Kisah Karier Politik dan Tumbangnya Sheikh Hasina Setelah 15 Tahun Memerintah Bangladesh
loading...
A
A
A
Semuanya dimulai dengan satu kata: Razakar. Di Bangladesh , Razakar adalah istilah yang sangat ofensif. Kata tersebut berarti sukarelawan , namun mengacu pada mereka yang mendukung operasi militer Pakistan untuk memadamkan perang pembebasan Bangladesh tahun 1971. Tindakan ini dituduh melakukan kejahatan keji.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina paling gemar menggunakan istilah ini untuk menyebut siapa pun yang dianggapnya sebagai ancaman atau pembangkang selama lebih dari 15 tahun kekuasaannya. Pada Senin kemarin, perempuan berusia 76 tahun ini mengundurkan diri dan meninggalkan negaranya dengan helikopter militer di tengah kerusuhan yang meluas.
Putri dari pendiri negara dan mantan Presiden Sheikh Mujibur Rahman ini adalah pemimpin pemberontakan pro-demokrasi yang menggulingkan penguasa militer dan Presiden Hossain Mohammad Irsyad dari kekuasaan pada tahun 1990.
Menurut sensus tahun 2022, Bangladesh memiliki populasi sekitar 150 juta Muslim , atau 91,04% dari total populasinya yang berjumlah 165 juta. Bangladesh secara de facto adalah negara Islam .
Hasina pertama kali menjadi perdana menteri setelah partai Liga Awami yang dipimpinnya memenangkan pemilu pada tahun 1996.
Ia kembali berkuasa pada tahun 2009, membantu mencapai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Di sisi lain, ia semakin otokratis, menindak kebebasan berpendapat, perbedaan pendapat dan oposisi di negara dengan populasi terbesar kedelapan di dunia itu.
Masa jabatan Hasina sebagai kepala pemerintahan perempuan terlama di Bangladesh ditandai dengan penggunaan pasukan keamanan, termasuk paramiliter Batalyon Aksi Cepat yang terkenal kejam. Batalyon ini digunakan untuk menculik dan bahkan membunuh anggota oposisi dan pembangkang, serta diduga melakukan kecurangan pemilu.
Bahkan lembaga peradilan, yang sebagian besar merupakan lembaga bipartisan, mengalami kompromi selama masa jabatannya, menurut para kritikus, sehingga memaksa hakim agung untuk meninggalkan negara tersebut setelah ia menentang keputusannya.
Lalu ada media arus utama, yang menurut para kritikus, dikendalikan oleh Hasina untuk menyusun dan mempertahankan narasi melawan lawan-lawannya. Sebagian besar media arus utama Bangladesh dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Liga Awami.
Kontrol atas media memungkinkan Hasina untuk menggambarkan para pendukungnya sebagai pewaris sah warisan kemerdekaan negara dan pencapaiannya, sementara menggambarkan para pembangkang dan anggota oposisi dari Partai Nasionalis Bangladesh dan Jamaat-e-Islami (Majelis Islam Bangladesh) sebagai sisa-sisa faksi-faksi pengkhianat dan “ekstremis”.
Mantan Perdana Menteri dan pemimpin oposisi utama Begum Khaleda Zia dipenjara pada tahun 2018 atas tuduhan korupsi, sementara seorang tokoh terkemuka di Jamaat-e-Islami dieksekusi pada tahun 2016.
Namun, Hasina melakukan kesalahan besar dengan melabeli mahasiswa yang memprotes reformasi kuota kerja sebagai “Razakar”, sehingga melanggar rubikon tersebut.
Memicu Api
Saat konferensi pers pada 14 Juli, Hasina ditanyai oleh seorang wartawan tentang protes mahasiswa terhadap kuota pekerjaan yang telah berlangsung selama lebih dari sepekan. Hasina dengan nada meremehkan mengatakan, “Jika cucu pejuang kemerdekaan tidak menerima manfaat [kuota], siapa lagi? Cucu Razakars?”
Komentarnya langsung memicu protes. Para mahasiswa merasa pernyataannya secara tidak adil mengabaikan upaya mereka untuk mengatasi sistem kuota yang “tidak adil” dalam pekerjaan di pemerintahan, yang menyediakan sekitar 30 persen posisi untuk keturunan pejuang kemerdekaan gerakan pembebasan tahun 1971.
Para mahasiswa mulai melakukan protes dalam beberapa jam, berbaris melalui kampus Universitas Dhaka, meneriakkan slogan provokatif: “Siapa kamu? Saya Razakar.”
Hasina mengambil tindakan keras dan melibatkan sayap mahasiswa partainya, Liga Chhatra Bangladesh (BCL), dan polisi untuk meredam protes tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya hari kekerasan pada 16 Juli yang mengakibatkan enam kematian.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina paling gemar menggunakan istilah ini untuk menyebut siapa pun yang dianggapnya sebagai ancaman atau pembangkang selama lebih dari 15 tahun kekuasaannya. Pada Senin kemarin, perempuan berusia 76 tahun ini mengundurkan diri dan meninggalkan negaranya dengan helikopter militer di tengah kerusuhan yang meluas.
Putri dari pendiri negara dan mantan Presiden Sheikh Mujibur Rahman ini adalah pemimpin pemberontakan pro-demokrasi yang menggulingkan penguasa militer dan Presiden Hossain Mohammad Irsyad dari kekuasaan pada tahun 1990.
Menurut sensus tahun 2022, Bangladesh memiliki populasi sekitar 150 juta Muslim , atau 91,04% dari total populasinya yang berjumlah 165 juta. Bangladesh secara de facto adalah negara Islam .
Hasina pertama kali menjadi perdana menteri setelah partai Liga Awami yang dipimpinnya memenangkan pemilu pada tahun 1996.
Ia kembali berkuasa pada tahun 2009, membantu mencapai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. Di sisi lain, ia semakin otokratis, menindak kebebasan berpendapat, perbedaan pendapat dan oposisi di negara dengan populasi terbesar kedelapan di dunia itu.
Masa jabatan Hasina sebagai kepala pemerintahan perempuan terlama di Bangladesh ditandai dengan penggunaan pasukan keamanan, termasuk paramiliter Batalyon Aksi Cepat yang terkenal kejam. Batalyon ini digunakan untuk menculik dan bahkan membunuh anggota oposisi dan pembangkang, serta diduga melakukan kecurangan pemilu.
Bahkan lembaga peradilan, yang sebagian besar merupakan lembaga bipartisan, mengalami kompromi selama masa jabatannya, menurut para kritikus, sehingga memaksa hakim agung untuk meninggalkan negara tersebut setelah ia menentang keputusannya.
Lalu ada media arus utama, yang menurut para kritikus, dikendalikan oleh Hasina untuk menyusun dan mempertahankan narasi melawan lawan-lawannya. Sebagian besar media arus utama Bangladesh dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Liga Awami.
Kontrol atas media memungkinkan Hasina untuk menggambarkan para pendukungnya sebagai pewaris sah warisan kemerdekaan negara dan pencapaiannya, sementara menggambarkan para pembangkang dan anggota oposisi dari Partai Nasionalis Bangladesh dan Jamaat-e-Islami (Majelis Islam Bangladesh) sebagai sisa-sisa faksi-faksi pengkhianat dan “ekstremis”.
Mantan Perdana Menteri dan pemimpin oposisi utama Begum Khaleda Zia dipenjara pada tahun 2018 atas tuduhan korupsi, sementara seorang tokoh terkemuka di Jamaat-e-Islami dieksekusi pada tahun 2016.
Namun, Hasina melakukan kesalahan besar dengan melabeli mahasiswa yang memprotes reformasi kuota kerja sebagai “Razakar”, sehingga melanggar rubikon tersebut.
Memicu Api
Saat konferensi pers pada 14 Juli, Hasina ditanyai oleh seorang wartawan tentang protes mahasiswa terhadap kuota pekerjaan yang telah berlangsung selama lebih dari sepekan. Hasina dengan nada meremehkan mengatakan, “Jika cucu pejuang kemerdekaan tidak menerima manfaat [kuota], siapa lagi? Cucu Razakars?”
Komentarnya langsung memicu protes. Para mahasiswa merasa pernyataannya secara tidak adil mengabaikan upaya mereka untuk mengatasi sistem kuota yang “tidak adil” dalam pekerjaan di pemerintahan, yang menyediakan sekitar 30 persen posisi untuk keturunan pejuang kemerdekaan gerakan pembebasan tahun 1971.
Para mahasiswa mulai melakukan protes dalam beberapa jam, berbaris melalui kampus Universitas Dhaka, meneriakkan slogan provokatif: “Siapa kamu? Saya Razakar.”
Hasina mengambil tindakan keras dan melibatkan sayap mahasiswa partainya, Liga Chhatra Bangladesh (BCL), dan polisi untuk meredam protes tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya hari kekerasan pada 16 Juli yang mengakibatkan enam kematian.