Instruksi dan Tradisi Chisytiyah: Misteri Kaum Sufi?

Rabu, 14 Oktober 2020 - 07:55 WIB
loading...
Instruksi dan Tradisi Chisytiyah: Misteri Kaum Sufi?
Ilustrasi/Ist
A A A
Khwaja ('Guru') Abu Ishaq Chisyti, 'orang Syria', lahir di awal abad kesepuluh. Pengikut-pengikutnya berkembang dan berasal dari Garis para Guru, yang kemudian dikenal menjadi Naqsyabandiyah ('Orang-orang Bertujuan'). ( )

Idries Shah
dalam bukunya berjudul The Way of the Sufi menjelaskan komunitas Chisytiyah ini, berawal di Chisyt, Khurasan, khususnya menggunakan musik dalam latihan-latihan mereka. Kaum darwis pengelana dari tarekat ini, dikenal sebagai Chist atau Chisht. Mereka akan memasuki sebuah kota dan meramaikan suasana dengan seruling dan genderang, untuk mengumpulkan orang-orang sebelum menceritakan dongeng atau legenda, sebuah permulaan yang penting. ( )

Setelah giliranku, misalnya, orang akan terus menggunakan bagian-bagian dari apa yang sudah biasa dianggap sebagai alat berhubungan dengan kebenaran, menggunakannya seperti mantera atau jimat, untuk membuka gerbang. Mereka akan bermain dan mendengar musik, merenungkan tokoh tertulis, berkumpul bersama, sederhana karena sudah melihat hal-hal ini berlangsung.

Tetapi seninya ada di dalam penyatuan unsur yang benar, yang membantu manusia menjadi layak atas hubungannya dengan Kebenaran sejati, bukan peniruan yang tak berarti.

Ingatlah selalu bahwa ilmu (ilm) untuk mempengaruhi jembatan antara sisi luar dan sisi dalam, jarang sekali dan diturunkan hanya kepada sedikit orang. Tidak dapat dihindari, akan banyak sekali orang lebih suka meyakinkan diri sendiri yang pada kenyataannya kurang berpengalaman, daripada menemukan pemberi intisarinya. (Hadrat Mu'inuddin Chisyti)

Baca juga: Jalan Sufi: Berikut Salah Satu Materi Tarekat Chrisytiyah

MISTERI KAUM SUFI

Nyanyian Urdu ini dinyanyikan oleh pengikut pemimpin Chisyti di abad kesembilanbelas, Sayid Mir Abdullah Shah, yang bermukim di Delhi. Maksudnya adalah menunjukkan bahwa Sufi dikenal melalui sesuatu yang mereka bagi, sesuatu yang tidak dapat digambarkan melalui nama, ritual atau tanda-tanda kebesaran; kendati semuanya sesuai dengan kesatuan batiniah manusia yang misterius.

Aku melihat manusia bebas duduk di tanah
Di bibirnya sebatang ilalang,
jubahnya robek, tangannya letih.
Dapatkah yang satu ini menjadi Pilihan Agung?
Ya, Temanku, itulah Dia!
Syeikh Sa'di Baba, Sultan Arif Khan, Syah Waliyullah al-Amir
Tiga gelombang dari satu lautan.
Tiga raja dalam jubah pengemis.
Dapatkah mereka menjadi 'Pilihan Tertinggi?
Ya, Wahai Temanku, semuanya adalah Dia!
Semuanya Dia, Semuanya Dia, Semuanya Dia!
Muslim, Hindu, Kristen, Yahudi dan Sikh.
Bersaudara dalam perasaan tersembunyi -
namun siapa yang tahu bagian dalamnya? ...
Wahai Sahabat dari Gua!
Mengapa kapak, mangkuk-mengemis?
Mengapa kulit domba, tanduk dan topi?
Mengapa batu di atas pengikat pinggang?
Lihat: ketika dalam darahmu mengalir anggur
Semua adalah Dia, Temanku, adalah Dia!
Semuanya Dia, Temanku, adalah Dia!
Apakah engkau pergi ke puncak gunung?
Apakah engkau duduk di suatu tempat?
Mencarinya ketika Sang Guru tiba,
Mencari permata di dalam tambang!
Semuanya Dia, temanku, sahabat, Semuanya Dia!
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2334 seconds (0.1#10.140)