Allah dan Malaikat Bershalawat Kepada Orang-Orang yang Sahur

Sabtu, 02 April 2022 - 23:35 WIB
loading...
Allah dan Malaikat Bershalawat Kepada Orang-Orang yang Sahur
Bagi orang yang bersahur, dianjurkan atau disunahkan untuk mengakhirkannya. Ilustrasi/SINDONews
A A A
SALAH satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam bulan Ramadhan adalah sahur. Rasul memerintahkan umat Islam untuk bersahur karena di dalamnya ada keberkahan.

Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya, Fiqih Shiyam, Puasa Menurut Alquran dan As-Sunnah, menjelaskan, sahur ialah memakan sesuatu pada waktu malam sebelum Subuh, yakni setelah tengah malam sampai fajar.

Begitu pentingnya bersahur, Rasul SAW pernah menekankan kepada orang-orang yang hendak berpuasa agar melakukan sahur meskipun hanya dengan seteguk air atau sebutir kurma.

السَّحُوْرُ أَكْلُهُ بَرَمَةٌ فَلاَ تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جَرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ

“Sahur, makannya adalah berkah. Maka, janganlah kalian tinggalkan, walaupun hanya dengan seteguk air. Sesungguhnya, Allah dan Malaikat-Nya ber-shalawat kepada orang-orang yang sahur.” (HR Ahmad)

Maknanya: “Janganlah kalian meninggalkannya, sehingga walaupun tidak memungkinkan seorang dari kalian kecuali hanya meminum sedikit air (saja) dengan tujuan sahur, maka minumlah dengannya.”

Dua Imam, yaitu Imam Ibnu Hibban dan Imam ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.

"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur."

Imam Ibnu Hibban memberikan bab untuk hadis ini dengan judul: “Ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Permohonan Ampun Para Malaikat Bagi Orang-Orang yang Makan Sahur.”

Dalam hadis ini ada sebuah pelajaran yang sangat jelas, yaitu bahwa Rasulullah SAW sangat gigih membuat umatnya gembira dengan shalawat Allah SWT kepada mereka dan permohonan ampun bagi mereka dari para Malaikat dengan sebab makan sahur.

Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al-Banna memberikan komentar bagi hadis ini dengan ungkapan: “Shalawat Allah kepada mereka adalah kasih sayang-Nya kepada mereka, sedangkan shalawat para Malaikat kepada mereka adalah permohonan ampun untuk mereka, maka siapa saja yang tidak sahur, ia terhalang dari rahmat Allah Azza wa Jalla dan dari permohonan ampun para Malaikat untuk mereka pada waktu tersebut.”

Ya Allah, janganlah engkau menjadikan kami orang-orang yang terhalang dari kasih sayang-Mu dan orang-orang yang terhalang dari permohonan ampun para Malaikat untuk kami. Kabulkanlah wahai Rabb Yang Mahamendengarkan do’a.

Lebih Utama
Ijma’ ulama menetapkan bahwa orang yang hendak berpuasa disunnahkan makan sahur. Namun jika ternyata ia tidak sahur, maka tidak berdosa.

Dan para ulama juga menyepakati bahwa berpuasa dengan makan sahur lebih utama dari berpuasa tanpa makan sahur.
Karena ia merupakan pembeda puasa seorang Muslim dengan puasa ahli kitab.

Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda,

فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحور

“Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim no 2545).

Selain itu, yang lebih penting lagi, bahwa pada makan sahur terdapat kebarakahan.

Rasulullah shallallaahu ‘alayhi wa sallam berkata;

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُحُوْرِ بَرَكَةً

“Sahurlah kalian,karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat keberkahan.” (HR. al-Bukhari, 1923 dan Muslim, 1095).

Hal yang pasti, di balik perintah sahur tersebut terdapat rahasia keutamaannya. DR Akram Ridha dalam bukunya, Buyutana fi Ramadhan, menyebutkan, sedikitnya ada dua rahasia dalam sahur.

Pertama, orang yang sahur akan menjadi kuat fisiknya dan tetap bersemangat dalam beraktivitas selama seharian.

Kedua, dengan bangun sahur berarti seseorang memiliki kesempatan untuk melaksanakan qiyamul lail (salat Tahajud), memperbanyak istighfar, berdoa, tadarus Alquran, dan mendirikan salat Subuh berjamaah.

Bagi orang yang bersahur, dianjurkan atau disunahkan untuk mengakhirkannya. Hal ini bertujuan untuk mengurangi waktu lapar pada siang hari. Zaid bin Tsabit berkata, “Kami bersahur bersama Nabi, kemudian kami mendirikan salat.”

Lantas Anas bertanya kepada Rasul SAW, “Berapa jarak waktu antara keduanya (sahur dan salat Subuh)?” Ia menjawab, “Kira-kira selama membaca 50 ayat Alquran.” (HR Hakim). “Makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS al-Baqarah [2]: 187). Wallahu a'lam ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1277 seconds (0.1#10.140)