Mengatasi Problem Rumah Tangga dengan Tuntunan Rasulullah

Kamis, 10 Desember 2020 - 09:22 WIB
loading...
Mengatasi Problem Rumah Tangga dengan Tuntunan Rasulullah
Rumah tangga merupakan salah satu wadah untuk beribadah serta beramal saleh di samping kegiatan ibadah dan amal sholeh lainnya, dimana menurut konsep ajaran islam, hidup adalah untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah semata. Foto ilustrasi/ist
A A A
Islam telah mengajarkan tuntunannya dalam memanajemen konflik sebuah rumah tangga. Bagaimana hendaknya sikap seorang suami, istri, bahkan mertua dalam menyikapi perselisihan yang ada di rumah tangga.

Terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Sahl bin Saad as-Sa’idi radhiallahu ‘anhu, ia berkata :

جاء رسول الله صلى الله عليه وسلم بيت فاطمة فلم يجد عليًّا في البيت، فقال: “أين ابن عمك؟” قالت: كان بيني وبينه شيء، فغاضبني، فخرج، فلم يَقِلْ عندي فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لإنسان: “انظر أين هو؟” فجاء فقال: يا رسول الله، هو في المسجد راقد، فجاء رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو مضطجع، قد سقط رداؤه عن شقه، وأصابه تراب، فجعل رسول الله صلى الله عليه وسلم يمسحه عنه، ويقول: “قم أبا تراب، قم أبا تراب”

"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengunjungi rumah Fatimah. Namun beliau tidak menjumpai Ali di dalam rumah. Beliau bertanya, ‘Mana putra pamanmu’? Fatimah menjawab, ‘Terjadi sesuatu antara diriku dengannya. Kemudian dia marah padaku. Dan tidak tidur siang bersamaku’.

(Baca juga : Taubat Sebagai Jalan Keluar Masalah )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan seseorang, ‘Carilah dimana Ali’. Kemudian orang tersebut datang dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, Ali sedang di masjid. Dia tidur. Rasulullah pun berangkat menuju masjid. Beliau melihat Ali yang sedang berbaring. Rida’nya jatuh dari punggungnya sehingga ia tertidur dengan punggung berdebu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusapi punggungnya, sambil mencandainya, ‘Bangunlah hai Abu Turob. Bangunlah hai Abu Turob’.”

Dari hadis ini, kita bisa memetik banyak pelajaran . Di antaranya, seorang mertua atau orang tua boleh datang ke rumah anak-mantunya tanpa seizin keduanya. Sebagaimana Rasulullah datang ke rumah putrinya tanpa memberi kabar sebelumnya. Melihat Ali tidak ada di rumah di jam istirahat, Rasulullah mencium ada permasalahan yang sedang terjadi antara putrinya dengan suaminya.

(Baca juga : Waspada, Perbuatan Dosa yang Terlalu Dianggap Biasa )

Meskipun mengetahui ada masalah, beliau tidak ingin tahu masalah tersebut dengan detil. Beliau hanya bertanya kepada anaknya, ‘Mana anak pamanmu’? bukan bertanya dengan, ‘Mana suamimu’? Beliau hendak menjelaskan bahwa Ali itu bukan hanya memiliki hubungan sebagai suami denganmu, tapi dia juga seorang kerabat. Artinya beliau hendak menegaskan dan merekatkan hubungan bahwa Ali punya dua hak pada dirimu. Hak sebagai suami dan hak sebagai kerabat.

Lihatlah bagaimana langkah pertama Rasulullah dalam melihat keributan rumah tangga anaknya. Ia gunakan kata-kata yang merekatkan. Bukan yang membuat emosi sang anak tambah tinggi. Hal ini hendaknya diteladani oleh para orang tua. Betapa banyak permasalahan kalau ditanggapi tidak serius, ia akan hilang.

(Baca juga : Pemakaian Kaos Kaki, Wajibkah bagi Muslimah Sebagai Menutup Aurat? )

Kemudian perhatikan juga bagaimana seorang istri ketika terjadi permasalahan rumah tangga. Fatimah radhiyallahu ‘anha berkata, ‘Terjadi sesuatu antara diriku dengannya. Kemudian dia marah padaku’. Ia tidak melaporkan detil kejadian dan konfliknya dengan suaminya kepada sang ayah. Bukan aji mumpung karena ayah datang, dijadikan kesempatan untuk laporan bahwa sang suami tidak seperti ayah yang selalu menyayangi. Tidak. Fatimah tidak melakukan itu. Ia tidak membiarkan permasalahan rumah tangganya diketahui oleh orang ketiga. Walaupun itu ayah sendiri. Dia pendam saja permasalahnnya. Karena banyak hal yang kecil, kalau sudah tersebar menjadi besar. Terus membesar. Dan jadi keributan. Fungsi suami-istri adalah sebagaimana fungsi pakaian yang menutupi aurat.

(Baca juga : Tembak Mati 6 Anggota FPI, Komnas HAM Periksa Polisi Pekan Depan )

Allah Ta’ala berfirman :

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ

“Mereka para istri adalah pakaian bagi kalian para suami. Demikian juga kalian pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah: 187).

Hendaknya para istri meneladani Fatimah. Jangan sampai permasalahan rumah tangganya keluar. Apalagi sampai diceritakan di sosial media. Menjadi perhatian banyak orang. Hendaknya para wanita bersabar. Dan berdoa kepada Allah agar memberinya jalan keluar. Inilah sifat wanita yang bertakwa. Dan menjaga kehormatan suaminya.

(Baca juga : Ngebor di Darat dan Laut, PT Timah Habiskan Dana Rp16,82 Miliar )

Kemudian lihatlah sikap Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu. Ali tidak memaksakan diri berdebat. Menunjukkan bahwa dia yang benar dan istri yang salah. Tidak. Dia lebih baik mengalah. Dan keluar dari rumah.

Dari sini kita bisa mengetahui bahwa permasalahan rumah tangga juga menimpa orang-orang saleh. Ali adalah seorang ahli surga. Demikian juga dengan Fatimah, perempuan ahli surga. Artinya, kalau suami kita marah. Atau istri kita marah. Bukan berarti mereka bukan orang yang shaleh atau shalehah. Hal itu wajar dan biasa. Yang dituntut adalah bagaimana cara kita menyikapi konflik tersebut.

Dari kisah tersebut, kita menjadi lebih jelas bahwa Islam adalah agama kita adalah agama yang istimewa. Setiap permasalahan yang kita hadapi, kemudian kita lihat pada agama kita, kita akan jumpai solusi. Misalnya, ketika marah dengan pasangan, yakinlah dan hadirkan perasaan bahwa pasangan kita juga punya jasa pada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR. Muslim).

(Baca juga : Beda Versi Soal Penembakan 6 Anggota FPI, Psikolog Forensik: Perlu Ada Kronologis Berkualitas )

Hubungan suami istri adalah ladang pahala dan kesempatan meraih surga tertinggi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻓَﺎﻧْﻈُﺮِﻱْ ﺃﻳﻦَ ﺃَﻧْﺖِ ﻣِﻨْﻪُ، ﻓَﺈﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﺟَﻨَّﺘُﻚِ ﻭَﻧَﺎﺭُﻙِ

“Lihatlah di mana posisi di hati suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad).

Jadi, rumah tangga merupakan salah satu wadah untuk beribadah serta beramal saleh di samping kegiatan ibadah dan amal saleh lainnya, dimana menurut konsep ajaran islam, hidup adalah untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah semata.

(Baca juga : Habib Rizieq Dijadwalkan Diperiksa Penyidik Hari Ini, Polda Jabar Siapkan Pengamanan )

Dalam QS. An-Nahl ayat 72, Allah telah berfirman :

“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?”

Wallahu'Alam
(wid)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1621 seconds (0.1#10.140)