Wasiat Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Mengekang Syahwat

Jum'at, 04 September 2020 - 20:36 WIB
loading...
Wasiat Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Mengekang Syahwat
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani dihormati hingga sekarang oleh para syeikh, ulama dan ahli zuhud berkat ilmu dan kedekatannya kepada Allah. Foto Ilustrasi/Dok NR 2597
A A A
Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani (470–561 H), pemimpin para wali yang dijuluki Sulthanul Auliya kelahiran Persia. Kedalaman ilmunya tak perlu diragukan lagi, beliau adalah ulama besar fiqih dan wali dalam dunia tarekat dan sufisme. Berkat pemahamannya yang sangat bagus dalam ilmu tauhid, kaidah fiqih, sunnah Nabi dan ilmu makrifat, Syeikh Abdul Qadir Jilani dihormati hingga sekarang oleh para syeikh, ulama, dan ahli zuhud.

Banyak kitab yang telah dihasilkan beliau lewat pemikiran dan karamahnya. Salah satunya adalah Kitab "Anwarul Hadi" yang berisi tentang wasiat beliau dalam mengekang syahwat . Wasiat Syeikh Abdul Qadir ini disampaikan oleh KH Muhammad Danial Nafis (Khadim Zawiyah Ar-Raudhah) saat mengisi kajian di Zawiyah Ar-Raudhah, Tebet Barat, Jakarta Selatan. ( )

Dalam Kitab Anwarul Hadi, Al-Imam Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani berwasiat:
"Apabila timbul dalam benakmu suatu keinginan untuk menikah padahal engkau fakir dan miskin, dan kau tidak mampu memenuhi kebutuhan untuk itu, maka hendaknya engkau bersabar . Hendaknya engkau berharap kepada Allah Ta'ala agar dia memudahkan keinginanmu itu. Jika engkau sabar dan dekat dengan Allah Ta'ala, niscaya datang pertolongan Allah kepadamu dalam memecahkan persoalan ini. Ingatlah, keinginan untuk menikah adalah nafsu jasmani, perlu engkau lemahkan dan harus dihadapi dengan sabar.

Pertolongan Allah yang datang mungkin dalam berbagai wujud dan kondisi. Pertolongan itu bisa berupa menghilangkan keinginan di hatimu tentang kawin, atau membuka jalan sehingga engkau mampu memenuhi kebutuhan kawin. Artinya, Dia memberi karunia berupa rezeki, sehingga engkau berkecukupan. Pertolongan dari-Nya bisa datang dari berbagai sebab. Maka hendaknya engkau sabar dan bersyukur dalam menghadapi keinginan tersebut."

( )

Yang dimaksud pernikahan dalam Bab ini bukan sekadar pengertian menikah secara Syar'i saja. Tapi kita juga memandang makna pernikahan dalam perspektif tauhid dan tasawuf yakni ketika Allah meminang dirimu untuk menjadi kekasih-Nya. Tentunya "Pernikahan Agung" ini juga harus diraih dengan sabar dan syukur dalam bermujahadah memerangi hawa nafsu .

Mengekang syahwat juga perlu didorong dengan melanggengkan dzikrullah , karena Ghaflah (kelalaian kepada Allah Ta'ala) adalah bibit segala kemaksiatan, dan lupa kepada Allah dapat mencondongkan hati untuk memanjakan syahwat dan hawa nafsu . Maka kuatkanlah sabar dan syukurmu dengan selalu mengingat Allah Ta'ala.

Mintalah kesabaran dari yang Maha Sabar, dan kesyukuran dari yang Maha Syukur. Jangan batasi kesabaranmu dengan mengatakan bahwa sabar itu ada batasnya. Biarlah pemilik kesabaran, yakni Allah Ta'ala yang melimpahkan dan meluaskan kesabaran itu dalam hatimu menurut pengetahuan dan kebijaksanaan-nya.

Apabila engkau sabar dan bersyukur, maka Allah akan memberi predikat mulia padamu. Karena kesabaranmu dan keridhaanmu atas ketentuan-Nya, maka Alaah akan meningkatkan kesucian dan kekuatan bagimu. Sebab, Allah telah berjanji akan selalu menambah karunia-Nya atas orang-orang yang mau bersyukur. (Baca Juga: 3 Cara Meredam Nafsu Syahwat Menurut Imam Al-Ghazali)

Allah Ta'ala berfiman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ

"Dan (Ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim : 7)

Maka bersabarlah, tantanglah hawa nafsumu dan berpegang teguhlah pada perintah-Nya. Ridhalah atas takdir Yang Maha Kuasa, dan berharaplah akan ridha dan karunia-Nya. Sungguh Allah sendiri telah berfirman :

قُلْ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ فِى هَٰذِهِ ٱلدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌ ۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

"Katakanlah: 'Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertaqwalah kepada Tuhanmu'. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allaah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar : 10)

Itulah hakikat syukur seorang hamba kepada Allah Ta'ala. Syukur tidaklah cukup dengan mengucapkan Alhamdulillaah di lisan saja. Jika kita menghitung nikmat-nikmat yang Allah karuniakan kepada kita niscaya semakin merasa kurang dalam bersyukur kepada-Nya. (Baca Juga: Keturunan Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani Kunjungi Pemkot Semarang)

( )

Wallahu Ta'ala A'lam
(rhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1704 seconds (0.1#10.140)