Isyarat Mati dari Keledai: Andai Aku Hidup ...
loading...
A
A
A
SUATU hari, Nashruddin pergi mencari kayu. Dia lalu menuju ke sebuah pohon untuk memotong dahannya, dan duduk di samping pohon itu. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang berkata padanya, "Hai apa yang sedang kau lakukan di sini? Lihat... sebentar lagi engkau akan jatuh!" (
)
Nashruddin tidak begitu peduli akan ucapan orang itu. Setelah selesai memotong dahan, tiba-tiba dia jatuh dan kepalanya terluka. Nashruddin segera menemui orang itu dan berkata padanya, "Wahai anakku, sekarang aku tahu bahwa engkau benar-benar sakti. Sebab, engkau telah meramalku dan ramalanmu itu benar terjadi. Tolong, beri tahu aku bagaimana tanda-tanda ketika aku akan mati."
Pria itu menjawab, "Jika keledaimu telah membawa kayu bakarmu dan ia meringkik; suara pertama menandakan bahwa setengah dari ruhmu telah keluar. Jika ia meringkik untuk yang kedua kalinya, itu berarti seluruh ruhmu telah keluar."
Setelah mendengarkan jawaban pria itu, Nashruddin pun pergi. ( )
Dia berjalan dengan keledainya. Tiba-tiba, dia menjumpai kafilah yang sedang berjalan bersama beberapa ekor keledai. Melihat keledai-keledai itu, keledai Nashruddin pun meringkik. Nashruddin berkata, "Aduh, saatnya tiba sakaratul maut."
Tak lama kemudian, keledai itu meringkik untuk yang kedua kalinya dan Nashruddin berkata, "Sungguh aku sudah mati."
Dia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan terlentang bagai mayat. ( )
Tak lama, datanglah penduduk desa dan melihat Nashruddin terlentang di atas tanah tanpa bergerak sedikit pun. Mereka mengiranya sesosok mayat, lalu memasukkannya ke dalam peti mayat dan membawanya ke desanya untuk dimakamkan.
Di tengah jalan, orang-orang yang membawa peti itu mendapatkan kesulitan untuk melalui sebuah jalan berlumpur. Mereka lalu berhenti dan bermusyawarah untuk memilih jalan yang lebih dekat dan lebih mudah.
Saat mereka bermusyawarah, tiba-tiba Nashruddin mengeluarkan kepalanya dari peti mayat itu sambil memberikan isyarat ke sebuah arah.
Dia berkata, "Seandainya aku hidup, tentu aku akan memerintahkan kalian untuk melalui jalan sebelah sana. Sebab, aku tahu kalian dalam keadaan tersesat."
==
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
Nashruddin tidak begitu peduli akan ucapan orang itu. Setelah selesai memotong dahan, tiba-tiba dia jatuh dan kepalanya terluka. Nashruddin segera menemui orang itu dan berkata padanya, "Wahai anakku, sekarang aku tahu bahwa engkau benar-benar sakti. Sebab, engkau telah meramalku dan ramalanmu itu benar terjadi. Tolong, beri tahu aku bagaimana tanda-tanda ketika aku akan mati."
Pria itu menjawab, "Jika keledaimu telah membawa kayu bakarmu dan ia meringkik; suara pertama menandakan bahwa setengah dari ruhmu telah keluar. Jika ia meringkik untuk yang kedua kalinya, itu berarti seluruh ruhmu telah keluar."
Setelah mendengarkan jawaban pria itu, Nashruddin pun pergi. ( )
Dia berjalan dengan keledainya. Tiba-tiba, dia menjumpai kafilah yang sedang berjalan bersama beberapa ekor keledai. Melihat keledai-keledai itu, keledai Nashruddin pun meringkik. Nashruddin berkata, "Aduh, saatnya tiba sakaratul maut."
Tak lama kemudian, keledai itu meringkik untuk yang kedua kalinya dan Nashruddin berkata, "Sungguh aku sudah mati."
Dia lalu menjatuhkan tubuhnya ke tanah dan terlentang bagai mayat. ( )
Tak lama, datanglah penduduk desa dan melihat Nashruddin terlentang di atas tanah tanpa bergerak sedikit pun. Mereka mengiranya sesosok mayat, lalu memasukkannya ke dalam peti mayat dan membawanya ke desanya untuk dimakamkan.
Di tengah jalan, orang-orang yang membawa peti itu mendapatkan kesulitan untuk melalui sebuah jalan berlumpur. Mereka lalu berhenti dan bermusyawarah untuk memilih jalan yang lebih dekat dan lebih mudah.
Saat mereka bermusyawarah, tiba-tiba Nashruddin mengeluarkan kepalanya dari peti mayat itu sambil memberikan isyarat ke sebuah arah.
Dia berkata, "Seandainya aku hidup, tentu aku akan memerintahkan kalian untuk melalui jalan sebelah sana. Sebab, aku tahu kalian dalam keadaan tersesat."
==
Dinukil dari karya Nashruddin dengan judul asli Nawadhir Juha al-Kubra dan diterjemahkan oleh Muhdor Assegaf dengan judul " Canda Ala Sufi Nashruddin "
(mhy)