Kisah Sufi Mojud: Orang yang Hidupnya Tak Terpahami

Rabu, 13 Mei 2020 - 15:01 WIB
loading...
A A A
Mojud melakukannya.

Kini, ia mulai menunjukkan tanda-tanda pasti adanya pencerahan. Ia menyembuhkan yang sakit, melayani sesama manusia di toko dan sepanjang waktu senggangnya, dan pengetahuannya mengenai berbagai hal gaib semakin mendalam.

Para pendeta, filsuf, dan yang lain, menemuinya dan bertanya, "Siapa gerangan gurumu?"

"Hal itu sulit dikatakan," kata Mojud.

Para pengikutya bertanya, "Bagaimana Tuan memulai pengabdian?"

Katanya, "Sebagai seorang pegawai rendahan."

"Lalu, Tuan berhenti agar bisa bertekun dalam penyangkalan diri?"

"Tidak, saya hanya berhenti saja."

Orang-orang itu tidak bisa memahami tindakannya.

Mereka pun mendekatinya untuk menuliskan kisah kehidupannya.

"Apa yang telah Tuan alami dalam hidup Tuan?" tanya mereka.

"Saya terjun ke sebuah sungai, menjadi seorang nelayan, lalu pada suatu malam pergi meninggalkan gubuk buluh milik nelayan yang menolongku. Setelah itu, saya menjadi seorang petani. Ketika sedang mengepak kain wol, saya beranjak pergi ke Mosul, di mana saya menjadi seorang saudagar kulit. Di sana saya mendapat banyak uang, namun melepaskannya juga. Kemudian, saya berjalan ke Samarkand dan bekerja menjual bahan pangan. Dan, di sinilah saya kini."

"Namun, perilaku-perilaku yang tak terpahami itu tidak memberikan penerangan atas kemampuanmu yang ajaib dan teladanmu yang mengagumkan," kata para penulis riwayat itu.

"Hanya itu pengalaman-pengalamanku," kata Mojud.

Begitulah, para penulis tadi menyusun bagi Mojud, sebuah kisah kehidupan yang menarik dan menakjubkan, sebab semua orang suci harus mempunyai kisah kehidupan, dan ceritanya harus sesuai dengan selera pendengarnya, bukan kenyataan kehidupannya yang sebenarnya.

Dan, tak ada orang yang diperbolehkan menyinggung tentang Khidr secara langsung. Itulah sebabnya mengapa kisah tersebut tidak benar.

Kisah itu merupakan suatu gambaran mengenai sebuah kehidupan. Kisah ini merupakan kisah nyata tentang kehidupan salah seorang sufi terbesar yang pernah hidup.

( )

Syaikh Ali Farmadhi (meninggal tahun 1078) menganggap kisah ini penting dalam menjelaskan kepercayaan sufi bahwa 'dunia tak kasat mata' selalu menembus kenyataan sehari-hari, pada setiap saat, di berbagai tempat.

Hal-hal, katanya, yang kita anggap tak terpahami, sebenarnya bisa ditelisik pada campur tangan di atas. Lebih lanjut, orang-orang tidak mengenali keterlibatan 'dunia' ini dalam dunia kita, sebab mereka yakin bahwa mereka mengetahui penyebab senyatanya dari berbagai peristiwa. Padahal sebenarnya tidak.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.5125 seconds (0.1#10.140)