Anak Mulai Berbohong? Awas Sinyal Bahaya!

Senin, 09 November 2020 - 11:30 WIB
loading...
A A A
“Bohong itu membawa manusia kepada kefajiran (kejahatan/keburukan), dan keburukan itu menghantarkan manusia ke neraka.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Jadi kita jelaskan bahwa akibat buruk dari kebohongan itu adalah keburukan, dan itu menghantar manusia kepada neraka.

Alasan Mengapa Anak Berbohong

Berikut ini ada beberapa alasan mengapa anak-anak berbohong :

1. Contoh yang salah dari orang tua

Anak-anak adalah peniru yang sangat baik. Mereka meniru segala hal yang dilakukan oleh orang tua atau orang-orang dewasa di sekitarnya, termasuk berbohong.

(Baca juga : Sah! Erick Thohir Bentuk Holding Aviasi dan Wisata )

Disadari atau tidak, orang tua seringkali memberikan contoh yang salah dalam perilaku berbohong ini, sehingga anak-anak menirunya di kemudian hari. Contoh kecil, saat seorang ibu ingin mengalihkan perhatian anakknya atau menghentikan tangis anaknya, ibu itu berkata, “Eh, lihat itu ada cicak!” atau “Eh, lihat ada pesawat terbang!”. Padahal sesungguhnya tidak ada cicak atau pesawat terbang disana.

Contoh lagi, saat ada tamu atau telpon, sedangkan ibu atau ayah sedang menghindari orang yang bertamu atau telpon tersebut, ibu akan mengatakan, “Bilang saja ibu nggak ada di rumah…”. Padahal ibu jelas-jelas ada di rumah.

Orang tua ada role model utama bagi anak-anak kita. Karena kitalah yang paling sering berada di dekat mereka. Jadi kita harus berhati-hati tentang masalah berbohong ini. Jika kita sering berbohong, maka jangan salahkan anak bila kelak mereka ikut berbohong. Namun, bila kita membiasakan anak untuk jujur sejak kecil, maka insyaallah anak-anak pun akan menjadi anak yang jujur dan mudah untuk diarahkan.

(Baca juga : Masyumi Reborn Bisa Besar jika Tawarkan Gagasan Istimewa dan Tokohnya Beri Teladan )

2. Anak jarang diberi pujian

Sering kali kita terburu-buru mengecap anak kita berbohong, mencurigainya, mengkritiknya, padahal anak berkata jujur. Dan kita akan langsung memberikan label “pembohong” ketika anak pernah sekali berbohong pada kita. Sehingga pada akhirnya, anak pun mengambil kesimpulan bahwa “bohong atau jujur sama saja, ibu akan tetap bilang aku ini pembohong”.

Dan kita juga lebih sering mengeluarkan kalimat-kalimat negatif pada anak, alih-alih memberinya semangat dan dorongan untuk selalu berbuat baik. Kita lebih sering mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan anak, mengecilkan hati anak, memberikan julukan yang negatif, dan lain sebagainya sebagai bentuk dari “kekerasan verbal” terhadap seorang anak.

.Anak-anak yang terlalu sering mendapatkan kritikan dari orang tuanya, akhirnya menjadi haus pujian. Mereka akan melakukan segala cara untuk membuat orang tuanya mau memujinya. Salah satunya adalah berbohong. Dengan berbohong, mereka beranggapan bahwa mereka bisa menyelamatkan diri dari “omelan ibu” dan akan mendapatkan “pujian ibu”.

(Baca juga : 1.568 Pedagang Pasar Tradisional Terpapar COVID-19, IKAPPI Minta Pemerintah Beri Perhatian )

3. Bentuk pengalihan perhatian

Anak-anak yang masih kecil biasanya cenderung “tidak sengaja” berbohong. Dalam artian, mereka belum bisa memprediksi sebab-akibat. Jika kita menganggap jelas bahwa anak bermain bola dan memecahkan vas adalah suatu kesalahan, maka anak-anak tidak bisa berpikir demikian. Mereka hanya berpikir, “Aku main bola, dan aku ngga mecahin vas ibu. Bola yang mecahin vas ibu”. Dan itulah yang akan mereka katakan.

Anak-anak juga berbohong dengan menyalahkan orang lain atau hal lain untuk menyelamatkan diri dari hukuman. Contohnya, mereka menyalahkan kucing untuk pot bunga yang pecah saat mereka bermain di halaman, atau membuat alasan “kue ini buat kucing” saat ia kedapatan mengambil kue tanpa izin, dan lain sebagainya.

4. Ingin diterima oleh lingkungan dan teman-temannya
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1749 seconds (0.1#10.140)