Ini Mengapa Umat Islam Tinggalkan Kalender Hijriah, Beralih ke Gregorian
loading...
A
A
A
Anggota Devisi Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah , Prof. Tono Saksono, Ph.D, menyatakan umat Islam pertama kali membangun Kalender Islam pada tahun 17 H yang dikembangkan pada zaman kekhalifahan Umar bin Khathab ra atas usul Gubernur Irak, Abu Musa al-Asy’ari , untuk memperbaiki sistem administrasi dan politik kenegaraan.
Selanjutnya, untuk menyusunnya, Khalifah Umar sekaligus bertindak sebagai Ketua Tim dengan sahabat dan kader Nabi terbaik sebagai anggotanya. Sahabat Nabi yang terpilih adalah Ustman bin Affan , Ali bin Abi Thalib , Abdurrahman bin Auf , Saad bin Abi Waqqas , Thalhah ibn Ubaidillah , dan Zubair bin Awwam .
Kalender itu, dinamakan Kalender Urf (tradisi), dibangun tidak berdasarkan perhitungan astronomis yang robust karena pengetahuan tentang sistem tata surya heliosentris baru diperkenalkan oleh Nicolaus Copernicus pada tahun 1542 atau sekitar 885 tahun kemudian.
"Namun, sesederhana apapun landasan saintifik perhitungannya, sebuah kalender haruslah disusun sebagai hasil sebuah hitungan (hisab)," ujar Prof Tono Saksono dalam seminar dan sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) bertema "KHGT: Jawaban Ijtihad Baru atas Kalender Islam Global untuk Persatuan Umat Islam Dunia".
Acara ini sendiri diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta di Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta Ahad 30 Juni 2024 lalu.
Menurutnya, rukyatul hilal tidak mungkin akan menghasilkan sebuah kalender yang proleptik (berlaku pasti untuk masa panjang, minimum 30-50 tahun ke depan).
Dengan demikian, tidaklah betul bahwa melakukan hisab untuk membangun sebuah Kalender Islam adalah sebuah tindakan bid'ah . "Siapa yang berani menuduh kader dan sekaligus sahabat terbaik Rasul SAW di atas melakukan bidah?" ujar Prof Tono.
Ia menjelaskan, karena bukan berdasarkan kaidah astronomis yang akurat, Kalender Urf ini tentunya sering meleset dari kenyataan astronomis sehingga kemunculan hilal yang menandai awal bulan Islam sering berbeda dengan hasil perhitungan.
Dengan demikian, diperkirakan Kalender Urf ini hanya dapat bertahan maksimum 100-200 tahun. Dengan kata lain, sudah sekitar 1200 tahun terakhir, umat Islam kemudian menggunakan kalender Gregorian untuk manajemen waktu dalam urusan muamalah (pendidikan, bisnis, politik, dll).
Kalender Gregorian adalah sebuah kalender syamsiah warisan dua penguasa Romawi Julius Caesar dan August Caecar dan kemudian dimodifikasi oleh gereja Romawi seperti yang kita gunakan sekarang ini.
Sedangkan untuk keperluan ibadah, kata Prof Tono, umat Islam kemudian kembali menggunakan metode rukyatul hilal yang ternyata juga sering salah dan tidak cocok dengan kaidah-kaidah saintifik astronomi modern.
Selanjutnya, untuk menyusunnya, Khalifah Umar sekaligus bertindak sebagai Ketua Tim dengan sahabat dan kader Nabi terbaik sebagai anggotanya. Sahabat Nabi yang terpilih adalah Ustman bin Affan , Ali bin Abi Thalib , Abdurrahman bin Auf , Saad bin Abi Waqqas , Thalhah ibn Ubaidillah , dan Zubair bin Awwam .
Kalender itu, dinamakan Kalender Urf (tradisi), dibangun tidak berdasarkan perhitungan astronomis yang robust karena pengetahuan tentang sistem tata surya heliosentris baru diperkenalkan oleh Nicolaus Copernicus pada tahun 1542 atau sekitar 885 tahun kemudian.
"Namun, sesederhana apapun landasan saintifik perhitungannya, sebuah kalender haruslah disusun sebagai hasil sebuah hitungan (hisab)," ujar Prof Tono Saksono dalam seminar dan sosialisasi Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) bertema "KHGT: Jawaban Ijtihad Baru atas Kalender Islam Global untuk Persatuan Umat Islam Dunia".
Acara ini sendiri diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta di Gedung Dakwah Muhammadiyah DKI Jakarta Ahad 30 Juni 2024 lalu.
Menurutnya, rukyatul hilal tidak mungkin akan menghasilkan sebuah kalender yang proleptik (berlaku pasti untuk masa panjang, minimum 30-50 tahun ke depan).
Dengan demikian, tidaklah betul bahwa melakukan hisab untuk membangun sebuah Kalender Islam adalah sebuah tindakan bid'ah . "Siapa yang berani menuduh kader dan sekaligus sahabat terbaik Rasul SAW di atas melakukan bidah?" ujar Prof Tono.
Ia menjelaskan, karena bukan berdasarkan kaidah astronomis yang akurat, Kalender Urf ini tentunya sering meleset dari kenyataan astronomis sehingga kemunculan hilal yang menandai awal bulan Islam sering berbeda dengan hasil perhitungan.
Dengan demikian, diperkirakan Kalender Urf ini hanya dapat bertahan maksimum 100-200 tahun. Dengan kata lain, sudah sekitar 1200 tahun terakhir, umat Islam kemudian menggunakan kalender Gregorian untuk manajemen waktu dalam urusan muamalah (pendidikan, bisnis, politik, dll).
Kalender Gregorian adalah sebuah kalender syamsiah warisan dua penguasa Romawi Julius Caesar dan August Caecar dan kemudian dimodifikasi oleh gereja Romawi seperti yang kita gunakan sekarang ini.
Sedangkan untuk keperluan ibadah, kata Prof Tono, umat Islam kemudian kembali menggunakan metode rukyatul hilal yang ternyata juga sering salah dan tidak cocok dengan kaidah-kaidah saintifik astronomi modern.
(mhy)