Kala Kopi Digemari Kaum Sufi, Sempat Diharamkan di Era Ottoman

Sabtu, 23 Maret 2024 - 17:00 WIB
loading...
Kala Kopi Digemari Kaum...
Kopi sempat diharamkan di era Ottoman. Foto/Ilustrasi: Daily Sabah
A A A
Kesultanan Ottoman memainkan peran penting dalam mempopulerkan kopi , mulai dari diperkenalkannya kopi di Istanbul pada pertengahan abad ke-16 hingga pendirian kedai kopi sebagai pusat interaksi sosial dan pertukaran intelektual.

Saat ini, banyak sumber yang menyebutkan bahwa kopi yang sudah menjadi kebutuhan menyenangkan dalam kehidupan kita sehari-hari dan namanya dipadukan dengan kata " Turki " di banyak negara, berasal dari India . Merupakan jenis pohon yang tingginya mencapai 6-8 meter (19-26 kaki) dan menghasilkan buah berupa biji.

Para ahli percaya bahwa hanya 1 kilogram kopi kering diperoleh dari 15-20 kilogram kopi segar. Karena karakteristik ini, kopi awalnya digunakan bukan sebagai minuman melainkan sebagai makanan, dan kopi menyebar dari India hingga Yaman sekitar abad ke-15. Hal ini juga baru diakui di dunia Islam, setelah Yaman , Arab, dan Mesir , pada abad ke-16.

Sejalan dengan hal tersebut, ada pepatah dalam bahasa Turki yang berbunyi “kopi berasal dari Yaman”.

Dengan demikian, masyarakat Turki baru mengenal kopi pada pertengahan abad ke-16. Misalnya, pengelana epik Ottoman Evliya Çelebi menyebutkan dalam "Travelogue" -nya tentang kehadiran 300 depot kopi dan sekitar 500 pengrajin kedai kopi di Istanbul saat itu.



Kenapa dari Yaman?

Awalnya dibudidayakan di Yaman dan digunakan di wilayah tersebut dalam jangka waktu yang lama, kopi kemudian digunakan secara luas di seluruh Jazirah Arab, yang mengarah pada pembukaan kedai kopi pertama di Makkah pada tahun 1511.

Daily Sabah melansir karena minuman beralkohol dilarang dalam Islam, penyebaran kopi, minuman panas dan harum, di negara-negara Muslim menjadi lebih mudah.

Dibukanya kedai kopi pertama di samping masjid yang sering dikunjungi jamaah masjid seringkali menjadikan kedai kopi tersebut sebagai tempat berkumpulnya para penganut tarekat sufi yang sama.

Selain itu, aspek nikmat dari kopi tidak dapat diabaikan, karena kopi memfasilitasi interaksi yang menyenangkan di antara orang-orang, sehingga mengarah pada saling pengertian dan keakraban.

Disebut Moka

Penyebaran kopi sebagai salah satu elemen berkumpul dan bersantai dimulai di sini. Orang Eropa, karena ziarah umat Islam ke Makkah, juga menyebut bentuk lain dari kopi pahit yang mereka minum di wilayah itu sebagai "moka".



Pepatah Turki lainnya berbunyi, “Seteguk kopi memiliki kenangan seribu tahun.” Sebagai suguhan yang berkesan dan penuh perhatian, kopi dengan cepat menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia.

Di sisi lain, penyebaran kopi di wilayah Ottoman juga berlangsung cepat namun terkadang menimbulkan permasalahan. Masuknya mereka ke Istanbul, ibu kotanya, hanya terjadi pada pertengahan abad ke-16 melalui lembaga gubernur jenderal Habesh, Özdemir Pasha. Pengenalan ini menimbulkan kehebohan di ibu kota Ottoman, dan kedai kopi pertama dibuka pada tahun 1554.

Kehadiran kafein dalam kopi, karena sifatnya yang menenangkan, telah menimbulkan banyak perdebatan di kalangan ulama Islam. Dengan tersebarnya kopi di wilayah Ottoman, khususnya di Istanbul, dan dibukanya kedai kopi di setiap lingkungan Istanbul pada masa pemerintahan Sultan Suleiman Agung, mufti agung saat itu, Ebussuud Efendi, mengeluarkan fatwa yang berbunyi: “Ini adalah minuman orang-orang sesat yang tidak mengenal perintah Allah.”

Oleh karena itu, beliau mengeluarkan larangan pertama atas nama agama, menyatakan haram.

Sejak itu dengan rasa yang begitu nikmat, kopi dikonsumsi secara sembunyi-sembunyi. Semakin banyak juga kedai kopi yang buka di seluruh Anatolia. Menjelang akhir abad ke-16, mufti besar lainnya pada masa itu, Bostanzade Mehmet Efendi , menyatakan: “Kopi bukanlah minuman yang memabukkan, melainkan bermanfaat bagi kesehatan dan kedai kopi tidak dilarang.”

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4367 seconds (0.1#10.140)