Cerita Prof Ghada Ageel tentang Anak-Anak Palestina yang Dibantai Israel

Selasa, 07 Mei 2024 - 15:08 WIB
loading...
A A A
Tidak lama setelah tiba, dia dinyatakan meninggal, sehingga para dokter berusaha mati-matian untuk menyelamatkan bayinya yang belum lahir, dengan melakukan operasi caesar darurat. Ajaibnya, bayi tersebut dilahirkan dalam keadaan hidup. Dia hanya hidup sebagai yatim piatu di dunia ini selama beberapa hari sebelum meninggal juga.

Guru saya Dr Akram Habeeb, seorang profesor di universitas Islam di Gaza, yang kini berada dalam reruntuhan setelah menjadi sasaran Pasukan Pendudukan Israel (IOF), seperti semua universitas di Gaza, menulis sebuah doa yang lahir dari keputusasaan:



Kapan kita akan berhenti menghitung jumlah kematian kita?
Kapan gereja di Roma akan mulai berdemonstrasi?
Kapan belas kasihan akan ada di hatimu sebagai lonceng kematian kami?
Kapan Anda akan mulai menceritakan kisah nyata kami?
Kapan dewan keamanan akan mengeluarkan keinginannya?
Kapan dunia akan memberantas neraka Gaza?
Kapan dunia akan berhenti melihat kita sebagai angka di layar?
Kapan para penjahat berhenti membunuh impian anak-anak kita?
Kapan keadilan akan menggunakan mahkotanya untuk menyatakan tujuan kita?
Kapan perang di Gaza akan berakhir, atau bahkan berhenti sejenak?

Pertanyaan Dr Habeeb mencerminkan penderitaan kolektif 2,2 juta warga Palestina yang mengalami genosida. Sekitar 1,5 juta dari mereka berada di Rafah dan tidak punya tempat tujuan lain.

Berita bahwa pemerintah Amerika Serikat telah memberikan bantuan militer sebesar $17 miliar kepada IOF untuk melanjutkan genosida di Gaza hanya menambah keputusasaan warga Palestina.

Namun, masih ada secercah harapan: protes kampus terjadi di Amerika, Eropa, dan tempat lain. Mereka menunjukkan bahwa generasi muda mengetahui jalan keadilan.



Kebutuhan untuk mengakhiri genosida, akuntabilitas, dan perubahan yang berarti kini semakin mendesak. Sangat penting bagi orang-orang baik di mana pun untuk menjaga tekanan agar kita dapat memiliki Palestina yang bebas dan membuang semua pelaku genosida ke tong sampah sejarah.
(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2690 seconds (0.1#10.140)