Cerita Ramadan Mahasiswa Indonesia di Rusia, Puasa 15 Jam hingga Kangen Suara Azan
loading...
A
A
A
MOSKOW - Mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh kuliah di Rusia harus menjalankan ibadah Ramadan dengan durasi lebih lama. Di negeri beruang merah itu, puasa Ramadan berlangsung 14-15 jam.
Seperti diceritakan Faiz Arsyad, yang sedang menempuh pendidikan master tahun terakhir di Higher School of Economics (HSE University), Moskow, Rusia. Dia berbagi cerita tentang suasana Bulan Ramadan di Rusia.
Bagi Faiz ini, Indonesia tetap menjadi rumah yang nyaman dan menyenangkan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan,
“Walaupun Ramadan tahun ini adalah tahun ketiga saya berpuasa di Rusia, namun tetap ada perasaan kangen dengan keluarga, teman terdekat, makanan, suara azan, musik Ramadan dan rutinitas lainnya selama di Indonesia. Jadi rasanya tetap ingin pulang ke Indonesia,” ungkap Wasekjen DPP KNPI ini dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/3/2024).
Bagi mahasiswa kelahiran Bandung ini, ada beberapa tantangan yang ia hadapi selama menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia,
“Walaupun sudah beradaptasi, namun tantangan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia tetap ada, seperti durasinya yang lebih lama (kurang lebih 14-15 jam). Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, puasa Ramadan tahun ini lebih cepat meskipun sama-sama di musim semi,” kata Faiz.
Selain itu, banyak masyarakat non-islam juga yang tidak tahu atau tidak sadar kalau sekarang adalah Bulan Ramadan, sehingga tidak ada perayaan khusus.
"Bahkan terkadang saya juga masih memiliki kuliah ketika waktu berbuka puasa, dan ketika tiba di kampus, banyak mahasiswa yang makan dan minum di berbagai sudut terutama di Kantin (tanpa tirai), sangat berbeda jauh dengan suasana di Indonesia,” tambah Faiz.
Namun bagi mahasiswa yang berdomisili di Bekasi ini, dirinya tetap menikmati melaksanakan ibadah puasa Ramadan di Rusia,
“Meskipun terdapat banyak tantangan, saya tetap merasa enjoy melaksanakan ibadah puasa Ramadan di Rusia. Bagi saya, hal ini juga menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan dan belum tentu akan terulang kembali di kemudian hari,” ujarnya.
Saat ini perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Namun menurut Ketua Diaspora Muda Jawa Barat ini situasi di Rusia khususnya Kota Moskow masih baik-baik saja.
“Memang saat ini perang masih berlangsung, banyak sektor terdampak dari kejadian luar biasa ini, namun aktivitas perkuliahan dan pekerjaan masih normal. Saya juga tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan keselamatan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan. Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kita semua untuk tetap bersyukur, ikhlas, dan terus mengabdi untuk kemajuan negara tercinta.” ungkap Faiz.
Untuk tetap merasakan suasana Ramadan di Negeri Beruang Merah, Pemuda Inspiratif Kemenpora ini memiliki strategi khusus dengan cara berkumpul bersama diaspora Indonesia di Rusia,
“Kadang-kadang saya berkumpul bersama orang Indonesia lainnya di Rusia, kami membuat makanan khas Indonesia, seperti Rendang, Bakwan, Bakso, dan Soto. Kadang kami juga membuat makanan khas Rusia, seperti Plov, Pelmeni, Borscht, dan Blini. Makanan tersebut kami santap saat berbuka puasa dan setelahnya kami bercengkrama, sehingga kami tidak kehilangan suasana Ramadan meskipun di Rusia.”
Bagi orang-orang Indonesia di Rusia, Ramadan merupakan momentum untuk saling mendoakan, saling memaafkan.
Mereka merawat tradisi-tradisi jelang Ramadan untuk berbagi rasa dan menguatkan persaudaraan sesama diaspora di Rusia.
Seperti diceritakan Faiz Arsyad, yang sedang menempuh pendidikan master tahun terakhir di Higher School of Economics (HSE University), Moskow, Rusia. Dia berbagi cerita tentang suasana Bulan Ramadan di Rusia.
Bagi Faiz ini, Indonesia tetap menjadi rumah yang nyaman dan menyenangkan untuk melaksanakan ibadah puasa Ramadhan,
“Walaupun Ramadan tahun ini adalah tahun ketiga saya berpuasa di Rusia, namun tetap ada perasaan kangen dengan keluarga, teman terdekat, makanan, suara azan, musik Ramadan dan rutinitas lainnya selama di Indonesia. Jadi rasanya tetap ingin pulang ke Indonesia,” ungkap Wasekjen DPP KNPI ini dalam keterangan tertulisnya, Selasa (26/3/2024).
Bagi mahasiswa kelahiran Bandung ini, ada beberapa tantangan yang ia hadapi selama menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia,
“Walaupun sudah beradaptasi, namun tantangan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia tetap ada, seperti durasinya yang lebih lama (kurang lebih 14-15 jam). Namun jika dibandingkan dengan tahun lalu, puasa Ramadan tahun ini lebih cepat meskipun sama-sama di musim semi,” kata Faiz.
Selain itu, banyak masyarakat non-islam juga yang tidak tahu atau tidak sadar kalau sekarang adalah Bulan Ramadan, sehingga tidak ada perayaan khusus.
"Bahkan terkadang saya juga masih memiliki kuliah ketika waktu berbuka puasa, dan ketika tiba di kampus, banyak mahasiswa yang makan dan minum di berbagai sudut terutama di Kantin (tanpa tirai), sangat berbeda jauh dengan suasana di Indonesia,” tambah Faiz.
Namun bagi mahasiswa yang berdomisili di Bekasi ini, dirinya tetap menikmati melaksanakan ibadah puasa Ramadan di Rusia,
“Meskipun terdapat banyak tantangan, saya tetap merasa enjoy melaksanakan ibadah puasa Ramadan di Rusia. Bagi saya, hal ini juga menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan dan belum tentu akan terulang kembali di kemudian hari,” ujarnya.
Saat ini perang antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Namun menurut Ketua Diaspora Muda Jawa Barat ini situasi di Rusia khususnya Kota Moskow masih baik-baik saja.
“Memang saat ini perang masih berlangsung, banyak sektor terdampak dari kejadian luar biasa ini, namun aktivitas perkuliahan dan pekerjaan masih normal. Saya juga tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan keselamatan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan. Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kita semua untuk tetap bersyukur, ikhlas, dan terus mengabdi untuk kemajuan negara tercinta.” ungkap Faiz.
Untuk tetap merasakan suasana Ramadan di Negeri Beruang Merah, Pemuda Inspiratif Kemenpora ini memiliki strategi khusus dengan cara berkumpul bersama diaspora Indonesia di Rusia,
“Kadang-kadang saya berkumpul bersama orang Indonesia lainnya di Rusia, kami membuat makanan khas Indonesia, seperti Rendang, Bakwan, Bakso, dan Soto. Kadang kami juga membuat makanan khas Rusia, seperti Plov, Pelmeni, Borscht, dan Blini. Makanan tersebut kami santap saat berbuka puasa dan setelahnya kami bercengkrama, sehingga kami tidak kehilangan suasana Ramadan meskipun di Rusia.”
Bagi orang-orang Indonesia di Rusia, Ramadan merupakan momentum untuk saling mendoakan, saling memaafkan.
Mereka merawat tradisi-tradisi jelang Ramadan untuk berbagi rasa dan menguatkan persaudaraan sesama diaspora di Rusia.
(shf)