Wajibkan Ihsan dalam Semua Urusan yang Dilakukan
loading...
A
A
A
Kita melihat ada sebagian anak-anak yang kalau diserahi tugas asal-asalan . Misalnya disuruh cuci piring, tidak bersih, disuruh menyapu halaman ternyata masih kotor, diserahi amanah dia kadang-kadang suka lalai atau sering lalai.
Ini adalah bentuk-bentuk tidak profesionalnya dia di dalam menangani tugas yang kita serahkan kepadanya. Maka ini perlu dilatih sejak kecil sehingga menjadi satu kebiasaannya. Kalau dia melakukan tugasnya, maka dia lakukan dengan baik, bukan asal-asalan.
Seorang muslim harus bisa menjadi yang terbaik dalam segala bidang yang dia tangani. Karena NabiShallallahu alaihi wa sallam menekankan itu kepada kita. Dalam hadis Beliau:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ihsan dalam semua urusan.” (HR. Muslim)
(Baca juga : Yuk, Ungkapkan Rasa Syukur dengan Tiga Cara ini )
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa seorang muslim profesional dalam hal menyembelih juga, bukan asal-asalan. Dia harus tahu dimana tempat untuk meletakkan pisau itu, bukan di tempat yang salah. Kalau tempat yang salah, tentunya hewan itu tidak akan mati, sementara dia kesakitan dan terluka.
Orang yang mengerti , dia tahu dimana dia letakkan mata pisau itu dan bagaimana cara menyembelihnya. Ada sebagian orang yang menyembelih ayam sampai putus lehernya untuk memastikan hewan itu mati. Sebenarnya tidak harus seperti itu. Sebagian orang yang memang sudah profesional, orang yang sudah terbiasa dan melakukannya dengan baik, cukup dengan sekali goresan saja sudah mati ayam itu. Sebagian orang karena salah tempat meletakkan mata pisau, sampai dia bolak-balik menggoroknya kambing itu tidak mati-mati. Itulah bentuk tidak profesionalnya kita dalam melakukan tugas tersebut.
(Baca juga : Hati-hati Dalam Membelanjakan Harta )
"Maka ini harus kita latih anak-anak kita. Kita bisa melatih mereka dengan menyerahi kepada mereka tugas-tugas tertentu kemudian kita mengevaluasi atau menilai pekerjaannya. Kita katakan misalnya: ini kurang begini, ini kurang begitu, dan seterusnya,"lanjutnya dalam paparan kajiannya tentang 'Mencetak Generasi Rabbani'.
Sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan , termasuk pesantren juga bisa melakukan evaluasi kepada murid-muridnya ketika memberikan tugas-tugas kepada mereka. Coba dinilai bagaimana mereka menangani pekerjaan itu. Supaya itu bisa menjadi satu bahan bagi kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Jadi ini sangat penting. Karena sebagian anak kita lihat apabila melakukan suatu pekerjaan, dia sungguh-sungguh mengerjakannya dengan baik. Disuruh menyapu, hasilnya bersih mengkilap. Tapi ada sebagian anak ketika disuruh menyapu masih berserakan di sana-sini, asal-asalan saja dia kerjakan. Ini bentuk tidak ihsan.
(Baca juga : Sikapi Penusukan Syekh Ali Jaber, Menag Sepakat Ulama Wajib Dilindungi )
Maka ihsan bermakna melakukan segala tugas dan tanggung jawab dengan baik dan dengan penuh perhatian atau dengan cara yang profesional harus kita latih sejak kecil. Kita menganut pepatah yang mungkin kita semua sudah tahu, yaitu “alah bisa karena biasa”. Satu pekerjaan yang biasa kita lakukan, maka kita akan terbiasa untuk melakukannya. Bisa kita lakukan itu dengan baik dan benar.
Pembiasaan tersebut akan membuatnya menjadi pribadi yang teliti dan punya dedikasi yang tinggi di dalam melakukan tugas dan tanggung jawab . Ini merupakan kunci kesuksesan bagi anak ini nantinya. Setiap orang pasti akan puas melihat hasil pekerjaan yang baik, profesional, teratur, detail.
Karena segala sesuatu itu nilainya itu pada detailnya sebenarnya. Dan satu pekerjaan bisa dinilai plus minus nilainya dari detail pekerjaan itu. Misalnya ukiran, ada perbedaan yang mencolok antara ukiran yang dibuat alakadarnya dengan ukiran yang memang dibuat dengan penuh ketelitian, dilakukan dengan profesional. Tentu nilainya berbeda. Maka barang-barang yang handmade (buatan tangan) itu biasanya lebih mahal. Hal itu karena detailnya. Detailnya itu yang membuat suatu barang lebih bernilai mahal dibandingkan barang yang dibuat dengan mesin.
(Baca juga : PSBB Jakarta Jilid II Bikin Kaget, Kadin: Kami Tidak Bisa Dadakan Diberhentikan )
Jadi ini merupakan modal hidup bagi anak-anak kita nantinya kedepan. Kalau mereka ingin sukses baik itu dunia maupun akhirat, maka sifat ini harus kita ajarkan kepada mereka sedari kecil. Profesionalisme itu bukan hanya dalam urusan dunia. Urusan dunia kita bersikap profesional supaya mendapatkan keuntungan duniawi. Tenaga yang profesional tentu gajinya berbeda dengan yang amatiran. Pasti lebih tinggi yang profesional dari pada yang amatiran.
Dalam urusan akhirat juga kita harus melakukan segala tugas dan tanggung jawab akhirnya kita dengan profesional. Dalam semua perkara-perkara agama, ibadah, kalau kita lakukan dengan baik, maka itu akan menjadi baik.
Tabiat seperti ini tidak muncul serta-merta, tidak muncul seketika, tidak muncul dadakan, tidak muncul tiba-tiba. Ini adalah pembiasaan dan pelatihan yang terus-menerus. Ada sebagian orang kita lihat melakukan sesuatu dengan teliti. Karena dari kecil memang seperti itu desainnya. Ada orang yang asal-asalan. Karena dari kecil memang kerjanya asal-asalan. Ini akan terbawa dalam semua urusan nantinya, baik itu urusan dunia maupun akhirat.
(Baca juga : Hotel Bintang Dua dan Bintang Tiga Disiapkan untuk Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 )
Maka kita lihat ada sebagian orang yang urusan akhiratnya, mottonya adalah “yang penting sudah dikerjakan”. Ada sebagian orang yang penting sudah salat. Bagaimana salatnya, itu urusan nomor sekian. Jadi sekali lagi ini sangat penting dan ini menjadi modal yang berharga bagi anak-anak kita nantinya setelah dia beranjak dewasa. Maka jangan sampai telat menanamkan ini kepada anak-anak kita. Mereka harus menjadi orang yang profesional dalam segala urusan yang mereka kerjakan dan dalam segala perkara yang mereka lakukan.
Wallahu A'lam
Ini adalah bentuk-bentuk tidak profesionalnya dia di dalam menangani tugas yang kita serahkan kepadanya. Maka ini perlu dilatih sejak kecil sehingga menjadi satu kebiasaannya. Kalau dia melakukan tugasnya, maka dia lakukan dengan baik, bukan asal-asalan.
Seorang muslim harus bisa menjadi yang terbaik dalam segala bidang yang dia tangani. Karena NabiShallallahu alaihi wa sallam menekankan itu kepada kita. Dalam hadis Beliau:
إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ihsan dalam semua urusan.” (HR. Muslim)
(Baca juga : Yuk, Ungkapkan Rasa Syukur dengan Tiga Cara ini )
Menurut Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary, hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa seorang muslim profesional dalam hal menyembelih juga, bukan asal-asalan. Dia harus tahu dimana tempat untuk meletakkan pisau itu, bukan di tempat yang salah. Kalau tempat yang salah, tentunya hewan itu tidak akan mati, sementara dia kesakitan dan terluka.
Orang yang mengerti , dia tahu dimana dia letakkan mata pisau itu dan bagaimana cara menyembelihnya. Ada sebagian orang yang menyembelih ayam sampai putus lehernya untuk memastikan hewan itu mati. Sebenarnya tidak harus seperti itu. Sebagian orang yang memang sudah profesional, orang yang sudah terbiasa dan melakukannya dengan baik, cukup dengan sekali goresan saja sudah mati ayam itu. Sebagian orang karena salah tempat meletakkan mata pisau, sampai dia bolak-balik menggoroknya kambing itu tidak mati-mati. Itulah bentuk tidak profesionalnya kita dalam melakukan tugas tersebut.
(Baca juga : Hati-hati Dalam Membelanjakan Harta )
"Maka ini harus kita latih anak-anak kita. Kita bisa melatih mereka dengan menyerahi kepada mereka tugas-tugas tertentu kemudian kita mengevaluasi atau menilai pekerjaannya. Kita katakan misalnya: ini kurang begini, ini kurang begitu, dan seterusnya,"lanjutnya dalam paparan kajiannya tentang 'Mencetak Generasi Rabbani'.
Sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan , termasuk pesantren juga bisa melakukan evaluasi kepada murid-muridnya ketika memberikan tugas-tugas kepada mereka. Coba dinilai bagaimana mereka menangani pekerjaan itu. Supaya itu bisa menjadi satu bahan bagi kita untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Jadi ini sangat penting. Karena sebagian anak kita lihat apabila melakukan suatu pekerjaan, dia sungguh-sungguh mengerjakannya dengan baik. Disuruh menyapu, hasilnya bersih mengkilap. Tapi ada sebagian anak ketika disuruh menyapu masih berserakan di sana-sini, asal-asalan saja dia kerjakan. Ini bentuk tidak ihsan.
(Baca juga : Sikapi Penusukan Syekh Ali Jaber, Menag Sepakat Ulama Wajib Dilindungi )
Maka ihsan bermakna melakukan segala tugas dan tanggung jawab dengan baik dan dengan penuh perhatian atau dengan cara yang profesional harus kita latih sejak kecil. Kita menganut pepatah yang mungkin kita semua sudah tahu, yaitu “alah bisa karena biasa”. Satu pekerjaan yang biasa kita lakukan, maka kita akan terbiasa untuk melakukannya. Bisa kita lakukan itu dengan baik dan benar.
Pembiasaan tersebut akan membuatnya menjadi pribadi yang teliti dan punya dedikasi yang tinggi di dalam melakukan tugas dan tanggung jawab . Ini merupakan kunci kesuksesan bagi anak ini nantinya. Setiap orang pasti akan puas melihat hasil pekerjaan yang baik, profesional, teratur, detail.
Karena segala sesuatu itu nilainya itu pada detailnya sebenarnya. Dan satu pekerjaan bisa dinilai plus minus nilainya dari detail pekerjaan itu. Misalnya ukiran, ada perbedaan yang mencolok antara ukiran yang dibuat alakadarnya dengan ukiran yang memang dibuat dengan penuh ketelitian, dilakukan dengan profesional. Tentu nilainya berbeda. Maka barang-barang yang handmade (buatan tangan) itu biasanya lebih mahal. Hal itu karena detailnya. Detailnya itu yang membuat suatu barang lebih bernilai mahal dibandingkan barang yang dibuat dengan mesin.
(Baca juga : PSBB Jakarta Jilid II Bikin Kaget, Kadin: Kami Tidak Bisa Dadakan Diberhentikan )
Jadi ini merupakan modal hidup bagi anak-anak kita nantinya kedepan. Kalau mereka ingin sukses baik itu dunia maupun akhirat, maka sifat ini harus kita ajarkan kepada mereka sedari kecil. Profesionalisme itu bukan hanya dalam urusan dunia. Urusan dunia kita bersikap profesional supaya mendapatkan keuntungan duniawi. Tenaga yang profesional tentu gajinya berbeda dengan yang amatiran. Pasti lebih tinggi yang profesional dari pada yang amatiran.
Dalam urusan akhirat juga kita harus melakukan segala tugas dan tanggung jawab akhirnya kita dengan profesional. Dalam semua perkara-perkara agama, ibadah, kalau kita lakukan dengan baik, maka itu akan menjadi baik.
Tabiat seperti ini tidak muncul serta-merta, tidak muncul seketika, tidak muncul dadakan, tidak muncul tiba-tiba. Ini adalah pembiasaan dan pelatihan yang terus-menerus. Ada sebagian orang kita lihat melakukan sesuatu dengan teliti. Karena dari kecil memang seperti itu desainnya. Ada orang yang asal-asalan. Karena dari kecil memang kerjanya asal-asalan. Ini akan terbawa dalam semua urusan nantinya, baik itu urusan dunia maupun akhirat.
(Baca juga : Hotel Bintang Dua dan Bintang Tiga Disiapkan untuk Isolasi Mandiri Pasien COVID-19 )
Maka kita lihat ada sebagian orang yang urusan akhiratnya, mottonya adalah “yang penting sudah dikerjakan”. Ada sebagian orang yang penting sudah salat. Bagaimana salatnya, itu urusan nomor sekian. Jadi sekali lagi ini sangat penting dan ini menjadi modal yang berharga bagi anak-anak kita nantinya setelah dia beranjak dewasa. Maka jangan sampai telat menanamkan ini kepada anak-anak kita. Mereka harus menjadi orang yang profesional dalam segala urusan yang mereka kerjakan dan dalam segala perkara yang mereka lakukan.
Wallahu A'lam
(wid)