Kisah Gila Mereka yang Disebut Sebagai Para Penggila Tuhan

Senin, 07 September 2020 - 06:01 WIB
loading...
Kisah Gila Mereka yang Disebut Sebagai Para Penggila Tuhan
Ilustrasi/Ist
A A A
Musyawarah Burung (1184-1187) karya Faridu'd-Din Abu Hamid Muhammad bin Ibrahim atau Attar dalam gaya sajak alegoris ini, melambangkan kehidupan dan ajaran kaum sufi . Judul asli: Mantiqu't-Thair dan diterjemahan Hartojo Andangdjaja dari The Conference of the Birds (C. S. Nott). ( )

===

SEEKOR burung bertanya pada Hudhud , "O kau yang menjadi pemimpin kami, adakah keberanian diperlukan dalam mendekati keagungan Simurgh ? Agaknya bagiku jelas bahwa barang siapa yang mempunyai keberanian terbebas dari banyak ketakutan. Karena kau termasuk yang demikian, maka taburkan mutiara-mutiara kearifan dan ajarkan pada kami rahasia itu." ( )

"Siapa pun yang terpandang layak," jawab Hudhud, "ialah Mahram bagi kerahasiaan ilahiat, dan adalah baik untuk menjadi berani bila kita mengenal kerahasiaan Tuhan. Tetapi bagaimana mungkin bagi yang memiliki kerahasiaan itu memberitahukannya pada yang lain?"

"Dapatkah pengendara unta di gurun menjadi kepercayaan raja? Namun bagi siapa yang digerakkan oleh cinta murni diperlukan juga sedikit keberanian. Siapa yang menempuh jalan mengenal diri sendiri akan tahu kapan harus berani, dan tak membiarkan dirinya mati karena tiada usaha." ( )

Darwis sejati akan berani dan yakin karena harapan sejati yang dihayatinya. Ia yang tanpa takut lantaran cinta akan melihat Al-Malik di mana-mana. Karena itu keberaniannya baik dan terpuji, sebab ia penggila cinta yang berkobar-kobar."

Penggila Tuhan dan Hamba-Hamba Amid
Khorassan ada dalam kemakmuran karena pemerintahan yang bijaksana dan Pangeran Amid. Ia dilayani oleh seratus hamba dari Turki dengan wajah-wajah yang bercahaya bagai bulan purnama, dan tubuh pohon saru yang lampai, kaki bagai perak, dan nafasnya wangi kesturi. ( )

Mereka memakai anting-anting mutiara yang pantulan sinarnya menerangi malam dan membuatnya bagai siang; sorban mereka dari sutra paling halus, dan selingkar lehernya kerah kencana; dada berselubung kain perak, dan ikat pinggang diperkaya dengan batu-batu berharga. Mereka semua naik kuda putih. Barangsiapa melihat salah seorang dari mereka, akan segera terpikat hatinya. ( )

Kebetulan seorang Sufi , berpakaian compang-camping dan bertelanjang kaki, melihat kumpulan orang-orang muda itu di jauhan, lalu bertanya, "Apakah ini barisan malaikat berkuda?"



Kata orang padanya, "Orang-orang muda ini ialah pelayan-pelayan Amid, pangeran di kota ini."

Ketika si penggila Tuhan itu mendengar ini, uap kedunguan pun naik ke kepalanya, dan serunya, "Ya Tuhan, pemilik tenda agung, ajarlah Amid memelihara hamba-hambanya."



Bila kau seperti si majnun ini; kau pun akan memiliki keberaniannya pula; angkatlah dirimu tinggi-tinggi bagai sebatang pohon yang lampai; tetapi bila kau tak berdaun, jangan coba-coba memberanikan diri dan jangan berolok-olok.

Kenekatan para penggila Tuhan itu sesuatu yang baik. Mereka tak dapat mengatakan apakah jalan itu baik atau buruk, mereka hanya tahu bagaimana berbuat.



Seorang Gila yang Suci
Hudhud melanjutkan, "Seorang penggila Tuhan pergi dengan telanjang dan dalam keadaan lapar menyusuri jalan di musim dingin. Tanpa rumah maupun tempat berlindung ia basah kuyup karena hujan dan salju cair. Akhirnya ia sampai ke sebuah reruntuhan istana, dan memutuskan untuk berlindung di sana, tetapi ketika ia masuk ke ambang pintu, sebuah genting jatuh menimpa kepalanya dan meretakkan batok kepalanya, sehingga darah pun mengalir. Ia menengadahkan wajahnya ke langit dan berkata, "Tidakkah lebih baik memukul genderang kerajaan ketimbang menjatuhkan sebuah genting di atas kepalaku?"

Doa Orang Gila
Ada paceklik di Mesir , begitu mencemaskan sehingga di mana-mana orang-orang hampir mati ketika mereka mengemis roti. Kebetulan seorang gila lewat dan melihat betapa banyaknya yang binasa karena kelaparan, maka sembahnya pada Tuhan, "O Tuan yang memiliki segala yang baik di dunia dan dalam agama, karena Tuan tak dapat memberi makan semua orang, maka ciptakanlah lebih sedikit kiranya."



Jika yang memberanikan diri di istana hendak mengatakan sesuatu yang tak pantas, dengan rendah hati ia harus mohon ampun.

Orang Gila yang Lain
Seorang Sufi, penggila Tuhan, diganggu anak-anak yang melemparinya dengan batu. Akhirnya ia pun berlindung di pojok sebuah gedung. Tetapi pada saat itu mulai turun hujan es, dan butir-butir es jatuh dari tingkat atap yang terbuka, menimpa kepala si gila itu.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3414 seconds (0.1#10.140)