Pembebasan Irak: Kisah Surat Khalid yang Menyebut Pasukan Muslim Cinta Mati

Senin, 15 Januari 2024 - 09:02 WIB
loading...
A A A
Khalid berangkat dari Yamamah menuju Irak dengan membawa 10.000 orang tentara. Sesampai di perbatasan ia melihat Mutsanna dan pasukannya sedang menunggu. Di situlah Khalid membagi pasukannya menjadi tiga satuan, masing-masing diarahkan ke jalan yang semuanya nanti akan bertemu di Hafir.

Satuan pertama dipimpin oleh Mutsanna bin Harisah asy-Syaibani, yang sudah diberangkatkan dua hari sebelum Khalid; regu kedua di bawah pimpinan Adi bin Hatim at-Ta'i yang berangkat sehari sebelumnya, dan Khalid sendiri di barisan terakhir.

Sebelum itu Khalid memang sudah mengirim surat kepada Ormizd mengatakan:

"Kemudian daripada itu; terimalah ajaran Islam, Anda akan selamat. Atau tempatkanlah dirimu dan golonganmu sebagai zimmi dan membayar ketentuan jizyah. Kalau tidak, janganlah salahkan orang lain, tetapi yang salah Anda sendiri. Aku datang kepadamu dengan pasukan yang cinta mati, seperti juga kalian yang cinta hidup."

Ormizd menerima surat itu sementara berita-berita tentang kaum Muslimin dan pasukannya sudah tersiar luas. Ia menulis surat kepada Raja Ardasyir (Ardashir) menyampaikan berita itu.

Sementara itu ia sudah pula mengumpulkan pasukannya dan terus berangkat ke Kawazim untuk menghadapi Khalid di sana. Setelah mengetahui bahwa Khalid memerintahkan pasukannya berangkat ke Hafir, cepat-cepat ia mengerahkan pasukannya dan bermarkas di sebuah mata air di tempat itu.



Khalid sudah datang ke sana dan memerintahkan agar menyerukan pasukannya turun di sana dan sekalian menurunkan barang-barangnya. Beberapa orang anggota pasukannya mengatakan bahwa mereka tak punya persediaan air.

"Turunlah dan letakkanlah barang-barang kalian di sini. Kemudian berjuanglah untuk menguasai mata air itu. Air akan menentukan ketahanan dan kehormatan kedua pasukan ini."

Ekspedisi Kazimah dan kemenangan Khalid melawan Persia
Ormizd berdiri di tengah-tengah pasukannya, didampingi di kanan kirinya oleh dua orang pangeran dari keluarga kerajaan di Persia, Kobad (Kavadh) dan Anusyagan. Ormizd berteriak: "Mana Khalid?!"

Ia menginginkan Khalid maju bertanding satu lawan satu. Karena dia sudah tahu tentang kepahlawanan Khalid di negeri Arab dan apa yang sudah dilakukannya, maka lebih yakin dia bahwa kalau dapat membunuh Khalid, berarti Persia memperoleh separuh kemenangan kalau tidak akan dikatakan itulah seluruh kemenangannya. Tetapi apa pula yang telah menggodanya ia ingin membunuh Khalid padahal Khalid seorang pahlawan yang tak terkalahkan?!

Soalnya mudah saja. Dengan pengkhianatan tujuannya akan tercapai. Untuk itu ia perintahkan pasukan berkudanya, kalau mereka melihat Khalid maju, seranglah dia serentak dan bunuhlah.



Khalid mendengar ajakan Ormizd itu. Ia turun dari kudanya dan melangkah menuju kepadanya, maka bertemulah keduanya dan terjadilah dua kali duel. Ketika itulah pasukan berkuda Persia sudah siap menyerang hendak membunuh Khalid dan menyelamatkan Ormizd. Tetapi ketika itu juga Qa'qa' bin Amr menyerang mereka tanpa memberi kesempatan lagi. Sementara itu Khalid sudah berhasil membantai Ormizd.

Ketika itulah pasukan Muslimin mengadakan serangan balasan, dan pihak Persia melarikan diri. Oleh pasukan Muslimin mereka dikejar terus sampai malam hari.

Pihak Muslimin sudah sampai di Jembatan Besar Sungai Furat, letak kota Basrah yang sekarang, sementara Kobad dan Anusyagan terus lari tunggang langgang bersama sisa-sisa pasukannya.

Kemenangan berakhir di pihak Muslimin. Khalid memerintahkan Ma'qil bin Muqarrin al-Mazani agar pergi ke Ubullah untuk mengumpulankan harta dan tawanan-tawanan peran. Ma'qil segera melaksanakan tugas itu.

Sedang Mutsanna mendapat perintah agar memburu pasukan Persia yang sudah kalah itu. Mutsanna bergegas mengejarnya, dan seolah ia tak ingin kehilangan jejaknya sebelum mencapai Mada'in.

(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2089 seconds (0.1#10.140)