Kikir dan Bakhil, Kemaksiatan Hati yang Merusak Kehidupan

Selasa, 12 Mei 2020 - 15:41 WIB
loading...
A A A
Perbuatan bakhir dan kikir amatlah tercela. Dan itu juga merugikan diri sendiri.

Pertama, bakhil mengakibatkan pelakunya terjerumus ke dalam berbagai perbuatan dosa.
Seseorang yang terkena penyakit bakhil akan menjauh dari berbagai perbuatan baik. Entah perbuatan baik yang kaitannya dengan Allah Ta’ala atau sesama manusia. Sebaliknya ia akan selalu mendekati perbuatan jelek dan menyibukkan diri dengannya. Nabi SAW telah mewanti-wanti pada kita bahwa kebakhilan akan membawa kita pada berbagai perbuatan dosa dan kehinaan. Beliau bersabda :

إِيَّاكُمْ وَالشُّحَّ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالشُّحِّ أَمَرَهُمْ بِالْبُخْلِ فَبَخَلُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْقَطِيعَةِ فَقَطَعُوا وَأَمَرَهُمْ بِالْفُجُورِ فَفَجَرُوا

“Hendaklah kalian jauhi sifat bakhil, maka sesungguhnya telah celaka orang-orang sebelum kalian dengan kebakhilan: memerintahkan kepada mereka dengan kebakhilan kemudian mereka bakhil, dan memerintahkan kepada merela untuk memutus silaturrahmi kemudian mereka putus, dan memerintahkan kepada mereka dengan perbuatan dosa kemudian ia melakukannya.” [ HR. Abu Daud ]

Dalam sebuah riwayat dari Abi Hayyaj al asadi beliau berkata: “suatu hari aku berthawaf di baitullah. Kemudian aku melihat seseorang berdo’a: Allahumma qinii syukha nafsi [ya Allah jagalah diriku dari kebakhilan] tidak menambah dari itu. Aku katakan kepadanya, kenapa? Kemudian ia berkata: sesungguhnya jika diriku terjaga dari kekikiran: tidak akan mencuri, berzina, dan perbuatan dosa lainnya. Dan ternyata seseorang tersebut adalah Abdurrahman bin ‘Auf.” [Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dalam Jaami’ul bayan: 228/12/28 ].

Kedua, bakhil mendapatkan azab yang pedih di akhirat .
Kebahilan tidak hanya mengimbas pada kehidupan seseorang di dunia dengan keguncangan dan ketidak tenangan. Akan tetapi musibah tersebut terus menyiksa pelakunya hingga ke negeri akhirat dengan azab yang pedih di neraka. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْرًا لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.” [ QS. Ali Imran : 180 ].

Orang-orang yang telah diberi harta dan limpahan karunia oleh Allah Ta’ala kemudian mereka bakhil, tidak mau mengeluarkan kewajiban mengenai harta tersebut, seperti zakat dan lain-lain, adalah sangat tercela. Janganlah sekali-kali kebakhilan itu dianggap baik dan menguntungkan bagi mereka.

Ketiga, bakhil dapat dijauhkan dari keimanan pada Allah Ta’ala.
Kekikiran dan keimanan tidak akan berkumpul dalam jiwa seseorang. Kekikiran akan mengikis keimanan seseorang sedikit demi sedikit. Sebaliknya, orang yang gemar berinfak, Allah akan kuatkan keimanannya karena yakin bahwa pahala akan menantinya di akhirat. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :

لاَ يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَ اْلإِيْمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا

“Sifat kikir dan iman tidak akan berkumpul dalam hati seseorang selama-lamanya.” [Al-Musnad, karya Ahmad 14/202, no. 8512, dan Shahih Ibni Hiban 8/43, no. 3251. Seorang muhaqqiq mengatakan, “Hadits shahih lighairihi.”].

Iman seseorang yang lemah tidak akan terpanggil untuk menyambut seruan dari setiap penyeru untuk berinfak dan sedekah. Bahkah jika dia melihat saudaranya sedang tertimpa musibahpun tidak akan mereka keluarkan hartanya untuk meringankan beban saudaranya tersebut. Ia tidak paham bahwa harta yang ia belanjakan untuk kebaikan itulah yang sebenarnya menjadi harta dia yang akan mengikuti sampai akhirat. Dan tidaklah seseorang bakhil, kecuali bakhilnya ia pada dirinya sendiri.

Disamping berusaha, kita juga harus berdo’a agar dijauhkan dari kebakhilan. Di antara do’a yang diajarkan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam adalah :

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” [HR. Bukhari dalam Fathul Baari: 6/35 ]. Walallahu'alam
(mhy)
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2263 seconds (0.1#10.140)