Berikut Ini Dalil yang Jadi Dasar Muhammadiyah Pilih Kalender Hijriah Global

Selasa, 02 Juli 2024 - 11:32 WIB
loading...
Berikut Ini Dalil yang Jadi Dasar Muhammadiyah Pilih Kalender Hijriah Global
Dr Izza Rahman, Dewan Pakar Majelis Tarjih dan Tahdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta. Foto: Miftah
A A A
Muhammadiyah meluncurkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) mulai 1 Muharram 1446 H atau Ahad, 7 Juli 2024 M. Hal ini menandai periode penggunaan formal KHGT bagi organisasi massa Islam ini.

"Muhammadiyah bersama 16 negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) akan menggunakan KHGT mulai 1446 Hijriah," ujar Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah , Dr Endang Mintarja, dalam seminar dan sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) bertema "KHGT: Jawaban Ijtihad Baru atas Kalender Islam Global untuk Persatuan Umat Islam Dunia".

Acara ini sendiri diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta di Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta Ahad, 23 Dzulhijjah 1445 H/30 Juni 2024.

Perubahan ini juga menandai rekonstruksi Wujudul Hilal yang telah digunakan sebelumnya, beralih ke sistem KHGT yang mengadopsi hasil putusan Kongres Turki 2016.

Dengan peluncuran KHGT, Muhammadiyah berharap dapat memberikan solusi atas ketidakteraturan sistem penjadwalan waktu dunia Islam saat ini, serta membayar “utang peradaban” Islam dalam bidang sistem kalender.



Salah seorang pemateri, Dr Izza Rahman, mengatakan dasar Muhammadiyah memilih kalender global adalah Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 189.

يَسـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّۗ

yas'alûnaka ‘anil-ahillah, qul hiya mawâqîtu lin-nâsi wal-ḫajj,

Artinya: Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, “Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji.”

Menurut anggota Dewan Pakar Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta ini, ayat tersebut mengandung beberapa hal. Pertama, bahwa kalender Islam itu adalah kalender lunar (bulan). Kedua, ada isyarat bahwa kalender Islam itu bersifat global.

Ini dapat dipahami dari pernyataan lin-nas (bagi manusia) yang menunjukkan keumuman dan keberlakuan kalender secara universal bagi seluruh manusia di muka bumi. "Dengan demikian, ayat ini dapat ditafsirkan menjadi dasar bagi bentuk kalender global yang harus dipilih," katanya.

Selain itu, ayat tersebut mengandung isyarat fungsi religius kalender Islam yang diwakili dan dicerminkan oleh kata al-hajj.



Selanjutnya dalam hadis ditegaskan bahwa puncak ibadah haji itu adalah wukuf di Arafah, dan sisi lain hari Arafah itu disunahkan melakukan puasa bagi kaum muslimin yang tidak sedang melaksanakan haji. Agar hari Arafah itu dapat jatuh pada hari yang sama di seluruh muka bumi, maka tidak ada cara lain kecuali menerapkan kalender hijriah global tunggal (unifikatif).

Hanya saja, Izza mengakui, ayat tersebut juga dijadikan dasar dalam pandangan penganut rukyat lokal. Argumentasi mereka adalah:

1. Hilal, fase awal bulan yang tampak, adalah penanda awal bulan qamariah.

2. “Mawaqit” dapat menunjukkan pengakuan akan perbedaan waktu pada lokasi berbeda.

3. Haji berlangsung di Makkah , penyebutannya secara terpisah dapat menunjukkan prinsip lokalitas waktu ibadah (seperti halnya salat).

4. Di luar kawasan, orang yang tidak berhaji tidaklah terikat dengan hitungan waktu orang yang tengah berhaji

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1370 seconds (0.1#10.140)
pixels