Mengajarkan Pintu-pintu Kebaikan pada Anak Sejak Dini

Jum'at, 26 Januari 2024 - 11:26 WIB
loading...
Mengajarkan Pintu-pintu Kebaikan pada Anak Sejak Dini
Sangat banyak pintu-pintu kebaikan yang bisa kita buka untuk anak-anak. Kita buat mereka gemar melakukannya sedari kecil. Foto ilustrasi/ist
A A A
Sangat banyak pintu-pintu kebaikan yang bisa kita buka untuk anak-anak. Kita buat mereka gemar melakukannya sedari kecil. Karena “bisa karena biasa” anak-anak yang dilatih untuk melakukan kebaikan-kebaikan di masa kecil dia akan terbiasa melakukannya ketika dia sudah beranjak dewasa.

"Salah satunya sikap profesional, yang harus kita ajarkan kepada anak. Sikap ini, merupakan salah satu pintu kebaikan yang perlu ditanamkan pada anak sejak dini,"tutur Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam paparannya mengenai 'Mencetak Generasi Rabbani' dalam Kajian Sunnah, belum lama ini.

Menurutnya, salah satu contoh misalnya sikap profesional di dalam melakukan setiap pekerjaan. Sehingga anak itu biasa melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Dan ini merupakan kunci kesuksesan dalam urusan apa saja, dunia maupun akhirat.

Ibadah kalau kita lakukan itu dengan baik, tentu pahalanya berbeda dengan ibadah yang kita kerjakan mungkin setengah hati atau kita tidak sungguh-sungguh atau tidak serius dan tidak fokus. Jadi ini adalah satu pelatihan, yaitu melatih anak-anak untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan benar dan baik, melatih anak bersikap profesional di dalam setiap pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

Ini adalah sifat dan sikap yang harus ditanamkan sejak dini. "Dan mudah-mudahan itu menjadi jati dirinya ketika dia sudah dewasa,"ungkap ustadz Al-Atsaary beberapa waktu lalu dalam kajian ceramahnya di Jakarta.

Ihsan dengan makna ini disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam hadisnya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ


“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ihsan dalam semua urusan.” (HR. Muslim)

Dan makna ihsan di sini diperjelas Nabi dalam lanjutan hadis tersebut.

فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ


“Maka kalau kalian membunuh hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh dan kalau kalian menyembelih hendaklah kalian memperbaiki cara menyembelih kalian.”

Jika kamu melakukan eksekusi atau menghilangkan nyawa, harus dilakukan dengan baik, bukan sekadar asal-asalan dan yang penting mati, tidak. Demikian juga contoh yang lain adalah menyembelih hewan sembelihan. Bukan yang menjadi tujuan kita adalah bagaimana hewan mati, tapi bagaimana hewan itu mati dengan baik.

Jadi ini adalah profesionalisme di dalam melakukan tugas yang kita kerjakan. Sampai-sampai contohnya di sini disebutkan Nabi bahwa menyembelih pun harus profesional. Bagaimana caranya? Yaitu hendaklah menajamkan mata pisaunya dan dia buat nyaman hewan yang disembelihnya. Jadi tidak disiksa, tidak dibanting kanan banting kiri. Sebagian orang ketika menyembelih mereka menyiksa lebih dulu sebelum hewan itu mati. Ada yang pakai pisau tumpul sehingga hewan itu harus sekarat berjam-jam baru mati. Ini tentunya menyakiti hewan tersebut. Artinya ini tidak profesional, ini amatiran.

Karena itu, seorang muslim harus bisa melakukan tugas dan tanggung jawab yang diembannya dengan baik, dengan profesional. Maka ada kaidah dalam Islam:

العِلْمُ قَبْلَ القَوْلِ وَالْعَمَلِ


“Berilmu sebelum berkata dan berbuat.”

Sebelum kita melakukan eksekusi terhadap satu perkerjaan, kita ilmui dulu. Penyakitnya kita ini, dalam segala urusan, kadang-kadang kita tidak mau belajar atau membaca atau mencari tahu terlebih dahulu sebelum melakukan eksekusi pekerjaan.

Contohnya, mungkin banyak diantara kita yang jarang membaca buku panduan. Misalnya buku pegangan untuk pengoperasian satu unit, kita jarang baca itu. Kita langsung pegang bendanya, kita otak-atik, akhirnya rusak. Padahal segala sesuatu harus ada SOP-nya, harus ditangani dengan profesional. Kalau tidak maka akan berantakan. Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, jika diserahkan urusan kepada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Hal ini karena dia akan menanganinya secara amatiran, tidak profesional.

"Maka hal ini perlu kita tanamkan kepada anak-anak, semoga ini menjadi jati dirinya, ini menjadi satu tabiatnya, ini menjadi satu sifatnya, yaitu dia tidak akan menangani suatu pekerjaan kecuali setelah dia ketahui betul hal itu kemudian dia menanganinya dengan baik,"ungkapnya dalam majelis ilmu yang digelar Radio Rodja Jakarta tersebut, baru-baru ini.



Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1380 seconds (0.1#10.140)