Kisah Muhammadiyah Menghadapi 3 Front: Modernisme, Tradisionalisme dan Jawaisme

Rabu, 20 November 2024 - 14:06 WIB
loading...
A A A
Seperti diketahui, pemeluk Islam sebagai bagian terbesar penduduk Hindia Timur saat itu, berada dalam kemiskinan, kebodohan (tidak berpendidikan), lemah secara fisik, akibat penyakitan dan kurang gizi.

Dalam kondisi seperti itu apa yang dilakukan Kiai Ahmad Dahlan tentang pragmatisasi dan fungsionalisasi ajaran Islam menjadi berarti.

Akhir abad 19, warga negeri ini berada dalam cengkeraman kolonialisme, perangkap kemiskinan, dan kebodohan. Ilmu gaib, jimat, dukun, pemujaan orang dan benda keramat, dan tahyul menyelimuti kehidupan umat di tengah ajaran Islam yang penuh mistik, hingga mereka terasing dengan realitas kehidupan.

Ajaran agama Islam kehilangan fungsi mencerahi dan memecahkan problem yang dihadapi umat pemeluk sebagai mayoritas warga negeri ini. Dalam suasana itulah kehadiran pembaruan keagamaan Kiai Ahmad Dahlan menjadi berarti.

Gagasan utama pembaruan yang dipeloporinya, ialah mengembangkan pemahaman tentang ajaran Islam yang berfungsi praktis bagi pemecahan berbagai persoalan kehidupan yang dihadapi pemeluk Islam dan kemanusiaan universal.

Praktik ajaran Islam yang selama ini cenderung elitis, kurang menyentuh hajat hidup umat lapis bawah, diubah menjadi ajaran fungsional bagi pemecahan persoalan objektif kehidupan umat dan manusia universal.



Berbagai ragam ibadah yang seharusnya berfungsi sosial, seperti; zakat, zakat fitrah, dan penyembelihan hewan korban, dijadikan pemerintah kolonial sumber pendapatan dan gaji pejabat keagamaan (penghulu dan pengurus masjid).

Sementara kebencian atas bangsa Barat meluas menjadi anti pendidikan modern, ilmu pengetahuan & teknologi. Perempuan terpasung menjadi pelayan domestik budaya patriarkhi, terperangkap dalam kebodohan.

Islam yang semestinya menjadi ajaran hidup di dunia objektif, menjadi ajaran menuju kematian dan untuk mati. Kebencian pada bangsa Barat, berkelindan dengan sikap anti pengetahuan modern, dan anti kehidupan duniawi.

Sikap hidup uzlah atau menyingkir dari kehidupan objektif demikian itu menjadi perangkap umat yang seolah lestari hidup dalam kebodohan, kemiskinan, kepenyakitan, nyaris tanpa kesatuan organisasional. Seluruhnya diselimuti ajaran-ajaran mistik, berikut selimut misteri yang tidak pernah jelas.

(mhy)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1881 seconds (0.1#10.140)