Penulis Klasik Hakim Jami' dalam Jalan Sufi Idries Shah

Rabu, 07 Oktober 2020 - 15:47 WIB
loading...
A A A
PENYAIR DAN TABIB

Seorang penyair mengunjungi tabib. Ia berkata, "Aku mengalami berbagai gejala mengerikan. Aku tidak bahagia dan tidak nyaman, rambut, tangan dan kakiku seolah disiksa."

Tabib menjawab, "Apakah benar bahwa engkau belum mengeluarkan komposisi puisimu yang terbaru?"

"Benar," jawab penyair.

"Bagus sekali," jawab si tabib, "Bawakanlah dengan bagus!"

Ia melakukannya, dan atas perintah tabib, ia bersyair baris demi baris berulang-ulang.

Kemudian tabib mengatakan, "Berdirilah, karena engkau sekarang sudah sembuh. Apa yang engkau rasakan dalam tubuhmu adalah pengaruh dari fisikmu. Sekarang sudah bebas, engkau sehat lagi."

PENGEMIS

Seorang pengemis menuju sebuah pintu, menanyakan sesuatu yang dapat diberikan kepadanya. Si pemilik (pintu) menjawab:

"Maaf, tidak ada seorang pun di dalam."

"Aku tidak menginginkan siapa pun," jawab pengemis, "Aku ingin makanan."

KEMUNAFIKAN

Tercatat dalam Tradisi dari Guru bahwa suatu ketika Jami' berkata, ketika ditanya tentang kemunafikan dan kejujuran:

"Apa hebatnya kejujuran dan apa anehnya kemunafikan!"

"Aku berkelana ke Mekkah dan ke Baghdad, dan aku membuat percobaan tentang perilaku manusia. Ketika aku meminta mereka untuk jujur, mereka selalu memperlakukanku dengan hormat, karena mereka berpikir bahwa orang baik selalu berkata demikian, dan mereka telah belajar bahwa mereka harus bermimik sedih pada saat orang berbicara kejujuran. Ketika aku meminta mereka menghindari kemunafikan, mereka semua setuju.

Tetapi mereka tidak tahu ketika aku berkata 'kebenaran', aku tahu kalau mereka tidak tahu apa kebenaran itu, dan kemudian mereka atau aku menjadi munafik.

Mereka pun tidak tahu bahwa ketika aku mengatakan agar tidak munafik, mereka menjadi munafik karena tidak menanyakan caranya. Mereka tidak tahu pula kalau aku menjadi munafik, ketika mengatakan 'jangan munafik', sebab kata-kata tidak menyampaikan pesan dengan sendirinya.

Mereka menghargaiku, ketika aku berlagak munafik. Mereka sudah diajari untuk bertingkah demikian. Mereka menghormati diri sendiri sementara mereka berpikir secara munafik; karena merupakan kemunafikan berpikir, bahwa seseorang secara sederhana bertambah baik dengan berpikir bahwa menjadi munafik itu jelek.

Intinya, Jalan yang membawa ke (derajat) atas adalah: mempraktekkan dan memahami untuk tidak dapat (menjadi) munafik, di mana terdapat kejujuran dan tidak ada sesuatu yang menjadi tujuan manusia."

HARGA DIRI
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2744 seconds (0.1#10.140)