Mengapa Hari Asyura Disebut Lebaran Anak Yatim?

Senin, 15 Juli 2024 - 18:57 WIB
loading...
Mengapa Hari Asyura...
Mengapa hari Asyura disebut lebaran anak yatim? Ilustrasi: Ist
A A A
Mengapa hari Asyura disebut lebaran anak yatim ? Pertanyaan ini kerap muncul seiring tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia di bulan Muharram atau biasa disebut bulan Suro.

Lebaran Anak Yatim di Indonesia umumnya dikaitkan dengan sejarah Hari Asyura, namun hal tersebut masih diperdebatkan. Lebaran anak yatim, biasanya dirayakan di hari ke 10 Muharram. Tradisinya masih ada yang menentang tetapi ada juga yang melestarikan.

"Kalau di Indonesia memang ramai budaya seperti ini, hampir setiap masjid serta majlis taklim mengadakan perayaan tahun baru Islam , disertai di dalamnya santunan anak yatim karena memang bulan Muharram, tepatnya tanggal 10 adalah lebarannya anak yatim," tulis Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam bukunya "Sejarah Kalender Hijriyah".



Tradisi menyantuni anak yatim dan mengusap kepalanya tersebut, menurut Ustaz Ahmad Zarkasih, muncul karena banyaknya hadis-hadis perihal fadhilah menyantuni anak yatim di tanggal 10 Muharram.

Oleh karena itu, tanggal 10 Muharram seolah menjadi tanggal dan bulannya anak yatim. Sehingga banyak orang menyebutnya sebagai lebaran mengingat makna lebaran adalah hari bersenang-senang.

Begitu juga di tanggal ini, anak yatim sedang senang-senangnya karena banyak yang sayang. Salah satu hadis tentang menyantuni anak yatim dan mengusap kepalanya ini, "Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni/menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan angkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap oleh tangannya" (Hadis ke 212 dari kitab Tanbih al-Ghafilin).

Dalam redaksi lain dijelaskan, "Barangsiapa yang mengusap kepala anak yatim dengan tangannya pada hari 'Asyura , maka Allah akan mengangkat derajatnya dengan setiap rambut yang diusap. (Riwayat Al-Samarqandi).



Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sultan Fatah Semarang Ustaz Saeful Huda mengatakan, hadis tersebut menurut ulama sangat lemah. Namun, secara hakikat, menyantuni dan mengusap kepala anak Yatim adalah amalan mulia yang dianjurkan dan mampu menjadikan hati lembut.

Dalam sebuah hadis Nabi disebutkan: "Sesungguhnya seorang lelaki mengadu kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tentang kerasnya hatinya, Nabi bersabda: 'Berilah makanan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim " (HR. Ahmad No. 9018).
(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2539 seconds (0.1#10.140)