Kisah Pasukan Amr bin Ash Mengepung Benteng Babilon, Bikin Panik Romawi

Senin, 01 Juli 2024 - 15:57 WIB
loading...
Kisah Pasukan Amr bin...
Setelah memenangkan pertempuran Ain Syams, Amr bin Ash memindahkan markasnya dari Ain Syams ke sebelah utara dan timur benteng itu. Ilustrasi: Ist
A A A
Benteng Babilon adalah sebuah benteng kuno di Delta Nil, yang terletak di wilayah saat ini dari Kairo Koptik. Benteng tersebut terletak di Heliopolite Nome, tepi timur Sungai Nil .

Kisah Pasukan Amr bin Ash mengepung Benteng Babilon yang digunakan pertahanan bagi pasukan Romawi diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi "Umar bin Khattab, Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).

Dikisahkan, setelah memenangkan pertempuran Ain Syams, Amr bin Ash memindahkan markasnya dari Ain Syams ke sebelah utara dan timur benteng itu di antara kebun-kebun dengan gereja-gereja di sekitarnya; di tempat ini kemudian berdiri kota Fustat.

Amr bin Ash mendapat berita bahwa garnisun Romawi sudah lari ke benteng Naqiyus ketika mendengar tentang kemenangan Muslimin dalam pertempuran Ain Syams.



Amr bin Ash pun menyiapkan sebuah regu untuk menyeberang Sungai Nil dan menuju jalan ke Sahara. Juga kemudian ia menguasai seluruh provinsi Fayyum. Tidak hanya itu, ia malah mengirim kekuatan lain ke selatan Delta.

Di provinsi Manufiah ia menaklukkan Asrib dan Manuf. Oleh karena itu, semua orang percaya bahwa kemenangan ada di pihak penyerang, dan mau tak mau mereka tunduk atas segala yang ditentukan oleh Amr mengenai harta dan bahan makanan .

Hal ini terjadi terutama setelah mereka melihat penguasa-penguasa Romawi atas perintah Amr dibawa dalam kelompok dengan tangan dan kaki diikat.

Tindakan para pendatang ini membuat orang banyak dalam ketakutan. Mereka berkelompok-kelompok yang sukar dihitung, lari ke Iskandariah, dengan harapan akan dapat berlindung di benteng-benteng dan di balik tembok-tembok kota. Mereka mengharapkan Kaisar mengirimkan kekuatan bersenjatanya lewat laut yang akan dapat menangkis serangan para pendatang itu.

Kemenangan itu tidak membuat Amr lalu merasa bangga dan tidak pula tergoda ingin meneruskan perjalanan untuk menaklukkan Iskandariah, sebelum ia dapat menerobos benteng Babilon dengan segala isinya.



Kalau ia melakukan itu ia akan terpaksa membagi kekuatan bersenjatanya sebagian untuk mengepung benteng dan yang lain pergi ke utara cabang Sungai Nil untuk bertempur sampai mencapai ibu kota.

Ia sadar akan bahaya pembagian itu. Kala itu, sudah banyak pasukan Romawi yang berlindung dalam benteng Babilon dan dengan demikian mereka akan mampu mempertahankan diri, terutama karena mereka akan terancam oleh kepunahan kalau pasukan Arab membuka pintu-pintu benteng itu dan memasukinya secara paksa.

Mau tak mau pasukan Romawi akan bertempur mati­-matian. Sekalipun moral pasukan Romawi sudah begitu lemah, namun mereka masih mengharapkan lamanya pengepungan akan membuka pikiran Heraklius atau para komandan Romawi di Iskandariah untuk memperkuat benteng itu atau menyelamatkan mereka. Tak dapat diragukan lagi dengan kekuatan itu pengepungan masih akan memakan waktu lama.

Luapan Sungai Nil

Musim panas sudah lalu dan kala itu luapan air Sungai Nil sudah mulai tinggi. Pasukan Muslimin tidak akan mampu menyeberanginya atau menyerang benteng Babilon yang begitu kuat itu. Bagaimanapun juga mereka akan menunggu sampai luapan air itu turun.

Para pengawal dan penghuni benteng itu juga perlu sabar. Sering sekali jalannya peperangan berubah karena hal-hal yang datang tiba-tiba. Dalam setiap peperangan prajurit yang paling sabar dan tabah, akan berhasil.



Amr sudah bertekad akan mengepung benteng itu, dan pasukan yang berlindung di dalamnya pun sudah pula bertekad akan mempertahankannya atau hancur lebur.

Mengingat tembok-tembok benteng dan kastel itu sudah begitu kuat, tak akan mungkin ditaklukkan. Itulah yang memperkuat tekad mereka hendak mempertahankannya mati-­matian.

Haekal menyebutkan peninggalan ini yang tidak kita lihat sekarang di Mesir Lama selain puing-puing tembok sisa-sisa dua benteng yang sudah hancur, di antaranya sebuah pintu tua, yang ketika pasukan Arab datang merupakan sebuah benteng Roma yang terkuat.

Tembok-tembok itu tingginya sekitar 60 kaki dan tebalnya 18 kaki. Kastel-kastel yang ada di dalamnya lebih tinggi dari tembok-tembok itu. Setiap kastel disertai tangga naik ke atas bangunan itu, dari sana orang dapat melihat Gunung Muqattam di sebelah timur, dan dari sebelah barat terlihat Jizah (Giza), piramid-piramid dan Sahara Lubia.

Dari sana juga orang dapat melihat aliran Sungai Nil sampai jauh ke utara dan ke selatan. Sungai Nil ini dapat mencapai pintu gerbang benteng yang paling besar. Kapal-kapal Roma dapat berlabuh di tempat itu di sebelah sebuah jalan yang dapat langsung turun.

Pintu besar ini terbuat dari besi atau berlapis besi, yang karena kukuhnya dan dilindungi oleh kapal-kapal, mustahil benteng itu akan dapat diterobos.



Di dalamnya terdapat sumur-sumur tempat para penghuninya mengambil air, begitu juga ladang dan perkebunan yang terdapat di sekitarnya untuk mendapatkan bahan makanan.

Benteng ini dikelilingi oleh parit dengan jembatan yang dapat digerakkan, yang hanya dapat dibuka atau digerakkan dari dalam. Karena itu semua pasukan yang ada di dalamnya merasa aman sekali karena sudah terlindungi dari serangan musuh.

Mereka yakin mampu menangkis segala serangan sementara menunggu datangnya bala bantuan, atau akan terjadi hal-hal yang datang tiba-tiba dalam peperangan sampai pasukan Arab itu ditarik mundur.

Amr bin mengepung benteng itu dengan segala isinya. Tahu benar dia bahwa pengepungan ini akan memakan waktu lama mengingat air sungai sedang pasang dan derasnya arus, di samping benteng yang memang kukuh dengan tembok-temboknya yang perkasa.

Akan tetapi dia juga tahu, bahwa luapan air itu tidak akan sampai sebulan atau dua bulan. Mengadakan pertempuran pada waktu-waktu itu pasti akan membuat moral mereka lebih lemah, ditambah lagi derasnya arus karena luapan air itu akan mempersulit datangnya bala bantuan dari Naqiyus atau dari Iskandariah melalui Sungai Nil.



Di samping itu, Jazirat ar-Raudah yang terletak di tengah-tengah Sungai itu terdapat juga benteng-benteng yang kukuh melebihi benteng Babilon.

Jika selama beberapa hari atau beberapa minggu terus-menerus demikian dan para pengawal benteng itu sudah putus harapan untuk mendapatkan bala bantuan, moral mereka akan semakin lemah dan mereka tak mempunyai kekuatan lagi. Kalau mereka bertahan sampai luapan air turun berarti serangan terhadap benteng itu hal yang tak dapat dielakkan lagi.
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2656 seconds (0.1#10.140)