135.330 Jemaah Haji Indonesia Nafar Awal, 82.788 Nafar Tsani
loading...
A
A
A
MAKKAH - Puncak haji berakhir yang ditandai selesainya prosesi ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, Mina, dilanjutkan tawaf ifadhah dan sai. Sabtu (22/6/2024) dini hari waktu Arab Saudi nanti, jemaah haji Indonesia reguler akan kembali ke Indonesia.
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag RI, Hilman Latief mengungkapkan sebanyak 135.330 jemaah atau 62% jemaah melakukan nafar awal atau melempar jumrah hingga 12 Dzulhijjah. Sedangkan jemaah yang mengambil nafar tsani sebanyak 82.788 jemaah atau 38%.
Hilman menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada malam penghargaan petugas haji di Hotel 602 Makkah, Rabu (19/6/2024). Jemaah dari KBIH 'Aisyiyah banyak yang memilih nafar tsani. Ridwan, jemaah haji dari KBIHU Arafah Muhammadiyah Klaten menyampaikan, "Jika memungkinkan lebih baik nafar tsani sesuai yang dilakukan Rasulullah."
Ada lebih dari 800 jemaah haji dari KBIHU Arafah Klaten. Ridwan mengungkapkan, dari seluruh jemaah haji dari Klaten yang berjumlah lebih dari 1.100 orang, 80 persennya mengikuti KBIHU Arafah Muhammadiyah. Hal tersebut menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat pada KBIHU yang dikelola persyarikatan.
Saat di Mina, mereka tinggal di Maktab 100. Menanggapi kondisi tenda di Mina, Ridwan mengungkapkan memang ruang yang tersedia bagi jemaah sangat terbatas. Meski demikian, mereka tetap bertahan dengan cara menggunakan dua kasur bagi tiga orang jemaah, tidur dengan cara miring, atau tidur bergantian.
"Alhamdulillahnya, kami bisa sabar menerima, kata ketuanya, begini keadaannya, jangan berharap enak terus, inilah ujiannya, kita harus sabar," ujar Ridwan menirukan apa yang disampaikan ketua rombongan mereka.
Suhartini, jemaah Kloter 95 yang juga tergabung dalam KBIHU Arafah Muhammadiyah Klaten mengungkapkan pengalaman ikut murur (melintas). Suhartini bersyukur masih kuat sehingga ia bisa melontar jumrah sendiri. "Saya ikut murur, enak, alhamdulillah bisa ikut nafar tsani sampai akhir," ucapnya.
Perihal tinggal di tenda selama mabit di Mina, Indah dari KBIHU Muhammadiyah-Aisyiyah ini juga melakukan hal yang sama agar bisa bertahan. Satu kasur, terang Indah, digunakan untuk dua orang atau dua kasur digunakan tiga orang, maupun tidur dengan cara miring.
"Kami memahami karena sudah disampaikan dari awal kondisinya seperti itu. Untungnya kami tidak bawa koper tapi tas-tas kecil jadi tidak memenuhi tenda," terangnya.
Meskipun demikian, ia melihat kesulitan yang dialami lansia ketika harus tidur di kasur yang terbatas. Selain itu, Indah juga melihat problem kesehatan lingkungan, baik banyak sampah, maupun WC yang kotor karena kurang bisa menjaga kebersihan ditambah lagi minimnya petugas maktab yang membersihkan.
Berbeda dengan pengalaman Ridwan yang memilih nafar awal, Indah yang berhaji bersama suaminya ini menyampaikan bahwa jemaahnya Kloter 86 mengikuti nafar awal hingga 12 Dzulhijjah saja.
"Kami memilih nafar awal karena sudah berangkat sejak 7 Dzulhijjah malam ke Mina untuk melakukan tarwiyah kemudian wukuf, mabit di Muzdalifah, dan mabit di Mina serta lempar jumrah."
Indah juga menceritakan pengalaman melempar jumrah di jamarat. Setelah sampai di Mina malam hari, rombongannya memilih istirahat terlebih dahulu baru kemudian melempar jumrah aqabah pada pukul 10.00 pagi.
Meskipun demikian, menurut Indah, perjalanan saat itu terasa melelahkan karena mereka masih kecapaian usai wukuf dan mabit di Muzdalifah ditambah cuaca sangat panas. Indah dan rombongannya pun baru sampai kembali di tenda pukul 14.00.
Di hari terakhir lempar jumrah, mereka memilih berangkat jam 3 agar bisa salat subuh dan melempar jumrah setelahnya meskipun suasana ramai. Perjalanan yang dilewati dari tenda hingga jamarat, membuat suaminya berkomentar, "Kita ini ibadah sekaligus mbolang (berpetualang)."
Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag RI, Hilman Latief mengungkapkan sebanyak 135.330 jemaah atau 62% jemaah melakukan nafar awal atau melempar jumrah hingga 12 Dzulhijjah. Sedangkan jemaah yang mengambil nafar tsani sebanyak 82.788 jemaah atau 38%.
Hilman menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada malam penghargaan petugas haji di Hotel 602 Makkah, Rabu (19/6/2024). Jemaah dari KBIH 'Aisyiyah banyak yang memilih nafar tsani. Ridwan, jemaah haji dari KBIHU Arafah Muhammadiyah Klaten menyampaikan, "Jika memungkinkan lebih baik nafar tsani sesuai yang dilakukan Rasulullah."
Ada lebih dari 800 jemaah haji dari KBIHU Arafah Klaten. Ridwan mengungkapkan, dari seluruh jemaah haji dari Klaten yang berjumlah lebih dari 1.100 orang, 80 persennya mengikuti KBIHU Arafah Muhammadiyah. Hal tersebut menunjukkan besarnya kepercayaan masyarakat pada KBIHU yang dikelola persyarikatan.
Saat di Mina, mereka tinggal di Maktab 100. Menanggapi kondisi tenda di Mina, Ridwan mengungkapkan memang ruang yang tersedia bagi jemaah sangat terbatas. Meski demikian, mereka tetap bertahan dengan cara menggunakan dua kasur bagi tiga orang jemaah, tidur dengan cara miring, atau tidur bergantian.
"Alhamdulillahnya, kami bisa sabar menerima, kata ketuanya, begini keadaannya, jangan berharap enak terus, inilah ujiannya, kita harus sabar," ujar Ridwan menirukan apa yang disampaikan ketua rombongan mereka.
Suhartini, jemaah Kloter 95 yang juga tergabung dalam KBIHU Arafah Muhammadiyah Klaten mengungkapkan pengalaman ikut murur (melintas). Suhartini bersyukur masih kuat sehingga ia bisa melontar jumrah sendiri. "Saya ikut murur, enak, alhamdulillah bisa ikut nafar tsani sampai akhir," ucapnya.
Perihal tinggal di tenda selama mabit di Mina, Indah dari KBIHU Muhammadiyah-Aisyiyah ini juga melakukan hal yang sama agar bisa bertahan. Satu kasur, terang Indah, digunakan untuk dua orang atau dua kasur digunakan tiga orang, maupun tidur dengan cara miring.
"Kami memahami karena sudah disampaikan dari awal kondisinya seperti itu. Untungnya kami tidak bawa koper tapi tas-tas kecil jadi tidak memenuhi tenda," terangnya.
Meskipun demikian, ia melihat kesulitan yang dialami lansia ketika harus tidur di kasur yang terbatas. Selain itu, Indah juga melihat problem kesehatan lingkungan, baik banyak sampah, maupun WC yang kotor karena kurang bisa menjaga kebersihan ditambah lagi minimnya petugas maktab yang membersihkan.
Berbeda dengan pengalaman Ridwan yang memilih nafar awal, Indah yang berhaji bersama suaminya ini menyampaikan bahwa jemaahnya Kloter 86 mengikuti nafar awal hingga 12 Dzulhijjah saja.
"Kami memilih nafar awal karena sudah berangkat sejak 7 Dzulhijjah malam ke Mina untuk melakukan tarwiyah kemudian wukuf, mabit di Muzdalifah, dan mabit di Mina serta lempar jumrah."
Indah juga menceritakan pengalaman melempar jumrah di jamarat. Setelah sampai di Mina malam hari, rombongannya memilih istirahat terlebih dahulu baru kemudian melempar jumrah aqabah pada pukul 10.00 pagi.
Meskipun demikian, menurut Indah, perjalanan saat itu terasa melelahkan karena mereka masih kecapaian usai wukuf dan mabit di Muzdalifah ditambah cuaca sangat panas. Indah dan rombongannya pun baru sampai kembali di tenda pukul 14.00.
Di hari terakhir lempar jumrah, mereka memilih berangkat jam 3 agar bisa salat subuh dan melempar jumrah setelahnya meskipun suasana ramai. Perjalanan yang dilewati dari tenda hingga jamarat, membuat suaminya berkomentar, "Kita ini ibadah sekaligus mbolang (berpetualang)."
(kri)