Perang Salib II: Kisah Kejayaan Kekhalifahan Turki Seljuk di Bawah Imad al-Din Zengi
loading...
A
A
A
Perang Salib II terjadi pada tahun 1147-1150. Perang ini dilatarbelakangi oleh jatuhnya pemerintahan Kristen di Edessa yang didirikan oleh Baldwin I pada tahun 1098 sebelum menjadi raja di Yerusalem .
Pemerintahan Kristen Edessa dikalahkan oleh Imad al-Din Zengi atau Ä°madeddin Zengi pada tahun 1144. Dia adalah pendiri Dinasti Zengi, bagian dari Turki Seljuk.
Paus yang berperan mengobarkan semangat Perang Salib II adalah Paus Eugene III.
Jatuhnya Edessa ke tangan Islam melalui Dinasti Zengi pada Desember 1144 menandakan bahwa kekuatan Islam suatu saat dapat mengalahkan Kristen di front timur.
Perlu diketahui, jatuhnya Edessa hanya dilakukan oleh satu dinasti bagian dari Turki Seljuk. Hal tersebut menandakan Islam mempunyai potensi besar untuk merebut Yerusalem.
Jonathan Phillips dalam bukunya berjudul "The Crusades 1095-1204" (New York: Routledge 2014) menyebut kabar jatuhnya Edessa akhirnya sampai di Eropa , tepatnya di telinga Paus Eugene III, dibawa oleh pemeluk Kristen yang melaksanakan ibadah kekristenan di Yerusalem terutama di Gereja Suci Sepulchre.
Pada tahun 1445 tepatnya pada tanggal 1 Desember, Paus Eugene III memerintahkan bahwa pasukan Salib harus segera dibentuk untuk dikirim ke Syams dan merebut lagi Edessa. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan Kerajaan Yerusalem, pemerintahan Kristen di Tripoli dan Antiokhia tidak terlalu kuat karena membutuhkan bantuan dari Eropa.
Di front timur, pasukan Salib pada perang kedua terlalu percaya diri sehingga mereka kurang berkoordinasi dengan baik.
Buktinya adalah pasukan Salib dari Jerman yang dipimpin oleh Conrad III tidak bersatu dengan Louis VII dari Prancis. Jalur yang dilalui Conrad III dan Louis VII sama, yaitu menggunakan jalur darat menuju Konstantinopel.
Mereka terinspirasi kemenangan pasukan yang dipimpin oleh Godfrey dan Raymond IV. Akan tetapi Conrad III dan Louis VII bergerak sendiri-sendiri. Hasilnya adalah Conrad III berserta pasukannya yang datang lebih awal dikalahkan oleh Turki Seljuk pada Oktober 1147 di Dorilaeum.
Conrad III akhirnya kembali lagi ke Konstantinopel. Louis VII juga mengalami kegagalan seperti Conrad III. Setelah tiba di Konstantinopel, Louis VII melanjutkan perjalanan darat melewati Anatolia.
Mendapat perlawanan yang sengit dari Turki Seljuk, Louis VII kemudian memutuskan berlayar langsung menuju Antiokhia.
Dari Antiokhia, Louis VII beserta pasukanya melakukan perjalanan darat menuju Yerusalem. Louis VII sampai di Yerusalem pada tahun 1148 dan kembali ke Prancis 1149. Jadi Louis VII hanya melakukan perjalanan dari kota ke kota.
Penyerangan Damaskus pada tahun 1148 yang ia rencanakan bersama Conrad III dan Baldwin III tidak pernah terwujud. Kegagalan menyerang Damaskus karena tidak adanya kekompakan dan kepercayaan antara Conrad III, Louis VII, dan Baldwin III.
Phillips mengatakan walaupun Yerusalem telah direbut tentara Salib, Damaskus sebuah kota yang menjadi pusat peradaban dan perekonomian yang masih dikuasai Islam.
Perang Salib II di front timur diikuti banyak kerajaan di Eropa, akan tetapi faktanya perang tersebut tidak sesukses Perang Salib I.
Tujuan Perang Salib II, khususnya di front timur, adalah merebut Edessa dari kekuasaan Turki Seljuk dan mendirikan lagi pemerintahan Kristen.
Berlangsungnya Perang Salib II justru memberikan kejayaan bagi Turki Seljuk karena dapat memenangkan pertempuran di Anatolia. Kemenangan Turki Seljuk di Anatolia mengakibatkan Byzantium melakukan perjanjian damai dengan Turki Seljuk.
Gagal mengalahkan Turki Seljuk, pasukan Salib di front timur berupaya ingin menguasai Mesir karena di Mesir terdapat banyak sekali pemeluk agama Kristen Koptik.
Rencana penyerangan ke Mesir tidak melibatkan Byzantium karena kepentingan Byzantium adalah untuk menguasai kembali Anatolia. Rencana untuk menaklukkan Mesir, selain karena demografi penduduk, adalah karena kondisi Kekhalifahan Fatimiyah yang terus terpuruk.
Pemerintahan Kristen Edessa dikalahkan oleh Imad al-Din Zengi atau Ä°madeddin Zengi pada tahun 1144. Dia adalah pendiri Dinasti Zengi, bagian dari Turki Seljuk.
Paus yang berperan mengobarkan semangat Perang Salib II adalah Paus Eugene III.
Jatuhnya Edessa ke tangan Islam melalui Dinasti Zengi pada Desember 1144 menandakan bahwa kekuatan Islam suatu saat dapat mengalahkan Kristen di front timur.
Perlu diketahui, jatuhnya Edessa hanya dilakukan oleh satu dinasti bagian dari Turki Seljuk. Hal tersebut menandakan Islam mempunyai potensi besar untuk merebut Yerusalem.
Jonathan Phillips dalam bukunya berjudul "The Crusades 1095-1204" (New York: Routledge 2014) menyebut kabar jatuhnya Edessa akhirnya sampai di Eropa , tepatnya di telinga Paus Eugene III, dibawa oleh pemeluk Kristen yang melaksanakan ibadah kekristenan di Yerusalem terutama di Gereja Suci Sepulchre.
Pada tahun 1445 tepatnya pada tanggal 1 Desember, Paus Eugene III memerintahkan bahwa pasukan Salib harus segera dibentuk untuk dikirim ke Syams dan merebut lagi Edessa. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan Kerajaan Yerusalem, pemerintahan Kristen di Tripoli dan Antiokhia tidak terlalu kuat karena membutuhkan bantuan dari Eropa.
Di front timur, pasukan Salib pada perang kedua terlalu percaya diri sehingga mereka kurang berkoordinasi dengan baik.
Buktinya adalah pasukan Salib dari Jerman yang dipimpin oleh Conrad III tidak bersatu dengan Louis VII dari Prancis. Jalur yang dilalui Conrad III dan Louis VII sama, yaitu menggunakan jalur darat menuju Konstantinopel.
Mereka terinspirasi kemenangan pasukan yang dipimpin oleh Godfrey dan Raymond IV. Akan tetapi Conrad III dan Louis VII bergerak sendiri-sendiri. Hasilnya adalah Conrad III berserta pasukannya yang datang lebih awal dikalahkan oleh Turki Seljuk pada Oktober 1147 di Dorilaeum.
Conrad III akhirnya kembali lagi ke Konstantinopel. Louis VII juga mengalami kegagalan seperti Conrad III. Setelah tiba di Konstantinopel, Louis VII melanjutkan perjalanan darat melewati Anatolia.
Mendapat perlawanan yang sengit dari Turki Seljuk, Louis VII kemudian memutuskan berlayar langsung menuju Antiokhia.
Dari Antiokhia, Louis VII beserta pasukanya melakukan perjalanan darat menuju Yerusalem. Louis VII sampai di Yerusalem pada tahun 1148 dan kembali ke Prancis 1149. Jadi Louis VII hanya melakukan perjalanan dari kota ke kota.
Penyerangan Damaskus pada tahun 1148 yang ia rencanakan bersama Conrad III dan Baldwin III tidak pernah terwujud. Kegagalan menyerang Damaskus karena tidak adanya kekompakan dan kepercayaan antara Conrad III, Louis VII, dan Baldwin III.
Phillips mengatakan walaupun Yerusalem telah direbut tentara Salib, Damaskus sebuah kota yang menjadi pusat peradaban dan perekonomian yang masih dikuasai Islam.
Perang Salib II di front timur diikuti banyak kerajaan di Eropa, akan tetapi faktanya perang tersebut tidak sesukses Perang Salib I.
Tujuan Perang Salib II, khususnya di front timur, adalah merebut Edessa dari kekuasaan Turki Seljuk dan mendirikan lagi pemerintahan Kristen.
Berlangsungnya Perang Salib II justru memberikan kejayaan bagi Turki Seljuk karena dapat memenangkan pertempuran di Anatolia. Kemenangan Turki Seljuk di Anatolia mengakibatkan Byzantium melakukan perjanjian damai dengan Turki Seljuk.
Gagal mengalahkan Turki Seljuk, pasukan Salib di front timur berupaya ingin menguasai Mesir karena di Mesir terdapat banyak sekali pemeluk agama Kristen Koptik.
Rencana penyerangan ke Mesir tidak melibatkan Byzantium karena kepentingan Byzantium adalah untuk menguasai kembali Anatolia. Rencana untuk menaklukkan Mesir, selain karena demografi penduduk, adalah karena kondisi Kekhalifahan Fatimiyah yang terus terpuruk.
(mhy)