Kisah Serangan Mongol: Jutaan Muslim Dibunuh dan Diusir dari Tanahnya
loading...
A
A
A
BANGSA Mongol adalah komunitas suku yang tinggal di Asia Tengah, di antara Danau Baikal dan pegunungan Altani yang merupakan anak gunung yang berpusat di antara Rusia dan Cina . Adapun bangsa Mongol adalah bagian dari bangsa Tartar.
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejaran Peradaban Islam" (Pusaka Riau, 2013) menyebutkan asal-usul bangsa Mongol sebelum tampilnya Jengis Khan sangat kabur. Karena mereka adalah orang-orang nomad yang hidup di perkemahan-perkemahan.
Sebagaimana kehidupan orang-orang nomad sebelumnya, mereka suka berperang, merampok, berburu dan beternak serta tinggal di sekitar danau dan sungai-sungai.
Latar belakang kehidupan mereka seperti ini sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian. Mereka patuh kepada pemimpin, peraturan dan agama yang mereka anut.
Mereka menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari di waktu terbit, tidak ada yang haram bagi mereka, sehingga semua jenis daging binatang mereka makan meskipun sudah menjadi bangkai.
Selanjutnya dinyatakan oleh Ali Husni al-Khurbuthli, bahwa pada dasarnya bangsa Mongol ini adalah kabilah-kabilah penggembala yang peradabannya sangat primitif dan ideologinya animisme.
Oleh karena hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun di daerah mereka, maka tidak ditemukan tempat penggembalaan. Akibatnya bangsa Mongol melakukan invansi ke berbagai bangsa, merampas dan merampok.
Mereka mendatangi kota-kota yang ada di sekelilingnya untuk melakukan kekerasan dan kecurangan. Invansi yang dilakukannya tidak bertujuan untuk menyebarkan akidah, pemikiran atau peradaban mereka melainkan untuk melakukan kerusakan semata-mata.
Di dalam otaknya telah tertanam pikiran-pikiran jahat, yaitu mengubah kota-kota ramai, tanah-tanah subur menjadi kota-kota padang lalang yang berperadaban primitif, sebagaimana yang pernah mereka saksikan di lingkungan tempat tinggal mereka yang pertama kali di Asia Tengah.
Bangsa Mongol berasal dari seorang tokoh terkemuka bernama “Alanja Khan”. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Tartar dan Mongol. Keduanya hidup rukun dan sejahtera dan dapat melahirkan keturunan yang banyak. Masing-masing Puak Tartar dan Puak Mongol.
Serangan Bangsa Mongol
Dari berbagai catatan sejarah, dapat diketahui bahwa julukan yang paling tepat bagi bangsa Mongol adalah penjarah yang tidak beradab dan tidak berperikemanusiaan.
Itulah Jengis Khan sebagai pemimpin bangsa Mongol pada waktu itu dianggap sebagai manusia penakluk terbesar dan terkuat, sehingga wajar saja bangsa Mongol sebagai kekuatan raksasa yang paling ditakuti.
Di samping karena keberanian dan sikap ambisiusnya, Jengis Khan mempunyai antusias yang sangat tinggi untuk meluaskan kekuasaannya ke negeri-negeri lain.
Dia bahkan bertekad untuk menguasai dunia, yakni dengan membentuk dan melatih pasukan perang yang tangguh dan berdisiplin.
Untuk merealisasikan keinginannya menguasai dunia, Jengis Khan telah berhasil membina 10.000 prajurit terlatih yang cerdas dan tanggap. Seribu orang di antaranya dipilih untuk menjadi pengawal istana dan pengawal Jengis Khan sebagai pemimpin tertinggi.
Kekuatan yang telah terhimpun itu mulai dikerahkannya untuk melakukan serangan demi serangan, di antaranya ditujukan kepada:
Pertama, bangsa Mongol berusaha untuk menguasai Cina, yakni pada tahun 1215 M, dia dapat menduduki Peking (ibu kota Cina saat itu, sekarang Beijing), setelah itu ia mencoba mengonsentrasikan perhatiannya ke sebelah barat, wilayah yang dihuni oleh umat Islam.
Kedua, Jengis Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia tengah.
Alauddin Muhammad Khawarizm Syah menerima kontrak diplomasi perdagangan ini dengan sangat hati-hati. Sehingga tidak lama setelah itu para pedagang Mongol yang beroperasi di pasar Utrar ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata.
Alasan yang dikemukakan oleh penguasa Utrar atas penangkapan tersebut adalah karena pedagang Mongol telah melakukan tindakan-tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat.
Akan tetapi alasan tersebut tidak diterima oleh Jengis Khan bahkan menimbulkan kemarahannya, dan meminta kepada Alauddin untuk menyerahkan penguasa yang menangkap delegasi perdagangannya.
Namun hal itu ditolak Alauddin. Penolakan tersebut menjadi alasan bagi Jengis Khan untuk menyerang Dinasti Khawarizm.
Pertempuran antara keduanya tidak dapat dielakkan. Namun dalam pertempuran pertama yang terjadi di Turkistan ini, masing-masing tidak mampu mengalahkan lawannya, sehingga keduanya pulang ke negerinya masing-masing tanpa membawa kemenangan.
Ketiga, pada tahun 1220 Jengis Khan bersama pasukannya datang ke Bukhara menyerang kekuatan Khawarizm. Pasukan Alauddin yang berjumlah 20.000 orang gagal menahan serangan Mongol yang berkekuatan 70.000 orang personil tentara.
Jengis Khan memerintahkan agar seluruh penduduk Bukhara segera meninggalkan kota tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan. Mereka yang masih tetap bertahan di dalam kota dibunuh.
Mereka melakukan perusakan terhadap bangunan-bangunan mesjid dan madrasah serta membakar kitab suci Al-Qur’an serta kitab-kitab lain yang mereka temui di ruangan-ruangan perpustakaan, sehingga Ibn Atsir, seorang sejarawan Muslim terkenal menyatakan bahwa perusakan tersebut menjadikan Bukhara rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.
Selain itu, mereka juga melakukan pembunuhan massal, pembakaran, rebut rampas, pembunuhan anak-anak dan bayi-bayi dalam pangkuan serta penusukan terhadap perut wanita-wanita hamil, mengobrak-abrik rumah-rumah ibadat, melemparkan kitab-kitab suci dan kitab-kitab ilmu pengetahuan serta mimbar-mimbar khutbah dan lainnya ke dalam parit-parit pertahanan.
Keempat, dari Bukhara, Jengis Khan melanjutkan serangannya ke Samarkand pada tahun 1220 M dengan 60.000 orang pasukan Mongol yang biadab itu menyebarkan kehancuran dan kebinasaan. Banyak penduduk Samarkand yang dibunuh dan ditawan.
Alauddin mencoba bertahan dengan kekuatan 50.000 orang tentara, namun nasib Samarkand sama dengan Bukhara.
Kelima, selanjutnya pasukan Jengis Khan terus melakukan serangan-serangan dan penaklukkan ke kota-kota Qunji, Nisabur, Mazindahan, Ray, Bamazan, Qazwin, Azarbaijan, dan Tibris.
Di kota-kota ini pun mereka melakukan pembunuhan besar-besaran, sehingga tercatat bahwa tidak kurang dari 1.600.000 orang tewas di Heart dan 1.747.000 orang tewas di Naisabur oleh pasukan Jengis Khan.
Dan bahkan Sultan Alauddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh dalam peperangan Mazindaran pada tahun 1220.
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh bangsa Mongol itu merupakan masa-masa gelap yang meliputi dunia Islam, dan merupakan tahun bencana dan kerusakan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Jika dihitung jumlah kaum muslim dan nonmuslim yang telah menjadi korban akibat pembantaian yang dilakukan oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan di berbagai wilayah yang telah mereka taklukkan, maka berapa jumlah mereka yang terbantai tersebut tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT saja.
Dr. H. Syamruddin Nasution. M.Ag. dalam bukunya berjudul "Sejaran Peradaban Islam" (Pusaka Riau, 2013) menyebutkan asal-usul bangsa Mongol sebelum tampilnya Jengis Khan sangat kabur. Karena mereka adalah orang-orang nomad yang hidup di perkemahan-perkemahan.
Sebagaimana kehidupan orang-orang nomad sebelumnya, mereka suka berperang, merampok, berburu dan beternak serta tinggal di sekitar danau dan sungai-sungai.
Latar belakang kehidupan mereka seperti ini sangat berpengaruh dalam membentuk watak dan kepribadian. Mereka patuh kepada pemimpin, peraturan dan agama yang mereka anut.
Mereka menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari di waktu terbit, tidak ada yang haram bagi mereka, sehingga semua jenis daging binatang mereka makan meskipun sudah menjadi bangkai.
Selanjutnya dinyatakan oleh Ali Husni al-Khurbuthli, bahwa pada dasarnya bangsa Mongol ini adalah kabilah-kabilah penggembala yang peradabannya sangat primitif dan ideologinya animisme.
Oleh karena hujan tidak pernah turun selama bertahun-tahun di daerah mereka, maka tidak ditemukan tempat penggembalaan. Akibatnya bangsa Mongol melakukan invansi ke berbagai bangsa, merampas dan merampok.
Mereka mendatangi kota-kota yang ada di sekelilingnya untuk melakukan kekerasan dan kecurangan. Invansi yang dilakukannya tidak bertujuan untuk menyebarkan akidah, pemikiran atau peradaban mereka melainkan untuk melakukan kerusakan semata-mata.
Di dalam otaknya telah tertanam pikiran-pikiran jahat, yaitu mengubah kota-kota ramai, tanah-tanah subur menjadi kota-kota padang lalang yang berperadaban primitif, sebagaimana yang pernah mereka saksikan di lingkungan tempat tinggal mereka yang pertama kali di Asia Tengah.
Bangsa Mongol berasal dari seorang tokoh terkemuka bernama “Alanja Khan”. Ia mempunyai dua orang putra yang bernama Tartar dan Mongol. Keduanya hidup rukun dan sejahtera dan dapat melahirkan keturunan yang banyak. Masing-masing Puak Tartar dan Puak Mongol.
Serangan Bangsa Mongol
Dari berbagai catatan sejarah, dapat diketahui bahwa julukan yang paling tepat bagi bangsa Mongol adalah penjarah yang tidak beradab dan tidak berperikemanusiaan.
Itulah Jengis Khan sebagai pemimpin bangsa Mongol pada waktu itu dianggap sebagai manusia penakluk terbesar dan terkuat, sehingga wajar saja bangsa Mongol sebagai kekuatan raksasa yang paling ditakuti.
Di samping karena keberanian dan sikap ambisiusnya, Jengis Khan mempunyai antusias yang sangat tinggi untuk meluaskan kekuasaannya ke negeri-negeri lain.
Dia bahkan bertekad untuk menguasai dunia, yakni dengan membentuk dan melatih pasukan perang yang tangguh dan berdisiplin.
Untuk merealisasikan keinginannya menguasai dunia, Jengis Khan telah berhasil membina 10.000 prajurit terlatih yang cerdas dan tanggap. Seribu orang di antaranya dipilih untuk menjadi pengawal istana dan pengawal Jengis Khan sebagai pemimpin tertinggi.
Kekuatan yang telah terhimpun itu mulai dikerahkannya untuk melakukan serangan demi serangan, di antaranya ditujukan kepada:
Pertama, bangsa Mongol berusaha untuk menguasai Cina, yakni pada tahun 1215 M, dia dapat menduduki Peking (ibu kota Cina saat itu, sekarang Beijing), setelah itu ia mencoba mengonsentrasikan perhatiannya ke sebelah barat, wilayah yang dihuni oleh umat Islam.
Kedua, Jengis Khan mengadakan kontak dagang dengan pihak Khawarizm sebagai usaha mengenali situasi dan kondisi kekuasaan Islam di Asia tengah.
Alauddin Muhammad Khawarizm Syah menerima kontrak diplomasi perdagangan ini dengan sangat hati-hati. Sehingga tidak lama setelah itu para pedagang Mongol yang beroperasi di pasar Utrar ditangkap oleh penguasa lokal karena dicurigai sebagai mata-mata.
Alasan yang dikemukakan oleh penguasa Utrar atas penangkapan tersebut adalah karena pedagang Mongol telah melakukan tindakan-tindakan kasar yang merugikan pedagang setempat.
Akan tetapi alasan tersebut tidak diterima oleh Jengis Khan bahkan menimbulkan kemarahannya, dan meminta kepada Alauddin untuk menyerahkan penguasa yang menangkap delegasi perdagangannya.
Namun hal itu ditolak Alauddin. Penolakan tersebut menjadi alasan bagi Jengis Khan untuk menyerang Dinasti Khawarizm.
Pertempuran antara keduanya tidak dapat dielakkan. Namun dalam pertempuran pertama yang terjadi di Turkistan ini, masing-masing tidak mampu mengalahkan lawannya, sehingga keduanya pulang ke negerinya masing-masing tanpa membawa kemenangan.
Ketiga, pada tahun 1220 Jengis Khan bersama pasukannya datang ke Bukhara menyerang kekuatan Khawarizm. Pasukan Alauddin yang berjumlah 20.000 orang gagal menahan serangan Mongol yang berkekuatan 70.000 orang personil tentara.
Jengis Khan memerintahkan agar seluruh penduduk Bukhara segera meninggalkan kota tanpa membawa apa-apa kecuali pakaian yang melekat di badan. Mereka yang masih tetap bertahan di dalam kota dibunuh.
Mereka melakukan perusakan terhadap bangunan-bangunan mesjid dan madrasah serta membakar kitab suci Al-Qur’an serta kitab-kitab lain yang mereka temui di ruangan-ruangan perpustakaan, sehingga Ibn Atsir, seorang sejarawan Muslim terkenal menyatakan bahwa perusakan tersebut menjadikan Bukhara rata bagaikan tak pernah ada sebelumnya.
Selain itu, mereka juga melakukan pembunuhan massal, pembakaran, rebut rampas, pembunuhan anak-anak dan bayi-bayi dalam pangkuan serta penusukan terhadap perut wanita-wanita hamil, mengobrak-abrik rumah-rumah ibadat, melemparkan kitab-kitab suci dan kitab-kitab ilmu pengetahuan serta mimbar-mimbar khutbah dan lainnya ke dalam parit-parit pertahanan.
Keempat, dari Bukhara, Jengis Khan melanjutkan serangannya ke Samarkand pada tahun 1220 M dengan 60.000 orang pasukan Mongol yang biadab itu menyebarkan kehancuran dan kebinasaan. Banyak penduduk Samarkand yang dibunuh dan ditawan.
Alauddin mencoba bertahan dengan kekuatan 50.000 orang tentara, namun nasib Samarkand sama dengan Bukhara.
Kelima, selanjutnya pasukan Jengis Khan terus melakukan serangan-serangan dan penaklukkan ke kota-kota Qunji, Nisabur, Mazindahan, Ray, Bamazan, Qazwin, Azarbaijan, dan Tibris.
Di kota-kota ini pun mereka melakukan pembunuhan besar-besaran, sehingga tercatat bahwa tidak kurang dari 1.600.000 orang tewas di Heart dan 1.747.000 orang tewas di Naisabur oleh pasukan Jengis Khan.
Dan bahkan Sultan Alauddin Muhammad Khawarizm Syah tewas terbunuh dalam peperangan Mazindaran pada tahun 1220.
Serangan-serangan yang dilancarkan oleh bangsa Mongol itu merupakan masa-masa gelap yang meliputi dunia Islam, dan merupakan tahun bencana dan kerusakan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.
Jika dihitung jumlah kaum muslim dan nonmuslim yang telah menjadi korban akibat pembantaian yang dilakukan oleh bangsa Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan di berbagai wilayah yang telah mereka taklukkan, maka berapa jumlah mereka yang terbantai tersebut tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT saja.
(mhy)