Gerakan Damai sebelum Perang: Surat Khalifah Abu Bakar kepada Kaum Murtad
loading...
A
A
A
TATKALA Rasulullah SAW wafat, di beberapa daerah menolak membayar zakat bahkan tak sedikit yang keluar dari agama Islam atau murtad . Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq menghadapi masalah ini bertindak sangat tegas.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan sebelum memerangi kaum murtad ini Khalifah Abu Bakar mengirim surat dan menyadarkan mereka.
Khalifah Abu Bakar membuat suatu gerakan damai dengan sebaik-baiknya. Ke seluruh Semenanjung Arabia itu terlebih dulu disiarkan surat pengumuman yang ditujukan kepada siapa saja yang mengetahui isi surat itu, yang awam atau yang khas, yang tetap dalam Islam atau yang murtad.
Surat itu dimulai dengan ucapan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah. Kemudian menyebutkan bahwa risalah Muhammad itu benar datang dari Yang Mahakuasa sebagai berita baik dan peringatan.
Kemudian menyebutkan bahwa Rasulullah telah wafat setelah selesai menyampaikan apa yang diperintahkan Allah kepada umat manusia, dan Allah sudah menjelaskan itu kepada umat Islam dengan firman-Nya:
"Sungguh, engkau akan mati, dan mereka pun akan mati." ( Qur'an, 39 . 30).
"Kami tidak menjadikan manusia sebelummu hidup kekal; kalaupun kau mati, adakah mereka akan hidup kekal?" ( Qur'an, 21 . 34).
"Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik belakang (menjadi murtad)? Barang siapa berbalik belakang, sama sekali takkan merugikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur." ( Qur'an, 3 . 144).
Menurut Haekal, maksud Abu Bakar menyebutkan ayat-ayat itu untuk menangkis pangkal fitnah dan kekacauan karena mereka mengatakan: "Kalau Muhammad benar seorang rasul, tentu ia tidak akan mati."
Kemudian setelah mengingatkan supaya orang tetap bertakwa kepada Allah dan bertahan dengan agama-Nya, Abu Bakar berkata: "Kepada saya diberitahukan adanya orang-orang yang telah meninggalkan agamanya setelah berikrar dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya, berbalik tidak lagi mengindahkan Allah subhanahu wa ta'ala dan perintah-Nya, tetapi sebaliknya telah mengikuti kehendak setan..."
"Saya sudah mengeluarkan perintah kepada polan memimpin pasukan bersenjata yang terdiri atas kaum Muhajirin, Ansar dan para pengikut yang baik, kepadamu sekalian, dan saya perintahkan untuk tidak memerangi dan membunuh siapa pun sebelum diajak mematuhi ajaran Allah."
"Barang siapa memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan kesesatan, lalu kembali mengerjakan pekerjaan yang baik, harus diterima dan dibantu. Tetapi barang siapa tetap membangkang, maka harus diperangi dan jangan ada yang ditinggalkan."
"Mereka harus dihujani dan dibakar dengan api, dibunuh; perempuan dan anak-anak ditawan, dan siapa pun janganlah diterima kecuali ke dalam Islam."
"Barang siapa setuju, itulah yang baik untuk dirinya dan barang siapa mengelak, Allah tidak akan lemah karenanya."
"Aku sudah memerintahkan utusanku untuk membacakan surat ini kepada setiap kelompok dari kamu sekalian. Dan ajakan itu ialah dengan azan."
Ketika itu bila Muslimin menyerukan azan dan orang menyambut azan itu, mereka dibiarkan, dan kalau tidak menyerukan ditanya apa sebabnya. Kalau menolak cepat-cepat ditindak.
Abu Bakar menyiarkan seruannya itu di segenap penjuru Semenanjung Arab. Dengan itu tujuannya supaya mereka yang masih ragu, mendapat kesempatan berpikir.
Ternyata banyak orang yang mengikuti penganjur-penganjur golongan murtad itu karena mereka takut akibatnya bila tetap bertahan dalam Islam.
Jika melihat dirinya berada di antara dua kekuatan, mereka lebih cenderung kepada Islam, atau setidak-tidaknya diam tidak membela pemimpin-pemimpin kaum murtad itu.
Mereka sudah tidak berdaya, dan tidak sedikit dari mereka yang tidak mengadakan perlawanan. Pengaruh rencana Abu Bakar dengan gerakan damainya itu hasilnya akan kita lihat jelas sekali.
Gerakan Damai
Haekal menyebutkan dengan gerakan damainya itu Abu Bakar tidak bermaksud hendak mencoba-coba, kalau berhasil syukur, kalau tidak akan dicari cara lain untuk membuat gerakan damai baru lagi.
"Sama sekali tidak! Tiap kata dan tiap bentuk ancaman dalam suratnya itu memang ditulis dengan sungguh-sungguh," tutur Haekal.
Selesai membuat surat itu segera ia menulis pula kepada para komandan brigade mengenai batas waktu untuk memerangi siapa saja yang berbalik dari Islam.
Ia tidak akan memaafkan lagi kaum murtad yang pernah mengancam itu, setelah diberi maaf dan diajak kembali kepada Islam.
Kalau mereka bersedia menerima ajakan pasukan Muslimin hentikanlah, kalau tidak, teruskan serangan itu sampai mereka bersedia mengakui.
Kemudian beritahukanlah hak dan kewajiban mereka: ambil apa yang menjadi kewajiban mereka, dan berikan apa yang menjadi hak mereka, jangan ditangguhkan.
Barang siapa memenuhi ajakan itu, maka kebebasannya tak boleh diganggu dan setelah itu segala persoalannya hanya Allah yang tahu. Tetapi barang siapa tetap menolak seruan Allah boleh dibunuh dan diperangi di mana pun mereka berada, dan tak ada kompromi kecuali Islam. Perangi mereka dengan senjata dan api.
Muhammad Husain Haekal dalam bukunya yang diterjemahkan Ali Audah berjudul "Abu Bakr As-Siddiq - Yang Lembut Hati" (Pustaka Litera AntarNusa, 1987) menceritakan sebelum memerangi kaum murtad ini Khalifah Abu Bakar mengirim surat dan menyadarkan mereka.
Khalifah Abu Bakar membuat suatu gerakan damai dengan sebaik-baiknya. Ke seluruh Semenanjung Arabia itu terlebih dulu disiarkan surat pengumuman yang ditujukan kepada siapa saja yang mengetahui isi surat itu, yang awam atau yang khas, yang tetap dalam Islam atau yang murtad.
Surat itu dimulai dengan ucapan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah. Kemudian menyebutkan bahwa risalah Muhammad itu benar datang dari Yang Mahakuasa sebagai berita baik dan peringatan.
Kemudian menyebutkan bahwa Rasulullah telah wafat setelah selesai menyampaikan apa yang diperintahkan Allah kepada umat manusia, dan Allah sudah menjelaskan itu kepada umat Islam dengan firman-Nya:
"Sungguh, engkau akan mati, dan mereka pun akan mati." ( Qur'an, 39 . 30).
"Kami tidak menjadikan manusia sebelummu hidup kekal; kalaupun kau mati, adakah mereka akan hidup kekal?" ( Qur'an, 21 . 34).
"Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik belakang (menjadi murtad)? Barang siapa berbalik belakang, sama sekali takkan merugikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orang-orang yang bersyukur." ( Qur'an, 3 . 144).
Menurut Haekal, maksud Abu Bakar menyebutkan ayat-ayat itu untuk menangkis pangkal fitnah dan kekacauan karena mereka mengatakan: "Kalau Muhammad benar seorang rasul, tentu ia tidak akan mati."
Kemudian setelah mengingatkan supaya orang tetap bertakwa kepada Allah dan bertahan dengan agama-Nya, Abu Bakar berkata: "Kepada saya diberitahukan adanya orang-orang yang telah meninggalkan agamanya setelah berikrar dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya, berbalik tidak lagi mengindahkan Allah subhanahu wa ta'ala dan perintah-Nya, tetapi sebaliknya telah mengikuti kehendak setan..."
"Saya sudah mengeluarkan perintah kepada polan memimpin pasukan bersenjata yang terdiri atas kaum Muhajirin, Ansar dan para pengikut yang baik, kepadamu sekalian, dan saya perintahkan untuk tidak memerangi dan membunuh siapa pun sebelum diajak mematuhi ajaran Allah."
"Barang siapa memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan kesesatan, lalu kembali mengerjakan pekerjaan yang baik, harus diterima dan dibantu. Tetapi barang siapa tetap membangkang, maka harus diperangi dan jangan ada yang ditinggalkan."
"Mereka harus dihujani dan dibakar dengan api, dibunuh; perempuan dan anak-anak ditawan, dan siapa pun janganlah diterima kecuali ke dalam Islam."
"Barang siapa setuju, itulah yang baik untuk dirinya dan barang siapa mengelak, Allah tidak akan lemah karenanya."
"Aku sudah memerintahkan utusanku untuk membacakan surat ini kepada setiap kelompok dari kamu sekalian. Dan ajakan itu ialah dengan azan."
Ketika itu bila Muslimin menyerukan azan dan orang menyambut azan itu, mereka dibiarkan, dan kalau tidak menyerukan ditanya apa sebabnya. Kalau menolak cepat-cepat ditindak.
Abu Bakar menyiarkan seruannya itu di segenap penjuru Semenanjung Arab. Dengan itu tujuannya supaya mereka yang masih ragu, mendapat kesempatan berpikir.
Ternyata banyak orang yang mengikuti penganjur-penganjur golongan murtad itu karena mereka takut akibatnya bila tetap bertahan dalam Islam.
Jika melihat dirinya berada di antara dua kekuatan, mereka lebih cenderung kepada Islam, atau setidak-tidaknya diam tidak membela pemimpin-pemimpin kaum murtad itu.
Mereka sudah tidak berdaya, dan tidak sedikit dari mereka yang tidak mengadakan perlawanan. Pengaruh rencana Abu Bakar dengan gerakan damainya itu hasilnya akan kita lihat jelas sekali.
Gerakan Damai
Haekal menyebutkan dengan gerakan damainya itu Abu Bakar tidak bermaksud hendak mencoba-coba, kalau berhasil syukur, kalau tidak akan dicari cara lain untuk membuat gerakan damai baru lagi.
"Sama sekali tidak! Tiap kata dan tiap bentuk ancaman dalam suratnya itu memang ditulis dengan sungguh-sungguh," tutur Haekal.
Selesai membuat surat itu segera ia menulis pula kepada para komandan brigade mengenai batas waktu untuk memerangi siapa saja yang berbalik dari Islam.
Ia tidak akan memaafkan lagi kaum murtad yang pernah mengancam itu, setelah diberi maaf dan diajak kembali kepada Islam.
Kalau mereka bersedia menerima ajakan pasukan Muslimin hentikanlah, kalau tidak, teruskan serangan itu sampai mereka bersedia mengakui.
Kemudian beritahukanlah hak dan kewajiban mereka: ambil apa yang menjadi kewajiban mereka, dan berikan apa yang menjadi hak mereka, jangan ditangguhkan.
Barang siapa memenuhi ajakan itu, maka kebebasannya tak boleh diganggu dan setelah itu segala persoalannya hanya Allah yang tahu. Tetapi barang siapa tetap menolak seruan Allah boleh dibunuh dan diperangi di mana pun mereka berada, dan tak ada kompromi kecuali Islam. Perangi mereka dengan senjata dan api.
(mhy)