Kisah Sufi: Empat Syaikh Calon Hakim dan Noda Darah Sufi

Selasa, 17 November 2020 - 06:49 WIB
loading...
Kisah Sufi: Empat Syaikh Calon Hakim dan Noda Darah Sufi
Ilustrasi/Ist
A A A
Kisah-kisah berikut dinukil dari Idries Shah dalam bukunya yang berjudul The Way of the Sufi dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha dengan judul "Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma'rifat". ( )EMPAT SYAIKH DAN KHALIFAH

KHALIFAH Manshur memutuskan untuk mengangkat salah satu dari empat Syaikh Sufi Agung , menjadi Hakim Agung di Kerajaan. Mereka dipanggil ke Istana -- Abu Hanifah , Sufyan ats-Tsauri , Misar dan Syuraih -- tetapi di jalanan mereka sudah membuat rencana.

Abu Hanifah, salah seorang dari Empat Doktor Utama Ilmu Hukum, sebagaimana dia sekarang disebut, berkata: "Aku akan lari dari kedudukan tersebut dengan pengelakan. Misar akan berpura-pura gila. Sufyan akan melarikan diri; dan aku perhitungkan bahwa Syuraih yang akan menjadi Hakim."



Sufyan segera pergi dan menghilang, melarikan diri menjadi terhukum karena tidak setia. Tiga orang yang lainnya masuk dan mendatangi Khalifah.

Pertama, Manshur berkata pada Abu Hanifah, "Engkau akan menjadi Hakim."

Abu Hanifah menjawab, "Wahai Pemimpin Ummat, aku tidak bisa, aku bukan orang Arab; oleh karena itu aku tidak mungkin diterima oleh orang-orang Arab."

Khalifah berkata, "Ini tidak berkaitan dengan darah. Kita perlu pelajaran, dan engkau guru paling dihormati saat ini."

Abu Hanifah bersikeras, "Jika kata-kataku benar, aku tidak dapat menjadi Hakim. Dan jika mereka salah, aku tidak pantas untuk kedudukan itu, dan karena itu aku tidak memenuhi syarat."

Maka Abu Hanifah menjelaskan maksudnya, dan dibebaskan.

Misar, calon kedua yang merasa segan, mendekati Pemimpin Ummat dan menyentuh tangannya, menangis:

"Apakah engkau baik-baik, engkau dan si kecil dan ternakmu?"

"Bawa dia," teriak Khalifah, "Karena jelas ia gila."

Hanya tinggal Syuraih, dan mengaku sakit. Tetapi Manshur menyuruhnya menjalani pengobatan, dan menjadikannya Hakim.



MASALAH KEHORMATAN

Seorang Sufi pengembara, ditemukan di padang pasir, dibawa ke tenda kepala suku Badui yang liar.

"Kau mata-mata musuh kami, dan karena itu kami akan membunuhmu," ujar kepala suku.

"Aku tidak bersalah," jawab Sufi.

"Kau lihat pedang ini?" tanya Sufi, menggambar pedang. "Sebelum kau dapat mendekatiku, akan kubunuh salah satu dari orang-orangmu di sini. Jika kulakukan; kau akan memiliki hak yang sah untuk membalas kematiannya. Sementara melakukan itu, aku akan menyelamatkan kehormatanmu, yang saat ini dalam bahaya karena ternoda oleh darah seorang Sufi." ( )
(mhy)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2290 seconds (0.1#10.140)