Cerita Ajaran: Siti Fatimah dan Binatang
loading...
A
A
A
Fatimah menyerah pada lalat, ikan dan siput, dan berkelana ke dalam hutan, mencari (sesuatu) yang lain untuk diajak bicara. Ia merasa bahwa dirinya harus menjadi orang yang bermanfaat untuk seseorang. Bagaimanapun, ia lebih banyak memiliki pengetahuan daripada penghuni hutan ini. Seekor burung misalnya, dapat diperingatkan agar menyimpan makanan untuk musim dingin, atau bersarang di dekat kehangatan pondok, sehingga tidak perlu ada kematian sia-sia. Tetapi ia tidak melihat seekor burung pun.
Sebagai gantinya, ia bertemu secara tidak sengaja dengan pondok seorang pembuat arang. Dia seorang laki-laki tua dan duduk di depan pintunya, membakar kayu untuk arang yang akan dibawanya ke pasar.
Fatimah, senang bertemu dengan manusia lain -- satu-satunya orang lain yang telah ditemuinya selain kedua orangtuanya -- segera berlari menghampirinya. Dia menceritakan pengalamannya hari itu.
"Jangan khawatir tentang hal itu, Anakku," ujar laki-laki tua yang baik tersebut, "Itulah hal-hal yang mana seorang manusia harus belajar, dan hal-hal itu berpengaruh sangat penting bagi kehidupan masa depannya."
"Hal-hal untuk dipelajari?" ujar Fatimah, "Dan apakah yang seharusnya aku inginkan dengan hal-hal untuk dipelajari itu, berdoa? Hal-hal itu hanya akan, sangat mungkin, mengubah sikap hidup dan cara berpikirku." Dan seperti lalat, ikan dan siput, ia pergi menjauhi si pembakar arang.
Fatimah, putri Waliah, telah menghabiskan waktu tigapuluh tahun berikutnya seperti halnya lalat, ikan dan siput sebelum ia mempelajari sesuatu sama sekali. ( )
(mhy)