Kisah Thariq bin Ziyad Beserta 7.000 Pasukan Islam Menaklukkan Toledo
loading...
A
A
A
Pada tahun 711, di era Kekhalifahan Umayyah , Thariq bin Ziyad beserta 7000 pasukan yang mayoritas terdiri dari bangsa Berber menyeberangi Selat Gibraltar . Kala itu, pasukan Islam menuju Andalusia atau Semenanjung Iberia.
Ini merupakan wilayah di selatan Eropa bagian paling barat. Kini, Semenanjung Iberia termasuk bagian dari Republik Portugal , Kerajaan Spanyol , dan Andorra.
Pada saat Thariq bin Ziyad menuju Andalusia dibantu oleh Julian dengan kapal-kapal dagang miliknya.
Julian adalah bangsawan Visigoth, yang menjabat gubernur di Ceuta, wilayah Kerajaan Visigoth di Maghrib. Ia membantu pasukan Islam karena dendam atas penguasa setempat, Roderick, yang telah memperkosa adik perempuannya.
Phillip K. Hitti dalam bukunya berjudul "History of the Arabs" (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008) mengatakan pasukan yang dipimpin oleh Thariq mendarat di sebuah bukit yang akhirnya dinamai dengan namanya, yaitu Jabal Thariq atau Gunung Thariq.
Pada masa sekarang Jabal Thariq dikenal secara universal dengan nama Gibraltar. Secara administrasi, Gibraltar masuk dalam Persemakmuran Inggris .
Pada saat bersamaan, Roderick sedang bertempur di Basque di daerah Semenanjung Iberia Utara untuk meredam pemberontakan. Mendengar hadirnya orang asing di daerah kekuasaannya membuat Roderick segera menuju selatan untuk berhadapan dengan tentara Islam.
Roderick juga ingin melindungi pusat pemerintahan di Toledo karena jarak antara Gibraltar dengan Toledo sangat dekat.
Pada tahun 712 terjadilah pertempuran Guadelete. Dinamakan demikian karena pertempuran itu terjadi di dekat Sungai Guadelete. Dalam pertempuran tersebut, Roderick tewas. Meskipun tentara Visigoth jauh lebih banyak, namun kemenangan berhasil diraih oleh pasukan Thariq bin Ziyad. Sejak saat itulah Toledo dapat dikuasai oleh Islam.
Atas prestasi tersebut, Thariq bin Ziyad dijadikan gubernur di Andalusia oleh Khalifah al-Walid bin Abdul Malik.
Alexander Mikaberidze dalam bukunya berjudul "Conflict and Conquest in the Islamic World: A Historical Encyclopedia Volume 1" menyebut setelah Visigoth dapat dikalahkan, Musa bin Nushair selaku gubernur di Afrika dan jenderal perang di Kekhalifahan Umayyah mengirimkan pasukan sebanyak 10 ribu orang. Pasukan ini ia pimpin sendiri.
Tujuannya adalah untuk menguatkan kekuasaan Islam di Andalusia dan sekitarnya dari serangan balik.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyimpulkan Islam masuk ke Spanyol dan menjadi penguasa di daerah tersebut sejak tahun 711 sebenarnya atas keadaan politik Spanyol yang dilanda perang saudara.
"Tanpa bantuan dari Julian dengan kapal-kapal dagangnya, tentara muslim tidak mungkin dikirim ke Spanyol karena pada waktu itu angkatan laut milik Kekhalifahan Umayyah masih dipusatkan di Laut Mediterania bagian timur," ujarnya.
Menurutnya, terhitung tiga kali Julian membantu tentara Islam mencapai tanah Spanyol: Pertama, Julian membantu Tharif bin Malik ke Andalusia, kemudian kembali lagi ke Maroko. Kedua, Julian membantu tentara Islam memasuki Andalusia lewat Gibraltar. Ketiga, Julian membantu tentara yang dipimpin oleh Musa bin Nushair yang jumlahnya mencapai 20 ribu pasukan.
Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair merupakan tiga pahlawan dalam dunia Islam yang terus dicatat dalam sejarah dunia selama masa penaklukkan Andalusia. "Mereka tidak berdiri sendiri karena terdapat peran Julian," ujar Jati Pamungkas.
Kesalahan besar Julian tersebut harus dibayar mahal oleh generasi-generasi Kristen berikutnya di Semenanjung Iberia hingga 1492, dengan peperangan sengit yang jumlahnya puluhan kali jauh lebih banyak dari Perang Salib di daerah Timur Tengah.
Ini merupakan wilayah di selatan Eropa bagian paling barat. Kini, Semenanjung Iberia termasuk bagian dari Republik Portugal , Kerajaan Spanyol , dan Andorra.
Pada saat Thariq bin Ziyad menuju Andalusia dibantu oleh Julian dengan kapal-kapal dagang miliknya.
Julian adalah bangsawan Visigoth, yang menjabat gubernur di Ceuta, wilayah Kerajaan Visigoth di Maghrib. Ia membantu pasukan Islam karena dendam atas penguasa setempat, Roderick, yang telah memperkosa adik perempuannya.
Baca Juga
Phillip K. Hitti dalam bukunya berjudul "History of the Arabs" (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008) mengatakan pasukan yang dipimpin oleh Thariq mendarat di sebuah bukit yang akhirnya dinamai dengan namanya, yaitu Jabal Thariq atau Gunung Thariq.
Pada masa sekarang Jabal Thariq dikenal secara universal dengan nama Gibraltar. Secara administrasi, Gibraltar masuk dalam Persemakmuran Inggris .
Pada saat bersamaan, Roderick sedang bertempur di Basque di daerah Semenanjung Iberia Utara untuk meredam pemberontakan. Mendengar hadirnya orang asing di daerah kekuasaannya membuat Roderick segera menuju selatan untuk berhadapan dengan tentara Islam.
Roderick juga ingin melindungi pusat pemerintahan di Toledo karena jarak antara Gibraltar dengan Toledo sangat dekat.
Pada tahun 712 terjadilah pertempuran Guadelete. Dinamakan demikian karena pertempuran itu terjadi di dekat Sungai Guadelete. Dalam pertempuran tersebut, Roderick tewas. Meskipun tentara Visigoth jauh lebih banyak, namun kemenangan berhasil diraih oleh pasukan Thariq bin Ziyad. Sejak saat itulah Toledo dapat dikuasai oleh Islam.
Baca Juga
Atas prestasi tersebut, Thariq bin Ziyad dijadikan gubernur di Andalusia oleh Khalifah al-Walid bin Abdul Malik.
Alexander Mikaberidze dalam bukunya berjudul "Conflict and Conquest in the Islamic World: A Historical Encyclopedia Volume 1" menyebut setelah Visigoth dapat dikalahkan, Musa bin Nushair selaku gubernur di Afrika dan jenderal perang di Kekhalifahan Umayyah mengirimkan pasukan sebanyak 10 ribu orang. Pasukan ini ia pimpin sendiri.
Tujuannya adalah untuk menguatkan kekuasaan Islam di Andalusia dan sekitarnya dari serangan balik.
Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyimpulkan Islam masuk ke Spanyol dan menjadi penguasa di daerah tersebut sejak tahun 711 sebenarnya atas keadaan politik Spanyol yang dilanda perang saudara.
"Tanpa bantuan dari Julian dengan kapal-kapal dagangnya, tentara muslim tidak mungkin dikirim ke Spanyol karena pada waktu itu angkatan laut milik Kekhalifahan Umayyah masih dipusatkan di Laut Mediterania bagian timur," ujarnya.
Menurutnya, terhitung tiga kali Julian membantu tentara Islam mencapai tanah Spanyol: Pertama, Julian membantu Tharif bin Malik ke Andalusia, kemudian kembali lagi ke Maroko. Kedua, Julian membantu tentara Islam memasuki Andalusia lewat Gibraltar. Ketiga, Julian membantu tentara yang dipimpin oleh Musa bin Nushair yang jumlahnya mencapai 20 ribu pasukan.
Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad, dan Musa bin Nushair merupakan tiga pahlawan dalam dunia Islam yang terus dicatat dalam sejarah dunia selama masa penaklukkan Andalusia. "Mereka tidak berdiri sendiri karena terdapat peran Julian," ujar Jati Pamungkas.
Kesalahan besar Julian tersebut harus dibayar mahal oleh generasi-generasi Kristen berikutnya di Semenanjung Iberia hingga 1492, dengan peperangan sengit yang jumlahnya puluhan kali jauh lebih banyak dari Perang Salib di daerah Timur Tengah.
(mhy)