Reconquista: Ini Kenapa Thariq bin Ziyad Mudah Menaklukkan Gibraltar

Sabtu, 24 Agustus 2024 - 10:57 WIB
loading...
Reconquista: Ini Kenapa...
Ketika Thariq bin Ziyad sampai di Gibraltar, Roderick masih sibuk memadamkan pemberontakan di wilayah utara tepatnya di daerah Basque. Ilustrasi: Ist
A A A
Sejumlah sejarawan menyebut masa kegagalan Reconquista terjadi antara tahun 722-1008. Pada saat ini kekuasaan umat Islam di Andalusia sedang jaya-jayanya. Keemiran naik kelas menjadi kekhalifahan.

Reconquista adalah upaya penaklukan kembali Andalusia ( Spanyol ) oleh kaum Kristen Eropa. Peristiwa Reconquista terjadi dalam rentang waktu yang sangat panjang. Awal peristiwa Reconquista ditandai dengan pertempuran Covadonga sekitar tahun 720 Masehi hingga jatuhnya keamiran Islam Granada pada 1492 Masehi.

Reconquista berakhir sesaat menjelang penemuan benua Amerika-yaitu "Dunia Baru"—oleh bangsa Eropa , yang kemudian pada era tersebut menimbulkan imperium kolonial Spanyol dan Portugal .

Jati Pamungkas, S.Hum, M.A. dalam bukunya berjudul "Perang Salib Timur dan Barat, Misi Merebut Yerusalem dan Mengalahkan Pasukan Islam di Eropa" menyebut salah satu faktor kegagalan Reconquista pada masa awal adalah karena kerajaan-kerajaan Kristen di Semenanjung Iberia belum bersatu dan mempunyai hubungan politik yang buruk.



Pada masa awal Islam masuk, Kerajaan Visigoth mengalami gejolak politik dalam negeri. Pertikaian antara Roderick dan Julian membesar karena masalah pribadi.

Ketika Thariq bin Ziyad sampai di Gibraltar, Roderick masih sibuk memadamkan pemberontakan di wilayah utara tepatnya di daerah Basque. Hal tersebut membuat pasukan Thariq leluasa menaklukkan berbagai daerah Kerajaan Visigoth di selatan.

Setelah Kerajaan Visigoth runtuh, kerajaan-kerajaan Kristen di utara enggan membantu karena masih bertikai. Ketika Islam semakin besar pada tahun 910, Kerajaan Asturias yang menjadi kekuatan terbesar Kristen di Semenanjung Iberia mengalami perpecahan, yaitu munculnya Kerajaan Leon dan Kerajaan Portugal.

Politik kerajaan-kerajaan Kristen yang saling bersaing mengakibatkan mereka melupakan musuh bersama dan yang paling nyata yaitu Kekhalifahan Cordoba.



Lebih jauh, Jati Pamungkas menyebut kepausan di Roma belum mempunyai kekuatan religiositas politik. Kepausan di Roma, atau Pemerintahan Gereja Katolik, baru terbentuk pada tahun 754.

"Jadi ketika Reconquista dimulai pada tahun 722 di Covandoga, Eropa masih berjuang sendiri-sendiri dalam hal kekristenan," ujar Jati Pamungkas.

Kepausan di Roma mempunyai kekuatan religi penuh ketika Romawi Barat semakin tenggelam dan Romawi Timur mulai berkurang kekuatannya di Eropa. Kepausan semakin kuat ketika di Eropa Barat Katolik semakin berkembang.

Hal itu sebelum terjadi Perang Salib di Timur pada tahun 1096. Perang Salib di Semenanjung Iberia masih berlandaskan semangat merebut kembali tanah air dari Islam.

Oleh sebab itu Perang Salib di Barat terkenal dengan nama Reconquista daripada Perang Salib. Pada masa berikutnya, Kepausan di Roma memberikan restu pada Perang Salib II di Semenanjung Iberia.

Berbeda dengan front timur yang banyak menemukan kesulitan dan kegagalan, pasukan Salib di front barat memenangkan pertempuran melawan Islam yaitu dalam Pertempuran Lisbon dan Tortosa.

(mhy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1955 seconds (0.1#10.140)