Kisah 3 Daulah Islam Berlomba Memberi Hadiah kepada Ilmuwan
loading...
A
A
A
Perpustakaan telah menjadi urat nadi bagi sebuah universitas, di situ diadakan kegiatan diskusi yang dihadiri oleh para ilmuan dari berbagai bidang disiplin ilmu untuk menelaah buku-buku yang ada kemudian hasil dari telaahan tersebut disalin dan disimpan di perpustakaan itu lagi.
Kegiatan yang dilakukan Khalifah Al-Hakim dari Daulah Fatimiyah yang memberikan hadiah-hadiah kepada para ilmuan yang datang berdiskusi ke istananya, juga dilakukan oleh Khalifah Al-Makmun dari Daulah Abbasiyah.
Bahkan Al-Makmun memberikan hadiah emas batangan kepada para ilmuan seberat buku yang diterjemahkannya. Demikian juga Khalifah Abdurrahman III dari Daulah Umayyah Cordova selain memberi hadiah bahkan membelanjakan sepertiga dari pendapatan negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, pengajaran dan kebudayaan.
Seakan mereka berpacu dan berlomba-lomba bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban di daerah kekuasaan masing-masing.
Dengan demikian, persaingan secara positif dan sportif dari tiga kerajaan Islam tersebut untuk memajukan kekuasaan masing-masing turut serta menjadi pendukung dan faktor tersendiri bagi kemajuan dan kecemerlangan perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, karena hal itu membangkitkan semangat yang dinamik dan enerjik.
Belajar dari tiga Khalifah Islam tersebut dapat diketahui bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan kecemerlangan peradaban di daerah mana pun akan dapat tercapai jika didukung oleh Kepala Pemerintahan (Presiden, gubernur, bupati) dan disediakan atau dialokasikan dana atau biaya yang benar-benar memadai dari pemerintah bersangkutan.
Khalifah Al-Hakim Biamrillah juga mendirikan “Darul Ilmi” sebagai pusat pengajaran ilmu Kedokteran dan ilmu Astronomi. Pada masa inilah muncul seorang Astronom besar yang bernama Ibnu Yunus (348-399 H/958-1009 M) dan seorang tokoh Fisika dan Optik bernama Ibnu Haitam (354- 430 H/965-1039 M).
Khalifah Al-Hakim Biamrillah pun membentuk Majelis Ilmu (Lembaga Seminar) di istananya, tempat berkumpulnya sejumlah ilmuan untuk mendiskusikan berbagai cabang ilmu.
Kegiatan ini ternyata dapat memunculkan sejumlah ilmuan besar Mesir, sehingga pikiran dan karya-karya besar mereka berpengaruh ke seluruh dunia Islam.
Kegiatan yang dilakukan Khalifah Al-Hakim dari Daulah Fatimiyah yang memberikan hadiah-hadiah kepada para ilmuan yang datang berdiskusi ke istananya, juga dilakukan oleh Khalifah Al-Makmun dari Daulah Abbasiyah.
Bahkan Al-Makmun memberikan hadiah emas batangan kepada para ilmuan seberat buku yang diterjemahkannya. Demikian juga Khalifah Abdurrahman III dari Daulah Umayyah Cordova selain memberi hadiah bahkan membelanjakan sepertiga dari pendapatan negara setiap tahun untuk kemajuan ilmu pengetahuan, pengajaran dan kebudayaan.
Seakan mereka berpacu dan berlomba-lomba bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban di daerah kekuasaan masing-masing.
Dengan demikian, persaingan secara positif dan sportif dari tiga kerajaan Islam tersebut untuk memajukan kekuasaan masing-masing turut serta menjadi pendukung dan faktor tersendiri bagi kemajuan dan kecemerlangan perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, karena hal itu membangkitkan semangat yang dinamik dan enerjik.
Belajar dari tiga Khalifah Islam tersebut dapat diketahui bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan kecemerlangan peradaban di daerah mana pun akan dapat tercapai jika didukung oleh Kepala Pemerintahan (Presiden, gubernur, bupati) dan disediakan atau dialokasikan dana atau biaya yang benar-benar memadai dari pemerintah bersangkutan.
Khalifah Al-Hakim Biamrillah juga mendirikan “Darul Ilmi” sebagai pusat pengajaran ilmu Kedokteran dan ilmu Astronomi. Pada masa inilah muncul seorang Astronom besar yang bernama Ibnu Yunus (348-399 H/958-1009 M) dan seorang tokoh Fisika dan Optik bernama Ibnu Haitam (354- 430 H/965-1039 M).
Khalifah Al-Hakim Biamrillah pun membentuk Majelis Ilmu (Lembaga Seminar) di istananya, tempat berkumpulnya sejumlah ilmuan untuk mendiskusikan berbagai cabang ilmu.
Kegiatan ini ternyata dapat memunculkan sejumlah ilmuan besar Mesir, sehingga pikiran dan karya-karya besar mereka berpengaruh ke seluruh dunia Islam.
(mhy)