebagai seorang liberal yang berpikiran bebas … seorang pria yang tidak menginginkan apa pun selain anggur, seks bebas, dan kesenangan”.

Omid Safi, seorang profesor di Departemen Studi Asia dan Timur Tengah di Duke University di North Carolina, juga menunjukkan adanya terjemahan yang tidak akurat.

“Tuhan” atau “Yang Tercinta”, dianggap sebagai kekasih manusia, “bukan referensi halus yang mencakup semua kekasih duniawi, surgawi, dan ilahi”, jelasnya.

“Contoh nyata lainnya adalah kalimat yang banyak dikutip, ‘Biarkan keindahan yang kita cintai menjadi apa yang kita lakukan, ada ratusan cara untuk berlutut dan mencium tanah’. Namun karya asli Rumi secara khusus mengacu pada Ruku’ dan Sajda, yang merupakan postur salat [sehari-hari] dalam Islam.”

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2439 seconds (0.1#10.140)