Perang Salib I: Kisah Kekalahan Turki Seljuk Rum sehingga Memindahkan Ibu Kotanya

Senin, 29 Juli 2024 - 05:15 WIB
loading...
A A A
Pasukan ketiga adalah pasukan dari Raymond IV, penguasa Toulouse, Prancis. Raymond melewati jalur darat untuk sampai ke Konstantinopel.

Pasukan keempat adalah pasukan Bohemond dari Taranto, Sisilia. Bohemond juga memakai jalur darat, jalur yang sama yang dilewati Raymond.

Jonathan Riley-Smith dalam bukunya berjudul "The First Crusade and Idea of Crusading" (New York: Continuum, 2003) menyebut Bohemond dan pasukannya yang mayoritas terdiri dari orang-orang Italia pada waktu itu lebih memilih jalur darat walaupun mereka lebih mudah mencapai Konstantinopel melalui jalur laut.

Keempat pemimpin tersebut merupakan perpaduan pasukan Salib yang solid karena mempunyai keimanan Kristen yang kuat dan pasukan yang terlatih.

Pasukan dari keempat pemimpin tersebut didukung lagi oleh pasukan dari Alexios I Komnenos yang sangat berjasa mengantarkan pasukan Salib melewati Selat Bosporus menuju Asia Minor atau Anatolia yang dikuasai oleh Turki Seljuk.



Pasukan Salib dari keempat kesatria tersebut diperkirakan berjumlah 35.000 orang yang terdiri dari 30.000 prajurit infantri dan 5000 prajurit berkuda.

Seperti rencana sebelumnya, Yerusalem adalah tujuan akhir dari pasukan Salib. Pembebasan Yerusalem adalah misi utama dari pasukan Salib, namun permintaan Alexios I Komnenos harus terpenuhi yaitu mengalahkan Turki Seljuk di Anatolia.

Jadi pasukan Salib harus melewati jalur darat hingga sampai ke Yerusalem dari Konstantinopel.

Pada tahun 1097 terjadilah pertempuran pertama tepatnya di Nicaea. Pertempuran Nicaea terjadi selama sebulan dari tanggal 14 Mei hingga 19 Juni 1097. Dari pertempuran tersebut terjadi peperangan yang tidak seimbang.

Menurut Jim Bradbury dalam "The Routledge Companion to Medieval Warfare" (New York: Routledge, 2004), pasukan Salib yang berjumlah 35.000 orang melawan pasukan Turki Seljuk Rum yang dipimpin oleh Qilij Arslan yang berjumlah 10.000 prajurit.

Nicaea pada awalnya sebuah kota Yunani kuno di wilayah Anatolia barat laut Bithynia. Kota ini terutama dikenal sebagai lokasi Konsili Nicea Pertama dan Kedua (konsili Ekumenis pertama dan ketujuh dalam sejarah awal Gereja Kristen).



Kota kuno ini dikelilingi di semua sisi oleh tembok sepanjang 5 kilometer dengan tinggi sekitar 10 meter. Tembok-tembok ini dikelilingi oleh parit ganda di bagian daratan, dan juga mencakup lebih dari 100 menara di berbagai lokasi.

Gerbang besar di tiga sisi tembok yang berbatasan dengan daratan menjadi satu-satunya pintu masuk ke kota. Saat ini, temboknya telah dilubangi di banyak tempat untuk dijadikan jalan, tetapi sebagian besar pekerjaan awal masih ada; sebagai hasilnya, tempat ini menjadi tujuan wisata.
(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1413 seconds (0.1#10.140)