Tuntunan Hadis dalam Meraih Keberkahan Makanan

Selasa, 27 Oktober 2020 - 07:20 WIB
loading...
Tuntunan Hadis dalam Meraih Keberkahan Makanan
Makanan yang berkah dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila masuk dalam tubuh seseorang akan menjadi kekuatan baginya untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Foto ilustrasi/ist
A A A
Aktivitas pagi yang biasa dilakukan kaum perempuan terutama kalangan ibu adalah menyajikan makanan untuk keluarganya. Mereka sibuk belanja di tukang sayur, kemudian memasaknya untuk keluarga tercinta. Atau ketika hari-hari senggang, biasanya aktivitas memasak bersama menjadi kegiatan yang menyenangkan dalam keluarga. Dengan berlimpah ruah makanan yang disajikan, semua anggota keluarga pun akan senang.

Namun, muslimah terkadang makanan yang kita siapkan atau kita sajikan tidak semua termakan, sehingga ada yang tersisa atau menjadi basi yang akhirnya kita buang. Atau ketika makanan berlebihan , akhirnya dibiarkan mubazir begitu saja.

(Baca juga : Berdoa Keburukan untuk Orang yang Menzalimi )

Nah, muslimah agar makanan yang kita makan ini mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa ta'ala, ada tuntutan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melalui hadisnya yang hendaknya kita contoh.

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda:

إِذا وَقَعَتْ لُقمَةُ أَحدِكُمْ، فَليَأْخُذْهَا فَلْيُمِطْ مَا كَانَ بِهَا مِنْ أذىً وليَأْكُلْهَا، وَلاَ يدَعْها للشَّيطَانِ، وَلا يمسَحْ يَدهُ بِالمِنْدِيلِ حتَّى يَلعقَ أَصَابِعَهُ، فإِنه لاَ يَدرِي في أَيِّ طعامِهِ البركةُ

“Apabila ada sepotong makanan kalian yang jatuh, maka ambillah potongan makanan yang jatuh itu kemudian bersihkan dan makanlah. Dan janganlah orang itu membiarkan makanan tersebut untuk setan. Dan jangan dia mengeringkan tangannya dengan sapu tangan (tisu atau serbet) hingga dia menjilati jari jemarinya. Karena sesungguhnya dia tidak mengetahui pada bagian manakah dari makan dia itu yang disana terdapat berkah.” (HR. Muslim)

(Baca juga : Inilah Hukum Menamai Anak dengan Nama-nama Malaikat )

Hadis ini, menurut Ustadz Mubarak Bamualim, memberikan penjelaskan kepada kita tentang tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam yang mengajarkan untuk pandai mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga betul-betul kita manfaatkan rezeki yang diberikan oleh Allah ‘Azza wa Jalla kepada kita. "Jangan kita remehkan, jangan kita bersikap tabdzir (boros), terkadang ada orang yang makanannya jatuh baru sebentar atau jatuh di tempat yang tidak ada kotorannya sama sekali, itu langsung dibuang. Padahal Islam melarang kita tabdzir,"ungkapnya dalam kajian pagi di jaringan Rodja.

(Baca juga : Sikap-sikap Manusia yang Membuat Harta Menjadi Tercela )

Oleh karena itu, bila kita mempunyai makanan yang cukup, manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kalau misalnya seseorang tidak mau memakan makanan itu, sedekahkan kepada orang lain. Karena masih banyak orang-orang yang kurang makanannya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan dalam hadis ini supaya tidak menjadi orang yang mubadzir. Karena:

إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ

“Bahwa orang-orang yang tabdzir itu adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al-Isra: 27)

(Baca juga : Rocky Gerung soal Habib Rizieq: Dia Sudah Pemimpin, Faktanya Punya Pengikut )

Ini adalah adab yang pertama yang diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa sallam dalam hadis ini. Yaitu makanan yang terjatuh diambil, dibersihkan, dimakan. Kalau tidak ada kotoran, maka bisa langsung dimakan, tidak ada masalah.

Mengapa kita mengambil makanan yang terjatuh itu kemudian kita bersihkan lalu kita makan? Kata beliau:

،وَلاَ يدَعْها للشَّيطَانِ

“Dan jangan dia biarkan makanan itu untuk setan.”

(Baca juga : Nih Pilihan Investasi yang Tepat Bagi Kantong Mahasiswa )

Ini menunjukkan bahwa setan ketika ada makanan jatuh dan dibiarkan maka akan dimakan oleh setan. Setan tidak bisa mengambil makanan atau ikut serta dalam makanan kita kalau kita membaca Bismillah.

وَلا يمسَحْ يَدهُ بِالمِنْدِيلِ حتَّى يَلعقَ أَصَابِعَهُ

“Dan jangan dia membersihkan tangannya dengan sapu tangan atau dengan tisu, hingga dia menjilati jari jemarinya yang digunakan untuk makan itu (tangan kanannya).”

(Baca juga : Truk Patah As di Exit Tol Jagorawi, Polisi Alihkan Arus Lalu Lintas )

Apa alasannya? Yaitu karena dia tidak mengetahui pada bagian makanan manakah terdapat keberkahan. Jadi kita menghabiskan makanan itu untuk mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanan yang berkah dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila masuk dalam tubuh seseorang akan menjadi kekuatan baginya untuk ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebaliknya, makanan yang tidak ada berkahnya atau makanan dari hasil yang haram, ini akan menjadikan seorang yang makan itu ada kekuatan tetapi untuk maksiat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(Baca juga : Libur Panjang, Jabar Gelar Swab-Rapid Test Acak di Objek Wisata-Hiburan Malam )

Makanya Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala dan ulama-ulama yang lainnya menyebutkan tentang pengaruh makanan yang halal terhadap tubuh manusia berkaitan dengan amal perbuatan manusia. Jika seseorang makan dari makanan yang halal kemudian dia menyebut nama Allah ketika memakannya, maka makanan-makanan itu akan menjadi kekuatan baginya dan dia terdorong untuk melaksanakan amal-amal kebaikan, amal-amal shalih.

Sebaliknya, seorang yang makan dari makanan yang haram kemudian ada kekuatan dalam dirinya, namun makan yang haram ini mendorong dia untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

(Baca juga : Penyintas Covid-19 Kesulitan Tidur )

Allah perintahkan kepada para Nabi dan kaum mukminin untuk makan yang baik dan halal, jangan sampai memakan makanan yang haram. Orang-orang yang makan riba, itu juga berpengaruh dalam dirinya, pengaruh pada tubuhnya dan perbuatan-perbuatannya. Semakin banyak seseorang memakan riba, dia semakin kuat untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Na’udzubillahi min dzalik.

Wallahu A'lam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1491 seconds (0.1#10.140)