Canda Ala Sufi: Keledai Akhirat
loading...
A
A
A
SUATU hari, Nashruddin berjalan di pekuburan. Tiba-tiba, kakinya terperosok dan jatuh ke sebuah liang lahat tua. Tatkala berada di dalam, terlintas dalam benaknya untuk mencoba kalau-kalau dia dapat melihat rupa malaikat Munkar dan Nakir , yang katanya akan mendatangi orang yang berada dalam kubur. (
)
Tak lama kemudian, terdengar gemerincing keras suara lonceng, mendekat ke arah kuburan di mana Nashruddin berada. Dia mengira kiamat telah tiba.
Dengan terburu-buru, dia keluar dari kuburan itu; hendak melarikan diri. Namun, keledai-keledai yang menjadi penyebab suara ribut dan bising itu sudah mendekat padanya.
Melihat Nashruddin yang setengah telanjang dan berjalan tergopoh-gopoh, keledai-keledai itu ketakutan dan lari tunggang-langgang, sehingga satu sama lain saling bertubrukan. Akibatnya, semua barang bawaan berharga di punggung mereka jatuh berserakan dan rusak. ( )
Pemilik keledai-keledai itu pun kaget. Mereka terheran-heran melihat keadaan dan tingkah laku Nashruddin. Lantas mereka bertanya, "Hai, siapa kamu dan sedang apa di sini?"
Nashruddin menjawab, "Aku penduduk akhirat, kedatanganku ke sini adalah untuk melihat-lihat dunia...."
Mereka berkata, "Berhenti! Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu bagaimana caranya berdarmawisata."
Mereka lalu menghajar Nashruddin hingga kepalanya memar dan wajah serta bagian tubuh lainnya berdarah. Setelah itu, mereka meninggalkannya dalam keadaan pingsan. ( )
Tengah malam, Nashruddin siuman. Dengan sempoyongan, dia pulang ke rumah. Istrinya kaget begitu membuka pintu dan melihatnya.
Dia lalu bertanya kepada Nashruddin, "Apa yang terjadi padamu? Dari manakah engkau malam-malam begini?"
Nashruddin menjawab, "Aku jatuh terperosok ke dalam kuburan dan aku berkumpul dengan orang-orang yang sudah mati."
Istrinya kembali bertanya, "Lalu, apa yang kau lihat di sana?"
Nashruddin menjawab, "Di akhirat tidak ada apa-apa, kalau saja keledai-keledai itu tidak lari ketakutan." (
)
==
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
Tak lama kemudian, terdengar gemerincing keras suara lonceng, mendekat ke arah kuburan di mana Nashruddin berada. Dia mengira kiamat telah tiba.
Dengan terburu-buru, dia keluar dari kuburan itu; hendak melarikan diri. Namun, keledai-keledai yang menjadi penyebab suara ribut dan bising itu sudah mendekat padanya.
Melihat Nashruddin yang setengah telanjang dan berjalan tergopoh-gopoh, keledai-keledai itu ketakutan dan lari tunggang-langgang, sehingga satu sama lain saling bertubrukan. Akibatnya, semua barang bawaan berharga di punggung mereka jatuh berserakan dan rusak. ( )
Pemilik keledai-keledai itu pun kaget. Mereka terheran-heran melihat keadaan dan tingkah laku Nashruddin. Lantas mereka bertanya, "Hai, siapa kamu dan sedang apa di sini?"
Nashruddin menjawab, "Aku penduduk akhirat, kedatanganku ke sini adalah untuk melihat-lihat dunia...."
Mereka berkata, "Berhenti! Kalau begitu, aku akan tunjukkan padamu bagaimana caranya berdarmawisata."
Mereka lalu menghajar Nashruddin hingga kepalanya memar dan wajah serta bagian tubuh lainnya berdarah. Setelah itu, mereka meninggalkannya dalam keadaan pingsan. ( )
Tengah malam, Nashruddin siuman. Dengan sempoyongan, dia pulang ke rumah. Istrinya kaget begitu membuka pintu dan melihatnya.
Dia lalu bertanya kepada Nashruddin, "Apa yang terjadi padamu? Dari manakah engkau malam-malam begini?"
Nashruddin menjawab, "Aku jatuh terperosok ke dalam kuburan dan aku berkumpul dengan orang-orang yang sudah mati."
Istrinya kembali bertanya, "Lalu, apa yang kau lihat di sana?"
Nashruddin menjawab, "Di akhirat tidak ada apa-apa, kalau saja keledai-keledai itu tidak lari ketakutan." (
Baca Juga
==
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
(mhy)