Inilah Orang-orang yang Merasakan Manisnya Iman

Jum'at, 28 Agustus 2020 - 16:22 WIB
loading...
Inilah Orang-orang yang...
Siapa yang ridha Muhammad sebagai Rasul maka Allah akan mencukupkan Nabi Muhammad sebagai tauladannya dan pemimpinnya. Foto/dok SINDOnews
A A A
Seorang mukmin yang benar tidaklah terpengaruh dengan datang dan perginya dunia. Hatinya kokoh, ia selalu dermawan dalam kondisi susah dan senang, dan kondisi miskin dan kaya, sehat dan sakit. Orang-orang yang merasakan kelezatan iman mereka menyebutkan tentang kelezatan tersebut.

Demikian kata Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Sultan Fatah Semarang Ustaz Saeful Huda dalam satu tausiyahnya. Salah seorang dari mereka berkata, "Sungguh ada waktu-waktu kebahagiaan yang lewat di hati, aku katakan jika seandainya penghuni surga dalam kondisi seperti ini, maka sungguh mereka dalam kenikmatan". ( )

Yang lain berkata, "Sesungguhnya di dunia ada surga, barangsiapa yang tidak masuk ke dalamnya maka ia tidak akan masuk ke dalam surga akhirat".

Yang ketiga berkata: "Sesungguhnya keimanan memiliki kegembiraan dan kelezatan di hati, barangsiapa yang tidak merasakannya maka ia telah kehilangan imannya atau kurang imannya , dan ia termasuk dari golongan yang Allah berfirman tentang mereka:

قَالَتِ الأعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الإيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman "… Katakanlah: "Kamu belum beriman, tapi Katakanlah 'kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu". (QS Al-Hujurat: 14). ( )

Di antara mereka yang merasakan manisnya iman adalah Khubaib bin 'Adiy radhiallahu 'anhu yang tertawan oleh kaum musyrikin. Dikatakan kepadanya, "Apakah kau suka jika Muhammad menggantikan posisimu dan engkau dalam kondisi selamat bersama keluargamu".

Tatkala itu ia hampir dibunuh dengan disalib, maka beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak suka jika aku bersama istri dan anak-anakku, dan aku memiliki dunia dan kenikmatannya sementara Rasulullah SAW tertusuk duri!"

Wanita yang merasakan manisnya iman , tatkala sampai kepadanya bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam telah terbunuh dalam perang Uhud. Maka wanita inipun pergi ke medan pertempuran, ternyata ayahnya terbunuh, saudara lelakinya terbunuh, putranya terbunuh, dan suaminya terbunuh.

Wanita inipun berkata, "Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Tatkala matanya melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam (masih hidup) maka iapun merasa tenang dan ia berkata, "Wahai Rasulullah, seluruh musibah menjadi ringan selama engkau selamat".

Orang yang merasakan manisnya iman jika engkau mencincang tubuhnya maka ia tidak akan bergeser dari agamanya. Kaum musyrikin meletakkan batu di atas dada Bilal agar ia kafir, maka Bilal berkata: "Ahad, Ahad, Yang Maha Esa, dan bergantung kepadaNya segala sesuatu".

Heraklius Raja Romawi yang semasa dengan Nabi Muhammad SAW, ia bertanya kepada Abu Sufyan, "Apakah ada yang murtad di antara pengikut Muhammad karena benci terhadap agamanya?" Abu Sufyan berkata: "Tidak". Heraklius berkata: "Demikianlah keimanan jika manisnya telah merasuk ke dalam hati".

Jika seorang muslim telah merasakan manisnya iman maka ia akan menjadi manusia yang lain, ada rasa yang lain dalam kehidupannya. Ia membangun manisnya iman dengan suka memberi, ia bahagia dengan pemberiannya bukan dengan menerima pemberian, ia memberikan kebaikan bagi orang lain, ia berusaha agar dirinya agung di sisi Allah meskipun di sisi manusia ia adalah orang yang rendah.

( )

Di antara ciri-ciri manisnya iman : Seorang mukmin meyakini dari relung hatinya yang paling dalam bahwa rezeki di tangan Allah. Apa yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba maka tidak ada seorangpun yang bisa mencegahnya, dan bahwasanya seseorang/jiwa tidak akan mati hingga dipenuhi rezekinya dan ajalnya.

Dan di antara buah bentuk manisnya iman seorang mukmin terbebaskan dari hawa nafsunya dan godaan jiwanya yang menyeru kepada keburukan dan fitnah harta. Ia terbebaskan dari sikap pelit dan kikir, serta ia berhias dengan muroqobatullah (selalu merasa diawasi oleh Allah), berhias dengan ikhlas, kedermawanan dan mendahulukan kepentingan saudaranya.

Allah Ta'ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (٩٧)

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl: 97). ( )

( )

Wallahu Ta'ala A'lam
Ponpes Sultan Fatah Semarang
(rhs)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3067 seconds (0.1#10.140)