Pembebasan Irak: Kisah Surat Khalid yang Menyebut Pasukan Muslim Cinta Mati

Senin, 15 Januari 2024 - 09:02 WIB
loading...
Pembebasan Irak: Kisah...
Pasukan Muslimin mengadakan serangan balasan, dan pihak Persia melarikan diri. Ilustrasi: Ist
A A A
Kala pembebasan Irak , anggota pasukan Khalid bin Walid tidaklah banyak. Sebagian mereka syahid dalam perang Yamamah , yakni perang melawan nabi palsu, Musailamah . Di sisi lain, pasukan Khalid juga banyak yang pulang menemui keluarganya setelah dari Yamamah.

Khalid tidak akan memanggil mereka kembali karena Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq memang sudah mengizinkan mereka pulang. Jangan menugaskan orang yang terpaksa dan jangan pula ada orang yang pernah murtad dalam ekspedisi itu, sebelum Khalifah memberikan pendapatnya.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Abu Bakr As-Siddiq" yang diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah (PT Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan ketika Khalid meminta bala bantuan kepada Abu Bakar, maka yang diperbantukan kepadanya Qa'qa' bin Amr at-Tamimi.



Dalam hal ini ada orang yang merasa heran, sehingga mereka berkata: "Memakai orang yang pasukannya tak mampu menangkap satu orang pun."

Abu Bakar menjawab: "Selama masih ada orang semacam dia pasukannya tak akan dapat dikalahkan."

Demikian juga jawabannya ketika Iyad diperbantukan kepada Abd bin Auf al-Himyari. Ketika mengirim Qa'qa' itu ia menulis kepada Khalid "Mintalah bantuan orang-orang yang pernah memerangi kaum murtad dan orang yang teguh keislamannya sesudah Rasulullah SAW wafat"

18.000 Orang Pasukan

Tak lama setelah kembali Khalid menyusun pasukannya, terdiri atas 8000 orang dari suku Rabi'ah dan Mudar, di samping 2000 yang sudah ada. Dengan jumlah 10.000 itu kemudian ia berangkat.

Sebelum itu pun sudah ada 8000 orang dipimpin oleh komandan-komandan pasukan Muslimin, dengan Mutsanna sebagai panglimanya.

Kalau sudah memasuki Irak perintah Abu Bakar kepada Khalid, supaya dimulai dari Ubullah di Teluk Persia. Ubullah adalah sebuah pelabuhan yang menjadi lalu lintas perdagangan ke India dan Sind, dan dari sana dikirim ke Irak.



Para ahli menyebutkan bahwa ekspedisi pertama ke Irak ialah ekspedisi Hafir. Letak Hafir ini di perbatasan Sahara, tak jauh dari pelabuhan Kazimah.

Kala itu yang memerintah seluruh daerah adalah Ormizd mewakili Persia, dan di kalangan bangsawannya ia termasuk orang yang sudah mencapai kedudukan tertinggi. Bagi orang-orang Persia ketika itu topi dinilai menurut keturunan dan kesukuan.

Orang yang sudah mencapai kedudukan tertinggi harga topinya seratus ribu, dan harga topi Ormizd sudah setinggi itu. Dalam berhubungan dengan orang-orang Arab Ormizd dikenal sebagai penguasa daerah yang paling jahat.

Begitu bencinya orang kepadanya sampai namanya dijadikan peribahasa yang melambangkan kejahatan: "Lebih jahat dari Ormizd" dan "Lebih kafir dari Ormizd."

Pangkal kebenciannya kepada Arab karena dahulu - saudara-saudara sepupunya di Semenanjung - sering melakukan penjarahan dan menyerang negeri-negeri yang berada di wilayahnya. Ia memerangi mereka di darat. Sedang di laut yang diperanginya orang-orang India, sebab kapal-kapal mereka datang ke pelabuhan itu dan melakukan perbuatan-perbuatan yang menyerupai perompakan.

Dengan melakukan perang di darat dan laut ini ia menganggap dirinya pelindung negeri itu dan sebagai kunci Persia.



Tiga Satuan
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2793 seconds (0.1#10.140)