Pertahankan Warisan Seni Dakwah lewat Musik Karawitan

Selasa, 12 Mei 2020 - 11:13 WIB
loading...
Pertahankan Warisan Seni Dakwah lewat Musik Karawitan
Santri yang menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Al Ikhlas Mulyorejo Panceng, Gresik, Jawa Timur, diajarkan menekuni seni tradisi karawitan untuk mempertahankan kebudayaan lokal. Foto/Istimewa
A A A
Suara tabuhan kendang, gending gamelan, bonang, serta gong melengkapi deru suara angin yang berembus kencang pada sebuah malam. Bunyi rancak dari alat musik itu melengkapi suara debur ombak pantai di pesisir utara Gresik yang terkenal gahar.

Pada saat yang sama suara beberapa santri melengking mendendangkan tangga nada slendro dan pelok, seolah mengajak pendengarnya melepaskan rindu, sekaligus mengantarkan ingatan menerobos ruang-ruang kehidupan di Nusantara tempo dulu yang penuh dengan kemerduan. Mengingatkan kenangan akan syiar agama di jalur pantai utara (Pantura).

Musik karawitan sebagai kebudayaan masyarakat kini masih dijaga sekelompok anak muda yang menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes). Salah satunya santri di Ponpes Al Ikhlas Mulyorejo Panceng Gresik. Melalui seni karawitan yang menjadi salah satu kegiatan ekstra, para santri di ponpes ini tetap setia di jalur kebudayaan untuk belajar kehidupan. Melestarikan tradisi yang tak lekang oleh zaman. Ini sekaligus menjadi penanda bahwa seni tradisional tak pernah bisa dilipat oleh kemajuan teknologi.

Di bawah naungan KH Alfin Sonhaji, Pesantren Al Ikhlas tampil menjadi pesantren yang tidak hanya menjadi tempat menimba ilmu agama belaka, melainkan juga mengajak para santri agar mendekatkan diri hingga muncul rasa cinta terhadap warisan tradisi Nusantara. (Baca: Hubungan Akrab Nabi Sulaiman dengan Malaikat Izrail)

"Ide kegiatan seni tradisi karawitan ini salah satunya tercetus melalui keresahan saya melihat generasi muda yang mengambil jarak dengan tradisi dan kebudayaan silam,” kata Kiai Alfin, Selasa (5/5/2020).

Itu adalah bagian dari ikhtiar untuk merangsang kreativitas dan melatih kepekaan batin santri melalui seni karawitan. Kebudayaan bisa menjadi bekal bagi para santri untuk melihat kehidupan. “Sebab, kepekaan itu bisa dilatih melalui suara dan irama musik, khususnya musik etnik," ucapnya.

Pemangku Pesantren Al Ikhlas yang juga Ketua PC Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama Gresik ini menjelaskan, seni musik apa pun termasuk musik tradisional karawitan memiliki fungsi vital dalam menumbuhkembangkan aspek kognitif dan afektif. Kedua aspek ini diyakini sangat penting untuk diinternalisasikan kepada para santri. Itu akan menjadi bekal yang kuat sebelum santri terjun ke masyarakat.

"Saya pun menyukai musik, kalau dengar musik rasa-rasanya ingin loncat dan melepas suara. Nah, dari itu, saya kira selera musik itu penting dimiliki. Bahkan belakangan saya tahu jika musik itu memengaruhi kecerdasan spiritual dan emosional seseorang," jelasnya. (Baca juga: Ini Salah Satu Kemaksiatan Hati yang Berbahaya)

Dari tangan dingin Kiai Alfin, pesantren Al Ikhlas Mulyorejo bertransformasi menjadi salah satu pesantren milenial di Kabupaten Gresik. Pesantren ini pun kini memiliki unit pendidikan formal, yakni SMP dan SMK. Generasi muda pun tak hanya bersekolah, mereka juga berbudaya dan berkesenian di sana.

"Alhamdulillah, semua ikhtiar di pesantren ini saya anggap masih berproses, belum sedikit pun saya anggap ini sebagai hasil. Semua hasil saya pasrahkan kepada Gusti Allah saja, niatnya satu dan bulat. Para alumni santri insya Allah mendapatkan manfaat dari segala proses yang ditempuh," ungkapnya.

Lebih jauh, pesantren yang berjarak lebih kurang satu kilometer dari Wisata Pantai Pasir Putih Dalegan ini kerap dijadikan rujukan bagi organisasi sosial menggelar berbagai kegiatan dan pelatihan.

Pesantren Al Ikhlas memang dilengkapi gedung serbaguna bahkan asrama khusus tamu, menjadikan pesantren ini semakin diminati pegiat dari berbagai organisasi sosial masyarakat di Jawa Timur. (Aan Haryono)
(ysw)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1289 seconds (0.1#10.140)