Kisah Sufi: Ketika si Tolol Diutus Membawa Kendi Menemui si Bijaksana
loading...
A
A
A
TOLOLmerupakan sebutan bagi orang biasa, yang selalu saja keliru menafsirkan apa yang terjadi padanya, apa yang dikerjakannya, atau apa yang dilakukan oleh orang lain. Ia melakukan semua ini secara meyakinkan karena --baginya dan orang-orang sepertinya-- sebagian besar dari kehidupan dan pemikiran tampak masuk akal dan benar.
Seorang tolol semacam ini suatu hari diutus membawa sebuah kendi menemui seorang bijaksana untuk meminta anggur.
Di tengah jalan Si Tolol, karena kecerobohannya, menyebabkan kendi itu terbentur batu dan pecah. Sesampainya di rumah si Bijak, ia memberikan pegangan kendi itu, dan berkata:
"Seseorang mengutus saya untuk mengirimkan kendi ini kepadamu, tetapi di tengah jalan sebongkah batu yang mengerikan mencurinya dari saya."
Karena geli dan ingin mendengar seluruh ceritanya, Si Bijak menyahut: "Bila kendi itu dicuri, mengapa pula kau bawa pegangan kendi itu kepadaku?'
"Saya tidak setolol sangkaan orang," jawab Si Tolol, "dan sebab itu pegangan kendi ini kubawa untuk membuktikan ceritaku."
***
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" menjelaskan suatu pokok persoalan yang banyak diperbincangkan di kalangan para guru darwis adalah bahwa kemanusiaan umumnya tidak mampu mengenali kecenderungan tersembunyi dalam peristiwa-peristiwa yang memungkinkannya untuk memanfaatkannya bagi kepenuhan hidup.
Mereka yang mampu melihat kecenderungan itu disebut Orang Bijak, sedangkan orang biasa dikatakan 'tertidur', atau disebut Orang Tolol.
Kisah ini, yang dalam bahasa Inggris dikutip oleh Kolonel Wilberforce Clarke (Diwan-I-Hafiz) merupakan cerita sejenis itu. Gagasannya konstruktif bahwa dengan menyerap ajaran ini lewat kisah-kisah sentilan, orang-orang tertentu mampu benar-benar "meningkatkan kepedihan" mereka terhadap kecenderungan tersembunyi tersebut.
Kutipan ini berasal dari koleksi darwis yang dikumpulkan oleh Pir-i-do-Sara, 'Yang memakai Jubah Bertambal', yang meninggal tahun 1790 dan dimakamkan di Mazar-i-Sharif, Turkistan.
Seorang tolol semacam ini suatu hari diutus membawa sebuah kendi menemui seorang bijaksana untuk meminta anggur.
Di tengah jalan Si Tolol, karena kecerobohannya, menyebabkan kendi itu terbentur batu dan pecah. Sesampainya di rumah si Bijak, ia memberikan pegangan kendi itu, dan berkata:
"Seseorang mengutus saya untuk mengirimkan kendi ini kepadamu, tetapi di tengah jalan sebongkah batu yang mengerikan mencurinya dari saya."
Karena geli dan ingin mendengar seluruh ceritanya, Si Bijak menyahut: "Bila kendi itu dicuri, mengapa pula kau bawa pegangan kendi itu kepadaku?'
"Saya tidak setolol sangkaan orang," jawab Si Tolol, "dan sebab itu pegangan kendi ini kubawa untuk membuktikan ceritaku."
***
Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes" yang diterjemahkan Ahmad Bahar menjadi "Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak Para Sufi" menjelaskan suatu pokok persoalan yang banyak diperbincangkan di kalangan para guru darwis adalah bahwa kemanusiaan umumnya tidak mampu mengenali kecenderungan tersembunyi dalam peristiwa-peristiwa yang memungkinkannya untuk memanfaatkannya bagi kepenuhan hidup.
Mereka yang mampu melihat kecenderungan itu disebut Orang Bijak, sedangkan orang biasa dikatakan 'tertidur', atau disebut Orang Tolol.
Baca Juga
Kisah ini, yang dalam bahasa Inggris dikutip oleh Kolonel Wilberforce Clarke (Diwan-I-Hafiz) merupakan cerita sejenis itu. Gagasannya konstruktif bahwa dengan menyerap ajaran ini lewat kisah-kisah sentilan, orang-orang tertentu mampu benar-benar "meningkatkan kepedihan" mereka terhadap kecenderungan tersembunyi tersebut.
Kutipan ini berasal dari koleksi darwis yang dikumpulkan oleh Pir-i-do-Sara, 'Yang memakai Jubah Bertambal', yang meninggal tahun 1790 dan dimakamkan di Mazar-i-Sharif, Turkistan.
(mhy)