Kunci Kebahagiaan Cuma Satu, Dekati Allah!
loading...
A
A
A
Di dalam Islam, masalah bukanlah sebuah beban yang akan menyusahkan bahkan menjatuhkan diri seorang hamba, melainkan sebagai sebuah tangga untuk meningkatkan keimanan pada Allah Ta'ala. Bahkan, tidak ada satu mahluk pun yang tidak mendapatkan masalah dalam hidupnya, terutama manusia. Bahkan seorang nabi sekalipun memiliki masalah yang akan mendatanginya.
Aartinya, dalam kehidupan ini, kaum muslimin mesti paham bahwa tidak semuanya berjalan dengan mulus dan bahagia . Akan ada masalah melanda. Baik itu masalah besar atau pun masalah kecil. Yang perlu dilakukan manusia hanyalah bersabar, berusaha menyelesaikan masalah dan berdoa kepada Allah agar hati menjadi tenang atas cobaan yang diberikan.
(Baca juga : Berperangai Buruk kepada Suami, Dosa Besar yang Sering Diremehkan )
Dengan memahami kondisi itu, umat Islam dianjurkan agar senantiasa memupuk kebahagiaan, apapun kondisi yang Allah takdirkan. Karena itu, Islam menganjurkan agar umatnya selalu bersyukur. Karena bersyukur adalah tanda bahagia seorang hamba yang ridha dengan takdir Allah Ta'ala. Bersukur akan memunculkan kebahagiaan. Dan bahagia adalah bagian dari hati yang sehat.
Jika hati sudah sehat, maka beban masalah seberat apapun akan terkikis oleh nikmat yang banyak diberikan Allah. Maka, kebahagiaan adalah sebuah perasaan dan keadaan yang harus ada pada setiap muslim. Sebagai manusia, sangat wajar jika muslim dan muslimah selalu berharap untuk hidup bahagia, terlepas dari segala liku-liku kehidupan yang dilalui. Bahkan, banyak dari kaum muslimin yang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan hidup atau goal yang ingin kita capai.
( )
Dalam tausiyahnya, ustad M. Zainuddin yang menukil beberapa pendapat, menjelaskan bahwa kebahagiaan itu yang merasakannya adalah hati. Oleh karenanya, hati menjadi kunci kebahagiaan seseorang… Sayang, banyak orang salah jalan, dan mencari kebagiaan dengan memanjakan jasmaninya. Padahal harusnya manusia hanya membutuhkan satu kunci kebahagiaan.
Kunci tersebut adalah dekatnya seorang hamba dia dengan Allah ta’ala. Oleh karena itulah, Allah ta’ala berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlahlah bahwa dengan ber-zikir (mengingat-Ku); hati-hati akan menjadi tenang.” (QS Arro’d: 28).
(Baca juga : Penjelasan Al-Qur'an dan Doa Nabi Tentang Angin Kencang )
Karena dengan berzikir mengingat Allah kita akan dekat dengan-Nya, dan kedekatan kita dengan-Nya akan menjadikan hati kita tenang dan bahagia. Oleh karena itu pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada sahabat tercintanya Abu Bakar, saat puncak kecemasan menghampirinya di dalam gua, sebagaimana dalam Alqur’an:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah bersedih, karena sungguh Allah bersama kita” (QS At-Taubah: 40).
Ya, dengan menyadari bahwa Allah bersama kita, dekat dengan kita, maka puncak kecemasan hati akan lenyap oleh kebahagiaan yang datang.
(Baca juga : Temuan Bawaslu, 49.390 TPS Miliki Kerawanan di Pilkada 2020 )
Oleh karena ini pula, Allah memerintahkan kepada mereka yang terkena musibah untuk mengatakan:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sungguh kami milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” (QS Al-Bbaqoroh: 156).
Karena ketika kita ingat bahwa kita milik Allah, tentu kita akan merasa dekat dengan-Nya dan terhibur karenanya.
Oleh karenanya, ketika memerintahkan bersabar, Allah berfirman:
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Bersabarlah kalian, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.” (QS-Al-Anfal: 46).
(Baca juga : Peran TPKAD, 419 Ribu Debitur Difasilitasi dan Kredit Ngucur Rp19,3 T )
Allah memerintahkan sabar karena bersabar itu berat. Namun rasa berat itu akan sirna dengan kebahagiaan hati karena dekatnya seseorang kepada Allah.
Oleh karena itu pula, hati kita merasa sangat sejuk dan bahagia, ketika kita bisa menyendiri di malam sunyi, bersama Allah dalam munajat-munajat kita, sampai-sampai salah seorang ahli ibadah mengatakan:
لو يعلم الملوك وأبناء الملوك ما نحن فيه من السعادة لجالدونا عليها بالسيوف
“Seandainya para raja dan anak-anak mereka tahu kebahagiaan yang kami rasakan, tentunya mereka akan mendera kami dengan pedang-pedangnya”
(Baca juga : MU Bakal Dapat Modal untuk Pulangkan Cristiano Ronaldo ke Old Trafford )
Oleh karena ini pula, mereka yang baru masuk Islam akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, karena kontrasnya jarak mereka dengan Allah, antara sebelum masuk Islam dengan sesudah masuk Islam. sebelum masuk Islam dia sangat jauh dari Allah, tapi setelah masuk Islam, ia jauh lebih dekat kepada Allah.
Bahkan orang yang baru bertaubat atau mengenal sunnah, biasanya sangat bahagia sekali, karena sebelumnya dia sangat jauh dari Allah, dan setelah itu dia sangat dekat kepada Allah ta’ala. Jadi, kebahagiaan itu ketika kita semua dekat dengan kekasih hati kita, yaitu Allah Ta'ala.
Wallahu 'Alam
Aartinya, dalam kehidupan ini, kaum muslimin mesti paham bahwa tidak semuanya berjalan dengan mulus dan bahagia . Akan ada masalah melanda. Baik itu masalah besar atau pun masalah kecil. Yang perlu dilakukan manusia hanyalah bersabar, berusaha menyelesaikan masalah dan berdoa kepada Allah agar hati menjadi tenang atas cobaan yang diberikan.
(Baca juga : Berperangai Buruk kepada Suami, Dosa Besar yang Sering Diremehkan )
Dengan memahami kondisi itu, umat Islam dianjurkan agar senantiasa memupuk kebahagiaan, apapun kondisi yang Allah takdirkan. Karena itu, Islam menganjurkan agar umatnya selalu bersyukur. Karena bersyukur adalah tanda bahagia seorang hamba yang ridha dengan takdir Allah Ta'ala. Bersukur akan memunculkan kebahagiaan. Dan bahagia adalah bagian dari hati yang sehat.
Jika hati sudah sehat, maka beban masalah seberat apapun akan terkikis oleh nikmat yang banyak diberikan Allah. Maka, kebahagiaan adalah sebuah perasaan dan keadaan yang harus ada pada setiap muslim. Sebagai manusia, sangat wajar jika muslim dan muslimah selalu berharap untuk hidup bahagia, terlepas dari segala liku-liku kehidupan yang dilalui. Bahkan, banyak dari kaum muslimin yang menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan hidup atau goal yang ingin kita capai.
( )
Dalam tausiyahnya, ustad M. Zainuddin yang menukil beberapa pendapat, menjelaskan bahwa kebahagiaan itu yang merasakannya adalah hati. Oleh karenanya, hati menjadi kunci kebahagiaan seseorang… Sayang, banyak orang salah jalan, dan mencari kebagiaan dengan memanjakan jasmaninya. Padahal harusnya manusia hanya membutuhkan satu kunci kebahagiaan.
Kunci tersebut adalah dekatnya seorang hamba dia dengan Allah ta’ala. Oleh karena itulah, Allah ta’ala berfirman:
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlahlah bahwa dengan ber-zikir (mengingat-Ku); hati-hati akan menjadi tenang.” (QS Arro’d: 28).
(Baca juga : Penjelasan Al-Qur'an dan Doa Nabi Tentang Angin Kencang )
Karena dengan berzikir mengingat Allah kita akan dekat dengan-Nya, dan kedekatan kita dengan-Nya akan menjadikan hati kita tenang dan bahagia. Oleh karena itu pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada sahabat tercintanya Abu Bakar, saat puncak kecemasan menghampirinya di dalam gua, sebagaimana dalam Alqur’an:
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
“Janganlah bersedih, karena sungguh Allah bersama kita” (QS At-Taubah: 40).
Ya, dengan menyadari bahwa Allah bersama kita, dekat dengan kita, maka puncak kecemasan hati akan lenyap oleh kebahagiaan yang datang.
(Baca juga : Temuan Bawaslu, 49.390 TPS Miliki Kerawanan di Pilkada 2020 )
Oleh karena ini pula, Allah memerintahkan kepada mereka yang terkena musibah untuk mengatakan:
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Sungguh kami milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali.” (QS Al-Bbaqoroh: 156).
Karena ketika kita ingat bahwa kita milik Allah, tentu kita akan merasa dekat dengan-Nya dan terhibur karenanya.
Oleh karenanya, ketika memerintahkan bersabar, Allah berfirman:
وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Bersabarlah kalian, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.” (QS-Al-Anfal: 46).
(Baca juga : Peran TPKAD, 419 Ribu Debitur Difasilitasi dan Kredit Ngucur Rp19,3 T )
Allah memerintahkan sabar karena bersabar itu berat. Namun rasa berat itu akan sirna dengan kebahagiaan hati karena dekatnya seseorang kepada Allah.
Oleh karena itu pula, hati kita merasa sangat sejuk dan bahagia, ketika kita bisa menyendiri di malam sunyi, bersama Allah dalam munajat-munajat kita, sampai-sampai salah seorang ahli ibadah mengatakan:
لو يعلم الملوك وأبناء الملوك ما نحن فيه من السعادة لجالدونا عليها بالسيوف
“Seandainya para raja dan anak-anak mereka tahu kebahagiaan yang kami rasakan, tentunya mereka akan mendera kami dengan pedang-pedangnya”
(Baca juga : MU Bakal Dapat Modal untuk Pulangkan Cristiano Ronaldo ke Old Trafford )
Oleh karena ini pula, mereka yang baru masuk Islam akan merasakan kebahagiaan yang tiada tara, karena kontrasnya jarak mereka dengan Allah, antara sebelum masuk Islam dengan sesudah masuk Islam. sebelum masuk Islam dia sangat jauh dari Allah, tapi setelah masuk Islam, ia jauh lebih dekat kepada Allah.
Bahkan orang yang baru bertaubat atau mengenal sunnah, biasanya sangat bahagia sekali, karena sebelumnya dia sangat jauh dari Allah, dan setelah itu dia sangat dekat kepada Allah ta’ala. Jadi, kebahagiaan itu ketika kita semua dekat dengan kekasih hati kita, yaitu Allah Ta'ala.
Wallahu 'Alam
(wid)