Konspirasi Yahudi: Kisah Pertikaian antara Nazisme dan Kristen
loading...
A
A
A
Adolf Hitler (1889 – 1945) adalah Ketua Partai Nazi atau Partai Pekerja Jerman Sosialis Nasional. Tokoh kelahiran Austria ini menjabat sebagai Kanselir Jerman sejak 1933 sampai 1945 dan diktator Jerman Nazi mulai tahun 1934 sampai 1945. Hitler menjadi tokoh utama Jerman Nazi, Perang Dunia II di Eropa, dan Holocaust .
Sejak Hitler memihak dan bergandengan tangan dengan golongan aristokrasi militer Jerman, dia larut dalam ajaran Atheis. "Kasta ini menjadikan negara Jerman dan prinsip supremasi ras Arya sebagai Tuhan," tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Itu sebabnya, para tokoh Protestan bergabung dengan gereja Katolik untuk menghadapi langkah-langkah Hitler. Gabungan ini terjadi karena terpanggil untuk menentang paham atheisme yang dijadikan pegangan oleh golongan Nazi ekstrem itu.
Pertentangan antara Hitler dan gereja makin tampak jelas menjelang akhir tahun 1936, dan mencapai puncaknya ketika Paus Pius XI menulis surat kepausannya kepada gereja di seluruh dunia tanggal 14 Maret 1937.
Isinya, Sri Paus menyerang Nazisme secara terbuka, khususnya sehubungan dengan prinsip ketuhanan nasional bagi suatu bangsa dengan menjelaskan, bahwa Allah adalah Tuhan bagi semesta alam, bukan hanya bagi makhluk atau ras tertentu.
Tanggal 19 Agustus 1938 para tokoh gereja Protestan Jerman mengedarkan surat berisi kecaman keras terhadap prinsip atheisme yang dianut oleh Nazi.
Disebutkan tentang sikap para tokoh Nazi di Jerman terhadap agama Kristen secara terbuka, disertai dengan pernyataan Fuehrer tentang nasionalisme Arya Jerman yang di-Tuhan-kan itu.
Gereja Protestan bersama Katolik mengambil sikap melawan dan menentang Hitler dan Nazismenya. Berikut ini adalah cuplikan isi surat tersebut:
"Tujuan para tokoh Nazi bukan saja menghancurkan gereja Katolik atau gereja Protestan, melainkan juga ingin menghancurkan ajaran Kristen yang berlandaskan Tuhan semesta alam, untuk diganti secara praktis dengan Tuhan Ras Jerman. Apakah yang dimaksud dengan Tuhan Ras Jerman itu? Apakah ada bedanya dari Tuhan bangsa lain? Kalau demikian, setiap bangsa punya Tuhan sendiri, yang berarti tidak ada Tuhan' sama sekali".
Para tokoh Nazi menanggapi sikap gereja itu dengan sikap keras. Suhu politik di Jerman hampir mirip dengan situasi perang sipil yang disebabkan oleh pertikaian kepercayaan agama. Untuk menghadapi perkembangan situasi dalam negeri, Hitler mengeluarkan undang-undang tegas dengan sangsi hukuman yang berat bagi setiap ancaman terhadap kekuasaan politik mutlak negara Nazi.
Sejak itu situasi tegang yang terjadi di Jerman tampak mereda. Akan tetapi, pertengkaran mendasar antara Nazi dan gereja tetap tidak bisa berkurang.
Ini pula yang membuat poros Berlin-Roma yang baru terbentuk seakan mandul. Jenderal Franco yang lebih banyak dipengaruhi oleh keyakinan ajaran agama Kristen yang dianutnya, telah menjadi penghalang untuk bergabung bersama.
Sejak Hitler memihak dan bergandengan tangan dengan golongan aristokrasi militer Jerman, dia larut dalam ajaran Atheis. "Kasta ini menjadikan negara Jerman dan prinsip supremasi ras Arya sebagai Tuhan," tulis William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993).
Itu sebabnya, para tokoh Protestan bergabung dengan gereja Katolik untuk menghadapi langkah-langkah Hitler. Gabungan ini terjadi karena terpanggil untuk menentang paham atheisme yang dijadikan pegangan oleh golongan Nazi ekstrem itu.
Pertentangan antara Hitler dan gereja makin tampak jelas menjelang akhir tahun 1936, dan mencapai puncaknya ketika Paus Pius XI menulis surat kepausannya kepada gereja di seluruh dunia tanggal 14 Maret 1937.
Isinya, Sri Paus menyerang Nazisme secara terbuka, khususnya sehubungan dengan prinsip ketuhanan nasional bagi suatu bangsa dengan menjelaskan, bahwa Allah adalah Tuhan bagi semesta alam, bukan hanya bagi makhluk atau ras tertentu.
Tanggal 19 Agustus 1938 para tokoh gereja Protestan Jerman mengedarkan surat berisi kecaman keras terhadap prinsip atheisme yang dianut oleh Nazi.
Disebutkan tentang sikap para tokoh Nazi di Jerman terhadap agama Kristen secara terbuka, disertai dengan pernyataan Fuehrer tentang nasionalisme Arya Jerman yang di-Tuhan-kan itu.
Gereja Protestan bersama Katolik mengambil sikap melawan dan menentang Hitler dan Nazismenya. Berikut ini adalah cuplikan isi surat tersebut:
"Tujuan para tokoh Nazi bukan saja menghancurkan gereja Katolik atau gereja Protestan, melainkan juga ingin menghancurkan ajaran Kristen yang berlandaskan Tuhan semesta alam, untuk diganti secara praktis dengan Tuhan Ras Jerman. Apakah yang dimaksud dengan Tuhan Ras Jerman itu? Apakah ada bedanya dari Tuhan bangsa lain? Kalau demikian, setiap bangsa punya Tuhan sendiri, yang berarti tidak ada Tuhan' sama sekali".
Para tokoh Nazi menanggapi sikap gereja itu dengan sikap keras. Suhu politik di Jerman hampir mirip dengan situasi perang sipil yang disebabkan oleh pertikaian kepercayaan agama. Untuk menghadapi perkembangan situasi dalam negeri, Hitler mengeluarkan undang-undang tegas dengan sangsi hukuman yang berat bagi setiap ancaman terhadap kekuasaan politik mutlak negara Nazi.
Sejak itu situasi tegang yang terjadi di Jerman tampak mereda. Akan tetapi, pertengkaran mendasar antara Nazi dan gereja tetap tidak bisa berkurang.
Ini pula yang membuat poros Berlin-Roma yang baru terbentuk seakan mandul. Jenderal Franco yang lebih banyak dipengaruhi oleh keyakinan ajaran agama Kristen yang dianutnya, telah menjadi penghalang untuk bergabung bersama.
(mhy)