Ada Keutamaan Bila Menutupi Aib Orang Lain
loading...
A
A
A
Fenomena media sosial (medsos) saat ini, sudah sangat mengkhawatirkan . Banyak kita temukan, hal-hal di luar batas kewajaran dalam penggunaannya. Misalnya saja medsos kerap dijadikan alat untuk membicarakan keburukan orang lain dan menyebarkan kabar yang mengandung aib seseorang , bahkan yang mereka tidak kenal. Diviralkan, akhirnya menyebar luas tak terkendali.
(Baca juga : Perawatan Islami agar Tetap Terlihat Awet Muda )
Medsos juga menjadi alat saling menggunjing, saling hujat dan caci maki . Orang-orang yang melakukannya seperti tidak mengenal dosa, mereka dengan bangga menyebar keburukan tersebut dan dengan mudah menghakimi orang lain menggunakan kata-kata yang tak pantas. Melihat hanya sisi buruk orang tersebut dan menutup mata kebaikannya.
(Baca juga : Syarat dan Adab Berzikir yang Sering Terlewatkan )
Dalam Islam, perilaku membuka dan menyebarkan aib orang lain merupakan suatu perkara yang buruk, bahkan bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Allah Ta'ala telah memperingatkannya dalam Al-Qur'an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat : 12)
(Baca juga: Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan )
Kenapa 'aib' begitu antusias dibicarakan orang? Secara istilah, aib merupakan sesuatu yang ada pada diri seseorang yang sifatnya buruk atau tidak menyenangkan. Karena itu, aib adalah suatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain. Sebab hal itu sangat memalukan.
Setiap orang memiliki aibnya masing-masing, untuk itulah Allah memerintahkan untuk menutupi aib diri sendiri dan sesama muslim, seperti tertera pada Surah Al Hujurat tersebut.
(Baca juga : Pesta Gay di Brussels Digerebek, 25 Pria Termasuk Politisi Hongaria Diciduk )
Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna, dimana setiap alur kehidupannya Allah sudah tentukan dengan jalannya masing-masing. Terkadang manusia melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan, seperti membuka aibnya sendiri yang sebelumnya telah ditutupi oleh Allah yang Maha baik.
(Baca juga : Nasehat Syaikh Al-Utsaimin Tentang Pakaian Muslimah )
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhari Muslim)
Ibnu Abdil Barr ketika menjelaskan hadis ini dan sejenisnya, menjelaskan : "Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu juga ia wajib menutupi aib orang lain."
Jadi, seorang muslim dan muslimah wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Dia tak boleh menyebarkan aib tersebut kepada siapapun, termasuk kepada suami atau keluarganya sendiri. Sebuah hadis menceritakan, kisah seorang perempuan yang menemui Aisyah radhiyallahu'anha dan menceritakan sebuah aib yang ia alaminya.
(Baca juga : FPI Tegaskan Tak Terlibat Pengepungan Rumah Orang Tua Mahfud MD )
Dari Maryam binti Thariq meriwayatkan bahwa seorang perempuan menemui Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha. "Wahai Aisyah," kata perempuan itu, "ketika aku sedang pergi haji menuju Baitullah, laki-laki yang menyewakan kendaraan untuk jamaah haji itu sengaja menyentuh betisku…"
Belum selesai kalimat itu, Aisyah langsung menghentikannya, "Sudah, cukup". Aisyah kemudian berpaling dan menyuruh perempuan tersebut keluar. Setelah itu, Ummul Mukminin juga keluar dan mengumpulkan para perempuan mukminah lantas menasehati mereka semua:
(Baca juga : Perawatan Islami agar Tetap Terlihat Awet Muda )
Medsos juga menjadi alat saling menggunjing, saling hujat dan caci maki . Orang-orang yang melakukannya seperti tidak mengenal dosa, mereka dengan bangga menyebar keburukan tersebut dan dengan mudah menghakimi orang lain menggunakan kata-kata yang tak pantas. Melihat hanya sisi buruk orang tersebut dan menutup mata kebaikannya.
(Baca juga : Syarat dan Adab Berzikir yang Sering Terlewatkan )
Dalam Islam, perilaku membuka dan menyebarkan aib orang lain merupakan suatu perkara yang buruk, bahkan bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Allah Ta'ala telah memperingatkannya dalam Al-Qur'an:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mengintip atau mencari-cari kesalahan dan aib orang lain; dan janganlah kamu mengumpat sebagian yang lain. Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS Al-Hujurat : 12)
(Baca juga: Berakhlak yang Baik Menjadi Pemberat Timbangan )
Kenapa 'aib' begitu antusias dibicarakan orang? Secara istilah, aib merupakan sesuatu yang ada pada diri seseorang yang sifatnya buruk atau tidak menyenangkan. Karena itu, aib adalah suatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain. Sebab hal itu sangat memalukan.
Setiap orang memiliki aibnya masing-masing, untuk itulah Allah memerintahkan untuk menutupi aib diri sendiri dan sesama muslim, seperti tertera pada Surah Al Hujurat tersebut.
(Baca juga : Pesta Gay di Brussels Digerebek, 25 Pria Termasuk Politisi Hongaria Diciduk )
Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna, dimana setiap alur kehidupannya Allah sudah tentukan dengan jalannya masing-masing. Terkadang manusia melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan, seperti membuka aibnya sendiri yang sebelumnya telah ditutupi oleh Allah yang Maha baik.
(Baca juga : Nasehat Syaikh Al-Utsaimin Tentang Pakaian Muslimah )
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu – padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya." (HR Bukhari Muslim)
Ibnu Abdil Barr ketika menjelaskan hadis ini dan sejenisnya, menjelaskan : "Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu juga ia wajib menutupi aib orang lain."
Jadi, seorang muslim dan muslimah wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Dia tak boleh menyebarkan aib tersebut kepada siapapun, termasuk kepada suami atau keluarganya sendiri. Sebuah hadis menceritakan, kisah seorang perempuan yang menemui Aisyah radhiyallahu'anha dan menceritakan sebuah aib yang ia alaminya.
(Baca juga : FPI Tegaskan Tak Terlibat Pengepungan Rumah Orang Tua Mahfud MD )
Dari Maryam binti Thariq meriwayatkan bahwa seorang perempuan menemui Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha. "Wahai Aisyah," kata perempuan itu, "ketika aku sedang pergi haji menuju Baitullah, laki-laki yang menyewakan kendaraan untuk jamaah haji itu sengaja menyentuh betisku…"
Belum selesai kalimat itu, Aisyah langsung menghentikannya, "Sudah, cukup". Aisyah kemudian berpaling dan menyuruh perempuan tersebut keluar. Setelah itu, Ummul Mukminin juga keluar dan mengumpulkan para perempuan mukminah lantas menasehati mereka semua: