Konspirasi Yahudi: Tiga Tokoh Berpengaruh dalam Perang Dunia II
loading...
A
A
A
Tiga tokoh berpengaruh di dunia dalam Perang Dunia II adalah Sir Winston Leonard Spencer Churchill (Perdana Menteri Britania Raya ), Presiden Amerika Serikat ke-32, Franklin Delano Roosevelt, dan Pemimpin Rusia Joseph Stalin.
William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) mengingatkan Perang Dunia II, yang lebih ganas daripada Perang Dunia I , selayaknya menjadi pelajaran bagi umat manusia.
Segala kemampuan perlu dihimpun untuk menghindari malapetaka yang timbul dari perang yang tidak perlu terulang lagi. "Jalan terbaik adalah bersikap waspada terhadap setiap kekuatan setan, yang suka menimbulkan gejala kekacauan dunia dari balik layar," tulisnya.
Setiap krisis perekonomian dan kekacauan yang timbul perlu diwaspadai siapa biang keladinya. Terulangnya sejarah pahit perlu dicegah.
Menurut William, sukar orang mengetahui ke mana dunia kita ini sedang berjalan. Kita hanya bisa membandingkan antara masa lalu dengan fenomena masa kini, dengan berpijak pada apa yang telah kita ketahui mengenai program-program besar yang dicanangkan oleh konferensi Malta tahun 1943, dan 1946 oleh tiga tokoh berpengaruh dunia, yaitu Churchill, Roosevelt dan Stalin.
Peran Roosevelt, kemudian digantikan oleh Harry S. Truman yang menjabat Presiden AS pada 1945–1953. Tidak banyak pihak yang tahu tentang hakikat yang berhubungan dengan kesepakatan tinggi tokoh tersebut, kecuali beberapa orang dalam kalangan atas saja, pihak umum sukar hendak mengetahui, kecuali hanya melihat indikatornya lewat peristiwa yang terjadi kemudian.
"Mereka merancang perjalanan yang sedang kita alami sekarang ini, sebagaimana pengakuan Stalin dan Truman atas berdirinya negara Zionis di tanah Palestina , sebelum negara lain mana pun memberikan pengakuannya," tulis William G. Carr.
Ketiga tokoh tersebut sebenarnya bukan merupakan satu kesatuan. Stalin sendiri telah berbalik kepada pihak pemilik modal internasional sejak sebelum perang, dan memperkokoh kedudukan dengan langkah pembersihan terhadap lawan politiknya, terutama para tokoh Komunis senior.
Berbaliknya Stalin karena ada tekanan berat dari para pemilik modal internasional, untuk bersama-sama menghadapi musuh, yaitu Nazisme golongan aristokrat militer rasialis Jerman.
William G. Carr dalam bukunya berjudul "Yahudi Menggenggam Dunia" (Pustaka Kautsar, 1993) mengingatkan Perang Dunia II, yang lebih ganas daripada Perang Dunia I , selayaknya menjadi pelajaran bagi umat manusia.
Segala kemampuan perlu dihimpun untuk menghindari malapetaka yang timbul dari perang yang tidak perlu terulang lagi. "Jalan terbaik adalah bersikap waspada terhadap setiap kekuatan setan, yang suka menimbulkan gejala kekacauan dunia dari balik layar," tulisnya.
Setiap krisis perekonomian dan kekacauan yang timbul perlu diwaspadai siapa biang keladinya. Terulangnya sejarah pahit perlu dicegah.
Menurut William, sukar orang mengetahui ke mana dunia kita ini sedang berjalan. Kita hanya bisa membandingkan antara masa lalu dengan fenomena masa kini, dengan berpijak pada apa yang telah kita ketahui mengenai program-program besar yang dicanangkan oleh konferensi Malta tahun 1943, dan 1946 oleh tiga tokoh berpengaruh dunia, yaitu Churchill, Roosevelt dan Stalin.
Peran Roosevelt, kemudian digantikan oleh Harry S. Truman yang menjabat Presiden AS pada 1945–1953. Tidak banyak pihak yang tahu tentang hakikat yang berhubungan dengan kesepakatan tinggi tokoh tersebut, kecuali beberapa orang dalam kalangan atas saja, pihak umum sukar hendak mengetahui, kecuali hanya melihat indikatornya lewat peristiwa yang terjadi kemudian.
"Mereka merancang perjalanan yang sedang kita alami sekarang ini, sebagaimana pengakuan Stalin dan Truman atas berdirinya negara Zionis di tanah Palestina , sebelum negara lain mana pun memberikan pengakuannya," tulis William G. Carr.
Ketiga tokoh tersebut sebenarnya bukan merupakan satu kesatuan. Stalin sendiri telah berbalik kepada pihak pemilik modal internasional sejak sebelum perang, dan memperkokoh kedudukan dengan langkah pembersihan terhadap lawan politiknya, terutama para tokoh Komunis senior.
Berbaliknya Stalin karena ada tekanan berat dari para pemilik modal internasional, untuk bersama-sama menghadapi musuh, yaitu Nazisme golongan aristokrat militer rasialis Jerman.
(mhy)