Membaca Sikap Al-Azhar, Haedar: Selamat Jalan Syahidah Nuria
loading...
A
A
A
Tak cuma di Indonesia. Di Mesir, sejumlah orang juga menolak jenazah pasien covid-19. Selain itu, kita juga menyaksikan datangnya wabah ini diiringi munculnya sikap sesama manusia yang mengolok dan menolak para korban.
Ini pula yang mendorong Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengggerakkan jemarinya menyusun kata dalam sebuah puisi berjudul "Selamat Jalan Syahidah Nuria".
Sekadar mengingatkan saja, Nuria Kurniasih (38 tahun), perawat di RSUP dr Kariadi Semarang telah gugur pada 9 April 2020, karena terjangkit Covid-19. Sejumlah orang menolak pemakaman perawat yang syahid ini.
Puisi Haedar ini viral di media sosial sampai hari ini, Selasa (14/4/2020). Berikut puisi tersebut:
Selamat Jalan Syahidah Nuria
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Tapi wahai perawat teladan, engkau pejuang Corona di garda depan, saudaramu sebangsa mendoakan.
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Tapi wahai perawat teladan, dikubur manapun bercahaya terang, engkau syahidah menuju surga idaman.
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Kami sadar gotong royong masih ucapan, maafkan mereka yang belum paham, bagaimana Nabi mengajarkan ihsan.
Selamat jalan Syahidah Nuria, engkau tinggalkan jejak bermakna.
Kami getir hadapi Corona yang membuana, lebih getir bila elite dan warga bangsa hilang empat dan jiwa utama.
Sebelumnya, Haedar menyayangkan penolakan jenazah pasien Covid-19, terlebih almarhumah merupakan tenaga medis yang gugur selepas merawat pasien Covid-19. Ia menegaskan, mereka semua saudara kita yang wajib diperlakukan dengan penuh penghormatan.
"Mereka berhak dimakamkan di mana pun di negerinya sendiri. Bumi ini di mana pun merupakan milik Allah SWT untuk kepentingan bersama umat manusia," katanya.
Sikap Al-Azhar
Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi di Mesir. Itu pula yang mendorong Grand Syaikh Azhar, Syaikh Ahmad Tayyib, menyatakan keprihatinannya. Pada Ahad malam kemarin (12/4/2020), Syaikh Ahmad Tayyib mengungkapkan kesedihannya dengan peristiwa yang terjadi atas penolakan jenazah para korban virus corona.
Ahmad Tayyib mengatakan bahwa tindakan tersebut diharamkan secara syariat dan juga merupakan kejahatan moral dan kemanusiaan. “Sungguh itu adalah hal yang diharamkan secara syariat dan kejahatan moral dan kemanusiaan” tandas Syeikhul Azhar ini.
Sudah sepatutnya sesama manusia saling membantu dan mendoakan, dan memuliakan jenazah orang yang telah meninggal. Dalam Islam termasuk memuliakan jenazah adalah mensegerakan penguburannya, dan mendoakannya, dalam keadaan seperti sekarang tentu harus sesuai prosedur ilmu kesehatan.
Ia juga mengingatkan bahwa para korban virus corona baik yang positif ataupun yang telah meninggal juga keluarga mereka adalah termasuk bagian dari kita, yang sudah seharusnya kita bantu dan jaga hak-hak mereka baik hak secara syariat ataupun hak-hak sosial dan kemasyarakatannya.
Tidak Berakhlak
Sebelum itu, Dr. Syauqi Allam, selaku Mufti Agung Mesir, sebagaimana dipublikasikan di situs Dar Al Ifta` Al Mishriyyah 11 April lalu menegaskan, sikap merisak korban dan menolak jenazah adalah sikap tidak berakhlak dan jauh dari syariat.
”Bahwasannya termasuk indikasi penghormatan terhadap manusia setelah ruh keluar dari jasadnya mempersegerakan untuk memandikan dan mensalatkannya serta menyertai jenazahnya lalu memakamkannya. Dan inilah yang disepakati oleh umat Islam sejak masa Rasulullah sampai hari ini,” katanya.
Menurutnya, dilarang menggunakan cara-cara pengacau- seperti menolak pemakaman para syuhada-- virus corona, yang tidak memiliki hubungan pada agama kita, tidak juga dengan etika, tidak juga dengan akhlak kita sama sekali.
Ini pula yang mendorong Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengggerakkan jemarinya menyusun kata dalam sebuah puisi berjudul "Selamat Jalan Syahidah Nuria".
Sekadar mengingatkan saja, Nuria Kurniasih (38 tahun), perawat di RSUP dr Kariadi Semarang telah gugur pada 9 April 2020, karena terjangkit Covid-19. Sejumlah orang menolak pemakaman perawat yang syahid ini.
Puisi Haedar ini viral di media sosial sampai hari ini, Selasa (14/4/2020). Berikut puisi tersebut:
Selamat Jalan Syahidah Nuria
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Tapi wahai perawat teladan, engkau pejuang Corona di garda depan, saudaramu sebangsa mendoakan.
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Tapi wahai perawat teladan, dikubur manapun bercahaya terang, engkau syahidah menuju surga idaman.
Engkau ditolak warga dimakamkan di tanah Tuhan.
Kami sadar gotong royong masih ucapan, maafkan mereka yang belum paham, bagaimana Nabi mengajarkan ihsan.
Selamat jalan Syahidah Nuria, engkau tinggalkan jejak bermakna.
Kami getir hadapi Corona yang membuana, lebih getir bila elite dan warga bangsa hilang empat dan jiwa utama.
Sebelumnya, Haedar menyayangkan penolakan jenazah pasien Covid-19, terlebih almarhumah merupakan tenaga medis yang gugur selepas merawat pasien Covid-19. Ia menegaskan, mereka semua saudara kita yang wajib diperlakukan dengan penuh penghormatan.
"Mereka berhak dimakamkan di mana pun di negerinya sendiri. Bumi ini di mana pun merupakan milik Allah SWT untuk kepentingan bersama umat manusia," katanya.
Sikap Al-Azhar
Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi di Mesir. Itu pula yang mendorong Grand Syaikh Azhar, Syaikh Ahmad Tayyib, menyatakan keprihatinannya. Pada Ahad malam kemarin (12/4/2020), Syaikh Ahmad Tayyib mengungkapkan kesedihannya dengan peristiwa yang terjadi atas penolakan jenazah para korban virus corona.
Ahmad Tayyib mengatakan bahwa tindakan tersebut diharamkan secara syariat dan juga merupakan kejahatan moral dan kemanusiaan. “Sungguh itu adalah hal yang diharamkan secara syariat dan kejahatan moral dan kemanusiaan” tandas Syeikhul Azhar ini.
Sudah sepatutnya sesama manusia saling membantu dan mendoakan, dan memuliakan jenazah orang yang telah meninggal. Dalam Islam termasuk memuliakan jenazah adalah mensegerakan penguburannya, dan mendoakannya, dalam keadaan seperti sekarang tentu harus sesuai prosedur ilmu kesehatan.
Ia juga mengingatkan bahwa para korban virus corona baik yang positif ataupun yang telah meninggal juga keluarga mereka adalah termasuk bagian dari kita, yang sudah seharusnya kita bantu dan jaga hak-hak mereka baik hak secara syariat ataupun hak-hak sosial dan kemasyarakatannya.
Tidak Berakhlak
Sebelum itu, Dr. Syauqi Allam, selaku Mufti Agung Mesir, sebagaimana dipublikasikan di situs Dar Al Ifta` Al Mishriyyah 11 April lalu menegaskan, sikap merisak korban dan menolak jenazah adalah sikap tidak berakhlak dan jauh dari syariat.
”Bahwasannya termasuk indikasi penghormatan terhadap manusia setelah ruh keluar dari jasadnya mempersegerakan untuk memandikan dan mensalatkannya serta menyertai jenazahnya lalu memakamkannya. Dan inilah yang disepakati oleh umat Islam sejak masa Rasulullah sampai hari ini,” katanya.
Menurutnya, dilarang menggunakan cara-cara pengacau- seperti menolak pemakaman para syuhada-- virus corona, yang tidak memiliki hubungan pada agama kita, tidak juga dengan etika, tidak juga dengan akhlak kita sama sekali.
(mith)