Haedar Nashir: Lawan Corona Sebagai Panggilan Dakwah dan Tajdid
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyatakan Muhammadiyah telah membuktikan amaliah nyata berkiprah tak kenal lelah dan nirpamrih untuk bangsa dan kemanusiaan semesta dengan spirit Islam berkemajuan yang rahmatan lil-'alamin.
“Jangan menganggap apa yang dikerjakan Muhammadiyah itu bersifat praktis belaka. Semuanya lahir dari jiwa tauhid, iman takwa, ihsan, ilmu, dan amal saleh. Sering sebagian keliru memandang amaliah Muhammadiyah seolah berdimensi duniawi semata tanpa kaitan ukhrawi,” ujar Haedar pada Kamis (16/4).
Haedah mengatakan kalau ada orang yang hanya menghargai usaha lawan corona dengan spiritualitas langit semata, pandangan tersebut parsial dan berkacamata hitam-putih yang sempit.
Amalan Muhammadiyah itu memiliki pertautan antara ranah Ilahiah (habluminallah) dan insaniyah (habluminannas) secara kohesif. Muhammadiyah memahami dan mengamalkan Islam yang berdimensi langit sekaligus bumi dengan pandangan bayani, burhani, dan irfani yang utuh dan tawasuth.
“Muhammadiyah berterima kasih bila dihargai pihak lain, tetapi kalau tidak diapresiasi pun tetap beramal kebajikan yang memberi maslahat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Percayalah, Allah sesuai janji-Nya akan memberi kehidupan dan pahala terbaik bagi siapapun orang beriman yang beramal shaleh (QS An-Nahl: 97),” jelas Haedar.
Kinerja MCCC
Haedar mengatakan hal itu terkait evaluasi terhadap kiprah Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Haedar mengapresiasi kerja MCCC selama ini. Kiprah MCCC, menurut dia, didukung kinerja, data, dan sistem teknologi informasi yang bagus dengan dukungan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) yang menyangga.
"Kami sampaikan apresiasi tinggi untuk para pengurus, penggerak, dan petugas di lapangan termasuk para pimpinan rumah sakit, tenaga kesehatan, dan para relawan Muhammadiyah dari berbagai komponen yang berkhidmat tinggi mengemban tugas mulia Persyarikatan,” ujarnya.
Sejak 2 Maret 2020 PP Muhammadiyah memulai gerak menghadapi pandemi Covid-19 secara masif dan tersistem. Kemudian dibentuk MCCC yang melibatkan semua elemen. Pimpinan Pusat Aisyiyah pun bergerak seirama. Lazismu yang memobilisasi ZIS menyangga bersama. PWM-PWA sampai PRM-PRA didukung semua unsur serentak mengambil langkah nyata. Semuanya melangkah seirama dari pusat sampai wilayah, daerah, cabang, dan ranting secara bersama.
Langkah Muhammadiyah ini mendapat apresiasi, hingga dr Corona Rintawan yang semula menjadi Ketua MCCC ditarik ke BNPB Pusat mewakili Muhammadiyah dan posisinya digantikan Ketua MPKU, Agus Samsuddin.
Hingga 14 April 2020, total ada 65 RSMA yang dijadikan tempat rujukan corona. Jumlah tersebut tersebar di 9 provinsi. Dan sudah terbentuk MCCC di 23 provinsi di Indonesia dari Aceh hingga Papua Barat.
Muhammadiyah juga tengah mempersiapkan RS Darurat Covid-19 yang bertempat di rusunawa RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sebelum dialihkan fungsi sebagai rumah sakit darurat Covid-19, rusunawa tersebut dulunya merupakan ruang istirahat para dokter dan tenaga kesehatan yang bekerja di RS Muhammadiyah Gombong, Jawa Tengah.
“Insya Allah 1 bulan lagi sudah dapat difungsikan,” jelasnya. Rumah sakit darurat ini nantinya mampu menampung dan merawat 100 pasien Covid-19. Dengan didesain bersama para ahli di bidang standar fasilitas rumah sakit Covid-19, rumah sakit darurat ini menyediakan beberapa ruangan. Mulai dari ruang Intensive Care Unit (ICU), ruang perawatan, laboratorium, hingga ruang lainnya yang berkaitan dengan perawatan maupun diagnose.
Haedar berharap semua elemen untuk tetap menjaga kadar kemampuan dan proyeksi program kesehatan dan langkah MPKU ke depan agar semuanya berkeseimbangan.
Selain itu, ‘Aisyiyah dan semua komponen persyarikatan pun dari pusat sampai di bawah bergerak bersinergi menghadapi musibah besar ini dengan program-program nyata melawan Corona sebagai panggilan dakwah dan tajdid.
Begitu juga dengan peran PCIM-PCIA luar negeri seperti Malaysia, Taiwan, Mesir, AS, Jerman, Saudi, dll, juga bergerak secara nyata dan bersinergi. “Lebih khusus Aisyiyah berkiprah dalam program sosial-ekonomi mengantisipasi dampak wabah Corona di akar-rumput,” jelas Haedar.
Rahmatan Lil-Alamin
Muhammadiyah dengan pandangan keislamannya yang kokoh serta dalam semangat dakwah dan tajdid, gencar membela para tenaga kesehatan yang luar biasa berkhidmat dengan bertaruh nyawa, empati terhadap korban positif dan meninggal. Ormas ini juga terus mengedukasi warga yang masih berpandangan negatif terhadap pasien sehingga menolak pemakaman jenazah terkait Corona. ( Baca juga: Membaca Sikap Al-Azhar, Haedar: Selamat Jalan Syahidah Nuria )
“Semua gerak Muhammadiyah yang melibatkan segenap komponen secara bersinergi itu membuktikan kiprah kemanusiaan yang melintasi dan insklusif sebagaimana diajarkan KH Ahmad Dahlan tentang Al-Ma'un maupun misi risalah dakwah Nabi Muhammad untuk menebar rahtaman lil-'alamin,” ucap Haedar.
Terakhir, Haedar berpesan agar semuanya tetap ikhlas, semangat, gembira, optimis, atur ritme, dan jaga kesehatan. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah berterimakasih kepada semuanya, semoga Allah SWT memberi perlindungan dan pahala-Nya yg terbaik,” tutup Haedar.
“Jangan menganggap apa yang dikerjakan Muhammadiyah itu bersifat praktis belaka. Semuanya lahir dari jiwa tauhid, iman takwa, ihsan, ilmu, dan amal saleh. Sering sebagian keliru memandang amaliah Muhammadiyah seolah berdimensi duniawi semata tanpa kaitan ukhrawi,” ujar Haedar pada Kamis (16/4).
Haedah mengatakan kalau ada orang yang hanya menghargai usaha lawan corona dengan spiritualitas langit semata, pandangan tersebut parsial dan berkacamata hitam-putih yang sempit.
Amalan Muhammadiyah itu memiliki pertautan antara ranah Ilahiah (habluminallah) dan insaniyah (habluminannas) secara kohesif. Muhammadiyah memahami dan mengamalkan Islam yang berdimensi langit sekaligus bumi dengan pandangan bayani, burhani, dan irfani yang utuh dan tawasuth.
“Muhammadiyah berterima kasih bila dihargai pihak lain, tetapi kalau tidak diapresiasi pun tetap beramal kebajikan yang memberi maslahat bagi kehidupan manusia dan lingkungannya. Percayalah, Allah sesuai janji-Nya akan memberi kehidupan dan pahala terbaik bagi siapapun orang beriman yang beramal shaleh (QS An-Nahl: 97),” jelas Haedar.
Kinerja MCCC
Haedar mengatakan hal itu terkait evaluasi terhadap kiprah Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Haedar mengapresiasi kerja MCCC selama ini. Kiprah MCCC, menurut dia, didukung kinerja, data, dan sistem teknologi informasi yang bagus dengan dukungan Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM) yang menyangga.
"Kami sampaikan apresiasi tinggi untuk para pengurus, penggerak, dan petugas di lapangan termasuk para pimpinan rumah sakit, tenaga kesehatan, dan para relawan Muhammadiyah dari berbagai komponen yang berkhidmat tinggi mengemban tugas mulia Persyarikatan,” ujarnya.
Sejak 2 Maret 2020 PP Muhammadiyah memulai gerak menghadapi pandemi Covid-19 secara masif dan tersistem. Kemudian dibentuk MCCC yang melibatkan semua elemen. Pimpinan Pusat Aisyiyah pun bergerak seirama. Lazismu yang memobilisasi ZIS menyangga bersama. PWM-PWA sampai PRM-PRA didukung semua unsur serentak mengambil langkah nyata. Semuanya melangkah seirama dari pusat sampai wilayah, daerah, cabang, dan ranting secara bersama.
Langkah Muhammadiyah ini mendapat apresiasi, hingga dr Corona Rintawan yang semula menjadi Ketua MCCC ditarik ke BNPB Pusat mewakili Muhammadiyah dan posisinya digantikan Ketua MPKU, Agus Samsuddin.
Hingga 14 April 2020, total ada 65 RSMA yang dijadikan tempat rujukan corona. Jumlah tersebut tersebar di 9 provinsi. Dan sudah terbentuk MCCC di 23 provinsi di Indonesia dari Aceh hingga Papua Barat.
Muhammadiyah juga tengah mempersiapkan RS Darurat Covid-19 yang bertempat di rusunawa RS PKU Muhammadiyah Gombong. Sebelum dialihkan fungsi sebagai rumah sakit darurat Covid-19, rusunawa tersebut dulunya merupakan ruang istirahat para dokter dan tenaga kesehatan yang bekerja di RS Muhammadiyah Gombong, Jawa Tengah.
“Insya Allah 1 bulan lagi sudah dapat difungsikan,” jelasnya. Rumah sakit darurat ini nantinya mampu menampung dan merawat 100 pasien Covid-19. Dengan didesain bersama para ahli di bidang standar fasilitas rumah sakit Covid-19, rumah sakit darurat ini menyediakan beberapa ruangan. Mulai dari ruang Intensive Care Unit (ICU), ruang perawatan, laboratorium, hingga ruang lainnya yang berkaitan dengan perawatan maupun diagnose.
Haedar berharap semua elemen untuk tetap menjaga kadar kemampuan dan proyeksi program kesehatan dan langkah MPKU ke depan agar semuanya berkeseimbangan.
Selain itu, ‘Aisyiyah dan semua komponen persyarikatan pun dari pusat sampai di bawah bergerak bersinergi menghadapi musibah besar ini dengan program-program nyata melawan Corona sebagai panggilan dakwah dan tajdid.
Begitu juga dengan peran PCIM-PCIA luar negeri seperti Malaysia, Taiwan, Mesir, AS, Jerman, Saudi, dll, juga bergerak secara nyata dan bersinergi. “Lebih khusus Aisyiyah berkiprah dalam program sosial-ekonomi mengantisipasi dampak wabah Corona di akar-rumput,” jelas Haedar.
Rahmatan Lil-Alamin
Muhammadiyah dengan pandangan keislamannya yang kokoh serta dalam semangat dakwah dan tajdid, gencar membela para tenaga kesehatan yang luar biasa berkhidmat dengan bertaruh nyawa, empati terhadap korban positif dan meninggal. Ormas ini juga terus mengedukasi warga yang masih berpandangan negatif terhadap pasien sehingga menolak pemakaman jenazah terkait Corona. ( Baca juga: Membaca Sikap Al-Azhar, Haedar: Selamat Jalan Syahidah Nuria )
“Semua gerak Muhammadiyah yang melibatkan segenap komponen secara bersinergi itu membuktikan kiprah kemanusiaan yang melintasi dan insklusif sebagaimana diajarkan KH Ahmad Dahlan tentang Al-Ma'un maupun misi risalah dakwah Nabi Muhammad untuk menebar rahtaman lil-'alamin,” ucap Haedar.
Terakhir, Haedar berpesan agar semuanya tetap ikhlas, semangat, gembira, optimis, atur ritme, dan jaga kesehatan. “Pimpinan Pusat Muhammadiyah berterimakasih kepada semuanya, semoga Allah SWT memberi perlindungan dan pahala-Nya yg terbaik,” tutup Haedar.
(mhy)