Kisah Abdullah bin Zubair: Akhir Tragis Cucu Abu Bakar Ash-Shidiq
loading...
A
A
A
Kala itu, kawasan Persia, khususnya Kufah, dikuasai Mukhtar Tsaqafi. Di bawah kepemimpinan Mukhtar Tsaqafi semua pendukung keluarga Rasulullah SAW bergabung. Mereka menuntut balas atas semua kekejaman yang menimpa Husein bin Ali di Karbala.
Semua yang terlibat dalam peristiwa tersebut diseret ke pengadilan, atau diperangi sampai binasa. Termasuk di antara mereka yang terbunuh dalam perburuan tersebut adalah tokoh-tokoh kunci seperti Umar bin Sa’ad dan Ubaidillah bin Ziyad. Namun akhirnya gerakan ini berhasil dikalahkan oleh Abdullah bin Zubair, yang akhirnya berkuasa di kawasan Persia dalam waktu yang juga tidak lama.
Marwan bin Hakam
Sayangnya Abdullah bin Az-Zubair hanya puas dengan menerima kedatangan utusan dari beberapa daerah yang sukarela membaiatnya sambil tetap berada di Mekkah.
Para tokoh Bani Umayyah yang ada di Madinah yakni Marwan bin Al-Hakam dan putranya Abdul Malik diusir Ibnu Zubair sehingga membuka ruang konsolidasi bagi Bani Umayyah.
Di Damaskus, setelah beberapa bulan terjadi kekosongan kepemimpinan, Bani Umayyah akhirnya mendaulat Marwan bin Hakam menjadi pemimpin mereka. Dengan pengangkatan ini, Marwan yang sebelumnya bermaksud menyerahkan baiatnya pada Abdullah bin Zubair, mencabut kembali baiatnya dan berbalik melawan Abdullah.
Khalifah Marwan bin Hakam hanya berkuasa kurang dari satu tahun. Dia berhasil merebut wilayah Syam dan Mesir dari tangan pendukung Abdullah bin Zubair. Saat Marwan wafat, digantikan oleh putranya, Abdul Malik.
Di masa Abdul Malik inilah upaya menundukkan Abdullah bin Zubair menjadi target utama. Taktik Abdul Malik cukup jitu. Ia tidak langsung menyerang pusat kekuatan Abdullah bin Zubair yang berada di Mekkah dan Madinah, tapi melumpuhkan dulu Persia (Irak, Iran, Khurasan dan Bukhara) yang menjadi lumbung perekonomian Bani Zubair.
Setelah menjinakkan Persia, maka babak akhir penaklukanpun dilangsungkan. Sebuah pasukan terdiri dari 2000 personil yang dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf diberangkatkan ke Mekkah dari Damaskus.
Terkait pemilihan Hajjaj bin Yusuf ini, Ath-Thabari mengatakan bahwa Hajjaj sendiri yang memintah kepada Abdul Malik. Ia mengatakan pada Abdul Malik bahwa ia bermimpi mengalahkan Abdullah bin Zubair dan mengulitinya. Abdul Malik kemudian berpesan pada Hajjaj bin Yusuf bahwa ia diperbolehkan melakukan apapun yang dianggapnya baik. Atau dengan kata lain, Hajjaj diberikan wewenang penuh atas misi ini.
Hajjaj bin Yusuf lalu berangkat menuju Mekkah, namun ia tidak melalui jalur biasa, melainkan menggunakan jalur ke Irak lalu memutar ke arah Mekkah. Dan pada bulan Sya’ban 72 H, dia tiba di Tha’if.
Pada kesempatan yang sama, sisa kekuatan Abdullah bin Zubair yang semula sudah bersiap menyambut serangan ini di Madinah, harus berkemas dan bergerak menunju Tha’if. Di Thaif perangpun tak dapat dihindarkan. Dalam pertempuran ini, armada yang merupakan kekuatan terakhir Abdulah bin Zubair hancur. Sedang di sisi lain, Hajjaj bin Yusuf juga mengalami kerugian yang besar.
Setelah pertempuran ini, Hajjaj bin Yusuf mengirim laporan kepada Abdul Malik tentang kemenangan dan juga kerugian yang dialaminya. Mendapat laporan ini, Abdul Malik pun mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5000 personil dari Damaskus untuk menggandakan kekuatan Hajjaj bin Yusuf.
Pasukan ini baru tiba pada bulan Zulqaidah atau hanya satu bulan sebelum bulan haji. Mereka langsung bergabung dengan pasukan sebelumnya dan membombardir kota Mekkah dengan ketapel. Menurut beberapa laporan, mereka hanya menghentikan penyerangan hanya pada musim haji, itupun atas permohonan Abdullah bin Umar.
Salama proses haji berlangsung, pasukan Hajjaj bin Yusuf tidak mengenakan ihram dan berkeliling kota Mekkah dengan menghunus pedang. Pada tahun 73 H, akhirnya pasukan Damaskus berhasil membunuh Abdullah bin Zubair. Cucu khalifah Abu Bakar ini ditusuk dengan pedang dan kepalanya dipenggal.
Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abdullah bin Az-Zubair adalah cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kunyahnya, Abdullah bin Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid Al-Asadi. Ibunya Asma’ binti Abu Bakar As-Shiddiq . Ibnu Zubair merupakan keponakan dari istri pertama Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah.
Semua yang terlibat dalam peristiwa tersebut diseret ke pengadilan, atau diperangi sampai binasa. Termasuk di antara mereka yang terbunuh dalam perburuan tersebut adalah tokoh-tokoh kunci seperti Umar bin Sa’ad dan Ubaidillah bin Ziyad. Namun akhirnya gerakan ini berhasil dikalahkan oleh Abdullah bin Zubair, yang akhirnya berkuasa di kawasan Persia dalam waktu yang juga tidak lama.
Marwan bin Hakam
Sayangnya Abdullah bin Az-Zubair hanya puas dengan menerima kedatangan utusan dari beberapa daerah yang sukarela membaiatnya sambil tetap berada di Mekkah.
Para tokoh Bani Umayyah yang ada di Madinah yakni Marwan bin Al-Hakam dan putranya Abdul Malik diusir Ibnu Zubair sehingga membuka ruang konsolidasi bagi Bani Umayyah.
Di Damaskus, setelah beberapa bulan terjadi kekosongan kepemimpinan, Bani Umayyah akhirnya mendaulat Marwan bin Hakam menjadi pemimpin mereka. Dengan pengangkatan ini, Marwan yang sebelumnya bermaksud menyerahkan baiatnya pada Abdullah bin Zubair, mencabut kembali baiatnya dan berbalik melawan Abdullah.
Khalifah Marwan bin Hakam hanya berkuasa kurang dari satu tahun. Dia berhasil merebut wilayah Syam dan Mesir dari tangan pendukung Abdullah bin Zubair. Saat Marwan wafat, digantikan oleh putranya, Abdul Malik.
Di masa Abdul Malik inilah upaya menundukkan Abdullah bin Zubair menjadi target utama. Taktik Abdul Malik cukup jitu. Ia tidak langsung menyerang pusat kekuatan Abdullah bin Zubair yang berada di Mekkah dan Madinah, tapi melumpuhkan dulu Persia (Irak, Iran, Khurasan dan Bukhara) yang menjadi lumbung perekonomian Bani Zubair.
Setelah menjinakkan Persia, maka babak akhir penaklukanpun dilangsungkan. Sebuah pasukan terdiri dari 2000 personil yang dipimpin oleh Hajjaj bin Yusuf diberangkatkan ke Mekkah dari Damaskus.
Terkait pemilihan Hajjaj bin Yusuf ini, Ath-Thabari mengatakan bahwa Hajjaj sendiri yang memintah kepada Abdul Malik. Ia mengatakan pada Abdul Malik bahwa ia bermimpi mengalahkan Abdullah bin Zubair dan mengulitinya. Abdul Malik kemudian berpesan pada Hajjaj bin Yusuf bahwa ia diperbolehkan melakukan apapun yang dianggapnya baik. Atau dengan kata lain, Hajjaj diberikan wewenang penuh atas misi ini.
Hajjaj bin Yusuf lalu berangkat menuju Mekkah, namun ia tidak melalui jalur biasa, melainkan menggunakan jalur ke Irak lalu memutar ke arah Mekkah. Dan pada bulan Sya’ban 72 H, dia tiba di Tha’if.
Pada kesempatan yang sama, sisa kekuatan Abdullah bin Zubair yang semula sudah bersiap menyambut serangan ini di Madinah, harus berkemas dan bergerak menunju Tha’if. Di Thaif perangpun tak dapat dihindarkan. Dalam pertempuran ini, armada yang merupakan kekuatan terakhir Abdulah bin Zubair hancur. Sedang di sisi lain, Hajjaj bin Yusuf juga mengalami kerugian yang besar.
Setelah pertempuran ini, Hajjaj bin Yusuf mengirim laporan kepada Abdul Malik tentang kemenangan dan juga kerugian yang dialaminya. Mendapat laporan ini, Abdul Malik pun mengirimkan pasukan tambahan sebanyak 5000 personil dari Damaskus untuk menggandakan kekuatan Hajjaj bin Yusuf.
Pasukan ini baru tiba pada bulan Zulqaidah atau hanya satu bulan sebelum bulan haji. Mereka langsung bergabung dengan pasukan sebelumnya dan membombardir kota Mekkah dengan ketapel. Menurut beberapa laporan, mereka hanya menghentikan penyerangan hanya pada musim haji, itupun atas permohonan Abdullah bin Umar.
Salama proses haji berlangsung, pasukan Hajjaj bin Yusuf tidak mengenakan ihram dan berkeliling kota Mekkah dengan menghunus pedang. Pada tahun 73 H, akhirnya pasukan Damaskus berhasil membunuh Abdullah bin Zubair. Cucu khalifah Abu Bakar ini ditusuk dengan pedang dan kepalanya dipenggal.
Cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abdullah bin Az-Zubair adalah cucu Abu Bakar Ash-Shiddiq. Kunyahnya, Abdullah bin Az-Zubair bin Al-Awwam bin Khuwailid Al-Asadi. Ibunya Asma’ binti Abu Bakar As-Shiddiq . Ibnu Zubair merupakan keponakan dari istri pertama Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah.