Tahun Musibah: Habil Terbunuh, Qabil Kawin Lari Dengan Iqlima

Rabu, 06 Mei 2020 - 15:15 WIB
loading...
A A A
Ketika itu Qabil berkata: “’Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini; lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?’ Karena itu, jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.” (QS Al-Maa’idah:32).

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa Qabil tidak menyesal karena telah membunuh, tetapi dia menyesal karena membawa mayatnya, harus dibawa ke mana mayat saudaranya itu.

Menurut sebuah riwayat, Qabil membawa-bawa mayat itu selama setahun dan dia tidak tahu harus dibagaimanakan mayat saudaranya itu.

Pengarang kitab Mir’at az-Zaman mengatakan bahwa para ahli nujum mengatakan bintang berekor belum pernah muncul di dunia kecuali ketika terbunuhnya Habil, Ibrahim al-Khalil dilemparkan ke dalam api, hancurnya kaum ‘Ad, dan tenggelamnya Fir’aun.

Dan semenjak itu belum pernah muncul lagi kecuali ketika muncul kejadian seperti menyebarnya wabah penyakit atau terbunuhnya seorang raja. Bintang tersebut pernah muncul di awal perkembangan Islam, ketika Perang Badar Kubra, ketika terbunuhnya Utsman bin Affan, terbunuhnya Ali bin Abi Thalib. Demikianlah menurut penelitian. Wallahu a’lam.

Ats-Tsa’labi mengatakan, setelah Habil terbunuh, bumi berguncang. Itulah guncangan yang pertama kali terjadi di muka bumi. Di waktu itu, bumi berguncang sebanyak 7 kali hingga tujuh hari sejak terbunuhnya Habil.

Pada saat itu, terjadi gerhana matahari. Itulah gerhana matahari pertama yang terjadi di dunia. Ats-Tsa’labi menambahkan, setelah Habil terbunuh, dalam beberapa jenis pohon tumbuh duri; rasa buah-buahan berubah, dan rasa air ada yang menjadi asin.

Ketika itu, Adam berada di tanah Hindi (India). Dia tidak mengetahui anak tercintanya (Habil) terbunuh.

Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, setelah Qabil membunuh saudaranya, Habil, di Gunung Qasiyun, bumi menelan darahnya. Kemudian Allah bertanya kepada Qabil, “Di mana saudaramu?”

Qabil menjawab, “Saya tidak tahu.”

Maka, Allah berfirman kepadanya, “Sesungguhnya darah saudaramu mengatakan dari bumi bahwa engkau telah membunuhnya.”

Qabil bertanya, “Wahai Tuhanku, di mana darahnya?”

Maka, sejak saat itu Allah mengharamkan bumi untuk menyerap semua jenis darah.

Ketika Adam merasakan kesumpekan dalam dadanya, dia pergi ke tanah tersebut untuk mengetahui apa yang telah terjadi di sana. Setelah sampai ke tempat anak-anaknya, dia tahu bahwa anaknya, Habil, telah terbunuh.

Selanjutnya, Qabil mengambil domba-domba Habil dan menikah dengan Iqlima. Ketika Adam datang kepadanya, dia kabur. Kemudian dia pindah ke tempat lain karena takut kepada bapaknya.

Ibnu ‘Abbas ra mengatakan, setelah Adam merasa yakin anaknya telah terbunuh, dia menangis. Begitu juga Hawa. Ketika telah mengetahui kejadian itu, dia berteriak. Dan tahun itu menjadi tahun musibah bagi anak-anak mereka. Adam meratapi anaknya dengan syair berikut:

Negeri dan orang yang ada di atasnya telah berubah,
sebab permukaan bumi berdebu dan jelek.
Semua yang berasa dan berwarna berubah,
dan keceriaan wajah yang manis berkurang.
Bagaimana aku tidak meratapi darah yang tertumpah,
sementara mata tidak bisa tidur dan terluka.
Qabil telah membunuh Habil, saudaranya.
Oh, betapa malangnya wajah yang tampan.

Inilah syair yang pertama kali digubah di muka bumi. Para pakar sejarah sepakat akan kebenaran syair tersebut dari Adam as, kecuali Syaikh Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi. Menurutnya, Adam tidak pernah melantunkan syair. Salah satu bukti yang menguatkannya adalah bahwa Adam itu termasuk orang yang menggunakan bahasa Suryani.
Seandainya benar syair tersebut berasal dari Adam, maka sebetulnya bait-bait syair tersebut adalah kalimat-kalimat Suryani, dan kemudian diarabkan menjadi bait-bait syair. ( )
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1310 seconds (0.1#10.140)