Amr bin Ash Bermarkas di Heliopolis: Siap Menyerang Pasukan Romawi di Benteng Babilon
loading...
A
A
A
Pada mulanya, Heliopolis adalah sebuah kota besar. Kota ini merupakan ibu kota ke-13 atau Heliopolite Nome atau Mesir Hilir dan sebuah pusat keagamaan utama. Lokasinya sekarang terletak di Ain Shams, sebuah kota satelit di timur laut Kairo.
Kisah pasukan Amr bin Ash bermarkas di Heliopolis saat penaklukkan Mesir diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi Umar bin Khattab "Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Dikisahnya, di kota ini Amr bin As bertemu dengan pasukan bantuan dari Madinah yang dikirim Khalifah Umar bin Khattab . Pasukan itu berjumlah 8.000 orang dipimpin Zubair bin Awwam . Pasukan bantuan itu dikirim Khalifah Umar bin Khattab.
Ketika itu Ain Syams telah terhapus dari permukaan sejarah. "Ketenangan" kota Ain Syams masa Firaun yang agung sudah tak ada lagi, yang ketika itu menjadi pusat ilmu dan studi, yang juga dikenal oleh Plato dan para filsuf Yunani yang lain.
Mereka menimba ilmu dan pengetahuan dari sana. Mereka belajar filsafat dan astronomi, mereka melihat betapa maraknya kebudayaan dan kemakmuran kota serta betapa besarnya bangunan-bangunannya, dengan tempat-tempat ibadah yang begitu agung.
Begitu juga tugu-tugu dan patung-patungnya seperti yang disebutkan oleh Herodotus, yang juga menyebutkan betapa dalamnya pengetahuan pemuka-pemuka agama di sana tentang sejarah Mesir secara keseluruhan.
Kota Iskandariah telah pula membawa ilmu filsafatnya dari puncaknya yang tinggi ke Ain Syams dan ke Memphis.
Setelah Roma memerintah Mesir dan penduduknya menganut agama Nasrani, ilmu pengetahuan dan hukum menghilang dari Ain Syams untuk tidak kembali lagi. Tugu-tugu dan patung-patung dipindahkan ke beberapa kota di Delta, bahkan ada pula yang dipindahkan menyeberangi Laut Tengah ke Roma.
Begitulah sesudah selama sekian abad mendapat cahaya ilmu dan sinar filsafat, segala yang ada di "Kota Matahari" itu telah terpuruk ke dalam kemunduran yang luar biasa.
Tatkala orang-orang Arab datang ke kota itu, segala kemegahannya yang lama sudah hilang, selain namanya dalam bahasa Yunani, Heliopolis dan tembok-tembok yang roboh serta patung patung yang sudah rusak tertimbun tanah.
Yang masih ada sampai sekarang hanya sebuah tugu di daerah Matariah, yang menunjukkan letak "On", "Kota Matahari" yang lama itu, serta kebisuannya yang mengisahkan masa silamnya yang agung dan gemilang.
Puing-puing Ain Syams telah menjadi pilihan Amr bin As. Ia berÂmarkas di tempat itu, begitu juga bala bantuan yang dibawa oleh Zubair bin Awwam, karena tempat ini merupakan onggokan tanah tinggi yang akan memudahkan ia mengadakan pertahanan dan terdapat banyak air. Di sekitarnya banyak pula persediaan bahan makanan yang tepat pula untuk memasok angkatan bersenjatanya.
Setelah Amr bin Ash puas dengan penempatannya di sana dan melihat anggota pasukan yang 15.500 orang prajurit, ia yakin bahwa saat yang menentukan antara dia dengan pihak Romawi sudah di ambang pintu.
Dikumpulkannya anggota stafnya dan para pemuka strategi perangnya, diajaknya mereka bermusyawarah mengenai rencana perang itu. Perhatiannya terutama ditujukan untuk mengeluarkan pasukan Romawi dari benteng Babilon dan agar dapat dihadapinya di tanah datar.
Tak lama setelah itu para mata-matanya datang membawa berita, bahwa tak lama lagi Allah akan mewujudkan segala harapannya itu, karena Theodorus, komandan pasukan Romawi juga sudah berunding dengan stafnya.
Mereka berpendapat bahwa berkubunya mereka dalam benteng itu akan memperlihatkan kepada orang-orang Mesir bahwa mereka pengecut dan lemah, dan akan mendorong orang bergabung kepada pihak Muslimin dan akan membantu mereka.
Jumlah pasukan Romawi melebihi jumlah pasukan Muslimin. Perlengkapan perang mereka juga lebih baik. Atas dasar itu Romawi bertekad akan bertempur menghadapi pihak Arab, dan memutuskan akan berangkat ke Ain Syams untuk mengusirnya dari sana.
Sesudah Amr mengetahui rencana mereka, dia pun mengatur siasat untuk menghadapi dan menumpas mereka. Ia mengerahkan 500 orang malam hari ke balik bukit hingga memasuki gua Banu Wa'il di sebuah benteng bukit, dan 500 orang lagi di bawah pimpinan Kharijah bin Huzafah berangkat ke Umm Dunain sebelum subuh [di kawasan Azbakiah sekarang].
Kedua kelompok itu mendapat pasokan di bawah perintahnya. Setelah fajar menyingsing, dengan memimpin semua angkatan bersenjata itu ia berangkat ke Ain Syams hingga mencapai tempat Abbasiah yang sekarang. Di sanalah ia menunggu kedatangan pasukan Romawi dari benteng Babilon di Mesir Lama.
Kisah pasukan Amr bin Ash bermarkas di Heliopolis saat penaklukkan Mesir diceritakan Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Al-Faruq Umar" dan diterjemahkan Ali Audah menjadi Umar bin Khattab "Sebuah teladan mendalam tentang pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya masa itu" (PT Pustaka Litera AntarNusa, 2000).
Dikisahnya, di kota ini Amr bin As bertemu dengan pasukan bantuan dari Madinah yang dikirim Khalifah Umar bin Khattab . Pasukan itu berjumlah 8.000 orang dipimpin Zubair bin Awwam . Pasukan bantuan itu dikirim Khalifah Umar bin Khattab.
Ketika itu Ain Syams telah terhapus dari permukaan sejarah. "Ketenangan" kota Ain Syams masa Firaun yang agung sudah tak ada lagi, yang ketika itu menjadi pusat ilmu dan studi, yang juga dikenal oleh Plato dan para filsuf Yunani yang lain.
Mereka menimba ilmu dan pengetahuan dari sana. Mereka belajar filsafat dan astronomi, mereka melihat betapa maraknya kebudayaan dan kemakmuran kota serta betapa besarnya bangunan-bangunannya, dengan tempat-tempat ibadah yang begitu agung.
Begitu juga tugu-tugu dan patung-patungnya seperti yang disebutkan oleh Herodotus, yang juga menyebutkan betapa dalamnya pengetahuan pemuka-pemuka agama di sana tentang sejarah Mesir secara keseluruhan.
Kota Iskandariah telah pula membawa ilmu filsafatnya dari puncaknya yang tinggi ke Ain Syams dan ke Memphis.
Setelah Roma memerintah Mesir dan penduduknya menganut agama Nasrani, ilmu pengetahuan dan hukum menghilang dari Ain Syams untuk tidak kembali lagi. Tugu-tugu dan patung-patung dipindahkan ke beberapa kota di Delta, bahkan ada pula yang dipindahkan menyeberangi Laut Tengah ke Roma.
Begitulah sesudah selama sekian abad mendapat cahaya ilmu dan sinar filsafat, segala yang ada di "Kota Matahari" itu telah terpuruk ke dalam kemunduran yang luar biasa.
Tatkala orang-orang Arab datang ke kota itu, segala kemegahannya yang lama sudah hilang, selain namanya dalam bahasa Yunani, Heliopolis dan tembok-tembok yang roboh serta patung patung yang sudah rusak tertimbun tanah.
Yang masih ada sampai sekarang hanya sebuah tugu di daerah Matariah, yang menunjukkan letak "On", "Kota Matahari" yang lama itu, serta kebisuannya yang mengisahkan masa silamnya yang agung dan gemilang.
Puing-puing Ain Syams telah menjadi pilihan Amr bin As. Ia berÂmarkas di tempat itu, begitu juga bala bantuan yang dibawa oleh Zubair bin Awwam, karena tempat ini merupakan onggokan tanah tinggi yang akan memudahkan ia mengadakan pertahanan dan terdapat banyak air. Di sekitarnya banyak pula persediaan bahan makanan yang tepat pula untuk memasok angkatan bersenjatanya.
Setelah Amr bin Ash puas dengan penempatannya di sana dan melihat anggota pasukan yang 15.500 orang prajurit, ia yakin bahwa saat yang menentukan antara dia dengan pihak Romawi sudah di ambang pintu.
Dikumpulkannya anggota stafnya dan para pemuka strategi perangnya, diajaknya mereka bermusyawarah mengenai rencana perang itu. Perhatiannya terutama ditujukan untuk mengeluarkan pasukan Romawi dari benteng Babilon dan agar dapat dihadapinya di tanah datar.
Tak lama setelah itu para mata-matanya datang membawa berita, bahwa tak lama lagi Allah akan mewujudkan segala harapannya itu, karena Theodorus, komandan pasukan Romawi juga sudah berunding dengan stafnya.
Mereka berpendapat bahwa berkubunya mereka dalam benteng itu akan memperlihatkan kepada orang-orang Mesir bahwa mereka pengecut dan lemah, dan akan mendorong orang bergabung kepada pihak Muslimin dan akan membantu mereka.
Jumlah pasukan Romawi melebihi jumlah pasukan Muslimin. Perlengkapan perang mereka juga lebih baik. Atas dasar itu Romawi bertekad akan bertempur menghadapi pihak Arab, dan memutuskan akan berangkat ke Ain Syams untuk mengusirnya dari sana.
Sesudah Amr mengetahui rencana mereka, dia pun mengatur siasat untuk menghadapi dan menumpas mereka. Ia mengerahkan 500 orang malam hari ke balik bukit hingga memasuki gua Banu Wa'il di sebuah benteng bukit, dan 500 orang lagi di bawah pimpinan Kharijah bin Huzafah berangkat ke Umm Dunain sebelum subuh [di kawasan Azbakiah sekarang].
Kedua kelompok itu mendapat pasokan di bawah perintahnya. Setelah fajar menyingsing, dengan memimpin semua angkatan bersenjata itu ia berangkat ke Ain Syams hingga mencapai tempat Abbasiah yang sekarang. Di sanalah ia menunggu kedatangan pasukan Romawi dari benteng Babilon di Mesir Lama.
(mhy)